Lea Miranda tak pernah menyangka, di usia pernikahannya yang Ke 12 tahun, ia mendapatkan ujian yang begitu berat. Yaitu, dikhianati oleh suami dan sahabatnya sendiri, Arya Dan Chelsea.
Awalnya, Lea memutuskan untuk bercerai dan merasa tak sudi melihat suami dan sahabatnya itu ketika mengetahui perselingkuhan mereka. Namun, ia berubah pikiran ketika teringat bagaimana ia dan Arya membangun rumah tangga, dan bagaimana mereka berjuang dari nol hingga mereka berada di titik yang sekarang.
Akhirnya, kini Lea memilih merebut suaminya kembali. Ia bertekad akan kembali membuat Arya bertekuk lutut di hadapannya dan menghempaskan Chelsea dari hidup mereka.
Bisakah Lea melakukan itu?
Bagaimana caranya ia merebut kembali suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilihan Lea
Chealse menatap layar ponselnya yang menyala, ia sudah mengirim pesan sejak tadi siang pada Arya, pada kekasih gelapnya itu tak membalas satu pun pesan Chelsea. Membuat Chelsea takut, bagaimana jika Arya meninggalkannya?
Hari sudah malam, hari ini Chelsea tidak melangkah keluar dari rumah sedikitpun. Selain untuk menjaga ibunya, ia juga masih merasa malu jika berpapasan dengan tetangganya setelah kejadian tadi pagi.
Sementara di sisi lain, Arya berdiri di depan rumah mendiang mertuanya. Ia masih berharap Lea mau memberinya kesempatan setidaknya untuk berbicara.
Akan tetapi, Arya tidak melihat siapapun di sana. Bahkan, lampu di rumah itu tidak menyala. Ia juga sudah mencoba menghubungi Lea berkali-kali, tapi ponsel istrinya itu tidak aktif. Membuat Arya semakin khawatir, juga merasa semakin bersalah.
"Ke mana lagi dia bisa pergi?" gumam Arya.
Ia masih menunggu hingga jam menunjukkan pukul 10 malam, dan pada akhirnya Arya memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah, Arya hanya duduk di sofa sembari memeriksa ponselnya, ada beberapa panggilan tidak terjawab dari Chelsea, juga pesan yang memberi tahu bahwa Bu Erni sakit karena tertekan akibat ulah Lea yang melabraknya.
"Aku tahu aku salah, Mas. Tapi Lea nggak seharusnya membuat Mama tertekan, aku khawatir dengan keadaan Mama, Mas."
Membaca pesan itu membuat kecemasan Arya bertambah, apalagi ia merasa ini juga salahnya. Ia pun segera menghubungi selingkuhannya itu.
"Mas, akhirnya kamu telfon juga." Suara Chelsea terdengar lirih dari seberang telfon.
"Maaf, Cheal, hari ini aku sibuk," ucap Arya. "Oh ya, bagaimana keadaan Tante Erni?"
"Mama sangat tertekan, Mas, apalagi Lea marah-marah di depan rumah, di depan banyak orang," adu Chelsea.
"Maafin Lea, Cheal," lirih Arya. "Aku yakin dia nggak bermaksud membuat Tante Erni tertekan, Lea sangat menghormati orang tua. Dia jadi seperti ini karena salahku." Arya tertunduk, ia memijit pangkal hidungnya.
"Tapi bagaimana bisa Lea tahu semuanya, Mas?" tanya Chelsea lagi. "Kita nggak pernah ketemuan selain di kantor atau saat kita sama-sama selesai bekerja."
Arya tak bisa menjawab pertanyaan itu, ia teringat dengan kembali dengan apa yang Ibunya katakan.
"Lea dan Darrel melihat kamu sama Chelsea!"
Darrel, memikirkan putranya itu membuat Arya takut. Pasti lah anaknya itu sangat kecewa padanya.
"Mas, kenapa diam aja?" rengek Chelsea. "Kamu ... kamu nggak akan ninggalin aku, kan?" Suara wanita itu terdengar bergetar.
"Kamu udah janji nggak akan ninggalin aku apapun yang terjadi, Mas, kamu juga janji akan nikahin aku."
"Iya, aku ingat dengan semua janjiku," ujar Arya. "Tapi untuk sekarang, kasih aku waktu untuk berbicara dengan Lea. Aku ... aku juga nggak mau kehilangan dia, Cheal. Kehilangan Lea sama saja dengan aku kehilangan anak-anak."
Tak ada jawaban dari Chelsea, hanya terdengar deru napas wanita itu.
"Kamu sabar sebentar, ya. Aku harus menyelesaikan semuanya satu-satu," ucap Arya dengan lembut.
Hingga tiba-tiba terdengar suara tawa kecil dari belakangnya, membuat Arya terkejut dan langsung menoleh.
Arya terbelalak, istrinya berdiri di belakangnya dengan tangan yang dilipat di dada. Sorot mata Lea bukan hanya menunjukkan luka, kemarahan dan kesedihan seperti yang tadi malam Arya lihat. Tapi sorot mata Lea yang sekarang benar-benar terlihat berbeda.
"Oh, kalian so sweet sekali." Lea bertepuk tangan sembari mendekati Arya yang kini berdiri gugup. "Biasanya, hubungan har4m dan terlarang itu akan terasa manis dan menyenangkan. Bukan kah begitu?"
Lea menyambar ponsel Arya, kemudian mengaktifkan loudspeaker. "Apa kamu mendengarku, wahai kekasih gelap suamiku?" tanya Lea pada Chelsea.
Panggilan masih tersambung, tapi Chelsea tak menjawabnya. Sementara Arya hanya diam saja, ia sungguh tak tahu harus berkata apa. Apalagi ia masih terkejut karena tak menyangka Lea ada di rumah.
"Oh, apa kamu tuli dari suara semua orang, termasuk hati nuranimu? Pendengaranmu pasti hanya berfungsi untuk mendengar godaan dan kata-kata manis dari suami orang, ya?"
"Lea?" lirih Arya. "Ayo kita selesaikan ini antara kita saja, aku mohon." Pria itu melemparkan tatapan memelasnya pada Lea, tapi jelas istrinya itu tidak peduli.
"Ini antara kita bertiga," tegas Lea. "Suami, istri sah, dan sang p3ngg0da."
...🦋...
Sementara itu, Chelsea saat itu ada di kamarnya. Air mata wanita itu tumpah mendengar kata-kata pedas Chelsea, membuat ia kehilangan kata-kata untuk membela diri.
"Tenang saja, kalian akan segera bersama dalam hubungan yang h4lal dan tidak m3njij1k4n setelah aku menceraikanmu."
Kembali terdengar suara tajam Lea. "Tapi ... meskipun kalian nanti menikah, ada dalam hubungan yang halal. Apa kalian bisa membersihkan noda bahwa sebelumnya kalian telah melakukan d0sa besar dengan selingkuh? Apakah kalian bisa menghentikan omongan orang yang akan selalu membicarakan awal mula hubungan kalian? "
Chelsea tak sanggup lagi mendengar kata-kata Lea, ia pun langsung me non-aktifkan ponselnya.
Chelsea langsung menarik bantal dan menutup wajahnya dengan bantal itu, ia melepaskan tangis yang sejak tadi coba ia tahan.
...🦋...
Lea tahu, ia tak bisa menghindari Arya dan masalahnya harus ia hadapi dan selesaikan dengan baik. Maka dari itu, ia memilih pulang ke rumahnya sendiri. Namun, ban mobil Lea tadi tiba-tiba bocor sehingga ia dan anak-anak pulang ke rumah naik taksi.
Lea sangat bersyukur karena ban mobilnya yang bocor membawa hikmah, dengan begitu Arya tidak tahu bahwa ia sudah pulang. Dan Lea bisa tahu, bahwa suaminya itu tidak menyesali perselingkuhannya. Dan bahkan, dia masih terus berhubungan dengan Chelsea, dengan kata-kata yang begitu manis dan lembut.
"Tadinya aku bertanya-tanya apa kurangnya aku sampai kamu m3n*suk ku dengan begitu kejam," kata Lea sembari melempar ponsel suaminya itu ke lantai, membuat Arya tersentak. "Tapi Mama kamu bilang, aku sempurna. Yang punya banyak kekurangan itu kalian, makanya kalian memang pasangan yang cocok. Laki-laki b4jing4n dan perempuan r3nd4han."
"Aku yang salah," kata Arya. "Mama benar, kamu memang nggak salah dan nggak punya kekurangan. Tapi aku juga nggak tahu kenapa, aku merasa sangat nyaman berada di dekat Chelsea."
Hati Lea seperti dihuj4m ribuan pedang mendengar pengakuan sang suami, tapi ia mencoba menahan semua rasa sakit itu. Bahkan, ia juga enggan mengeluarkan air matanya.
"Begitu, ya," ujar Lea. "Kalau begitu, secepatnya aku akan mengurus perceraian kita. Supaya kamu bisa bersama dengan pasangan s4mp4hmu itu, s4mpah memang senang bersanding dengan s4mpah."
Arya terdiam, ia menatap Lea dengan sayu. Arya seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi lidahnya terasa kelu.
"Besok, aku dan anak-anak akan keluar dari rumah ini. Rumah yang kita beli setelah tujuh tahun kita menabung berasama." Suara Lea terdengar getir, bahkan matanya kembali berkaca-kaca. Akan tetapi, ia masih berusaha tak menangis lagi.
Rumah itu memang rumah mereka berdua, hasil dari mereka menabung bersama selama tujuh tahun.
"Aku yang akan keluar, demi harga diri kamu," ujar Lea. "Karena jika kamu yang keluar, kamu nggak punya tujuan." Lea melangkah, mendekati Arya yang masih diam mematung.
"Kalau kamu pulang ke rumah orang tuamu, itu akan memalukan dan menyedihkan untuk mereka. Dan kalau kamu pulang ke rumah kekasih gelapmu itu, maka harga diri kamu terluka dan orang akan tahu betapa bu suknya kelakuan kalian selama ini. jadi, ambil saja rumah ini. Anggap saja sebagai bayaran karena kamu pernah berperan sebagai suami dan ayah yang baik. "
Hati Arya seperti terc4bik-c4bik mendengar pernyataan panjang lebar Lea.
"Aku mencintai kalian dengan tulus, aku nggak butuh bayaran!" seru Arya akhirnya.
"Ckck!" Lea meringis, bahkan ia melemparkan tatapan j1jik pada Arya. "Pengkhianat tidak akan pernah mengerti arti cinta yang tulus, apalagi yang kamu khi4natai itu bukan cuma aku, tapi Darrel, Jihan, Papa dan Mama kamu. Masih nggak malu mengucapkan kata cinta tulus?"