Aqila tidak pernah menyangka hubunganya dengan Alden harus berakhir di tangan sahabatnya sendiri.
Gadis itu melihat dengan mata kepalanya sendiri Alden berhubungan dengan Viona sahabatnya di kamar hotel.
Tidak kuasa menahan sesak di dada, Aqila memilih pergi dari kehidupan Alden.
Namun, apa yang dilihat Aqila tidak sepenuhnya benar. Alden tidak sepenuhnya mengkhianati Aqila, tapi apa daya gadis itu telah pergi dengan membawa kesalahpahaman.
Akankah Alden dapat menyakinkan Aqila? Dan melurusku kesalahpaham yang terjadi?
Novel ini collab bareng SUSANTI 31
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Aku Merindukan Kamu, Aqila!
Senyuman yang sempat menghiasi wajah Alden, sirna seketika saat gadis yang dia peluk memberontak dan mendorong tubuhnya cukup kasar.
"Sayang-sayang, kepala bapak kau sayang!" omel sang gadis menatap penuh permusuhan pada pria berjaket di hadapannya.
Sementara Alden menelan salivanya dengan kasar setelah sadar apa yang telah dia lalukan. Ternyata gadis yang dia peluk bukan Aqila, melainkan orang lain.
Pria itu tidak mabuk, tapi salah mengenali seseorang. Mungkin karena faktor rindu juga penampilan dan gaya rambut gadis itu sangat mirip dengan Aqila.
"Maaf, saya kira kamu adalah kekasih saya," ucap Alden tidak enak.
"Bisa-bisanya tidak mengenali kekasih sendiri, memalukan!" omel sang gadis dan segera pergi dari rak tersebut.
"Maaf," lirih Alden sekali lagi. Untung saja gadis itu tidak berteriak, atau dia akan mendapatkan masalah di negara orang.
Alden segera mengambil cemilan dan beberapa minuman bersoda, lalu membawanya ke kasir. Di sana dia kembali bertemu dengan gadis yang baru saja dia peluk.
Diam-diam Alden meneliti penampilan bahkan pakaian yang di kenakan gadis itu. Dia jadi teringat pernah membelikan hoodie putih persis seperti yang di pakai gadis di hadapannya.
"Total 48 ribu won," ucap sang gadis tanpa ingin menatap wajah menyebalkan Alden.
Sementara Alden sibuk mengeluarkan pecahan uang 50 ribu won dan memberikan pada sang gadis.
"Ambil saja 2 won nya," ucap Alden dan segera meninggalkan minimarket.
Alden kembali di hotel yang dia sewa untuk istirahat sejenak sebelum mencari keberadaan Aqila lagi. Entahlah sampai kapan Alden akan berkelana di negara orang untuk mencari separuh jiwanya yang telah pergi tanpa kabar yang pasti.
Pria itu menyandarkan tubuhnya pada sofa seraya menikmati minuman bersoda yang dia beli. Untuk sekarang sebisa mungkin Alden menghindari sesuatu yang beralkohol. Pria itu tidak ingin menambah masalah baru dalam hidupnya.
"Qila, aku sangat merindukanmu. Rindu yang terlalu menumpuk hingga menyiksaku setiap malam," gumam Alden.
***
Di negera, kota tapi di gendung yang berbeda, seorang gadis tengah menikmati salju yang kembali turun malam ini. Meski tidak terlalu banyak, tapi mampu membuat udara terasa sangat dingin.
Aqila mengulurkan tangannya hanya untuk mendapatkan butiran salju yang berjatuhan sedikit demi sedikit.
"Dulu impianku adalah menikmati salju berdua denganmu Al, tapi sekarang aku menikmati salju ini hampir setiap hari tanpa dampingan darimu," gumam Aqila.
Atensi gadis itu terus menyusuri gedung-gedung pencakar langit hingga perhatiannya terpusat pada salah satu gedung. Tepatnya di hotel Signiel Seoul, di sana Aqila melihat seseorang berdiri di balkon kamar seraya menatap langit yang bertabur bintang. Karena jarak sedikit jauh, Aqila tidak dapat mengenali siapa pria itu.
Aqila aku merindukanmu!
Suara itu samar-samar terdengar di telinga Aqila. Dia tersenyum. "Bisa-bisanya aku mendengar suara Al di tengah-tengah kota seperti ini," gumam Aqila.
Tidak ingin larut dengan kenangannya bersama Alden, Aqila akhirnya kembali memasuki apartemennya dan menutup balkon agar udara dingin tidak masuk.
"Kau sudah pulang?" tanya Aqila langsung duduk dengan teman kerjanya.
"Hm, sift hari ini berakhir dengan baik," sahut Miho.
Gadis itu juga berasal dari indonesia, baru seminggu dia tinggal di apartemen Aqila sebab kontrakannya yang dulu, tarifnya tiba-tiba melonjak drastis.
"Baguslah, sepertinya aku harus tidur sekarang Miho, siftnya pagi." Cengir Aqila berjalan masuk ke kamarnya, tapi langkahnya berhenti karena ucapan Miho.
"Terimakasih untuk Hodieenya Qila, kau sangat baik padaku. Ah iya, karena hodiemu ini aku sampai di peluk oleh pria mesum."
"Pria mesum?" Aqila membalik tubuhnya menatap Miho yang masih setia duduk di sofa.
"Iya, sepertinya dia sedang mencari kekasihnya yang hilang. Mungkin pria itu sudah gila sampai tidak bisa mengenali kekasihnya sendiri. Apa dia kekasihmu? Kalau tidak salah dengar, dia mengatakan ini ...." Miho menjeda kalimatnya, mengingat-ingat apa yang dikatakan pria aneh yang dia temui.
Tadi saat menyusun sesuatu di rak, Miho memakai Earphone hingga tidak mendengarnya terlalu jelas.
"Aakkkhhh, aku lupa. Intinya dia menyebut nama seseorang, mirip dengan namamu."
"Aku tidak punya kekasih Miho," imbuh Aqila dan menutup pintu kamarnya.
Aqila tidak terlalu memperdulikan ucapan Miho tadi, karena dia sama sekali tidak berharap Alden akan mencarinya. Dipikiran Aqila saat ini, Alden telah bahagia bersama Viona. Lagipula selama di korea, Aqila tidak pernah mendengar kabar Alden, meski dari orang tuanya sekalipun.
"Mari menata hidup dan lupakan masa lalu yang menyakitkan," gumam Aqila mulai memejamkan matanya seraya memeluk guling yang selalu menemani saat dia tertidur.
Seperti yang dilakukan Aqila, Alden juga mulai memejamkan matanya dengan pengharapan, esok hari akan bertemu sang kekasih.
...****************...