NovelToon NovelToon
Endless Legacy

Endless Legacy

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Cinta Beda Dunia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Elf
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rivelle

Kathleen tidak pernah menyangka bahwa rasa penasaran bisa menyeret hidupnya ke dalam bahaya besar!

Semua berawal dari kehadiran seorang cowok misterius di kelas barunya yang bernama William Anderson. Will memang selalu terkesan cuek, dingin, dan suka menyendiri. Namun, ia tidak sadar kalau sikap antisosialnya yang justru telah menarik perhatian dan membuat gadis itu terlanjur jatuh hati padanya.

Hingga suatu hari, rentetan peristiwa menakutkan pun mulai datang ketika Kathleen tak sengaja mengetahui rahasia siapa William sebenarnya.

Terjebak dalam rantai takdir yang mengerikan, membuat mereka berdua harus siap terlibat dalam pertarungan sesungguhnya. Tidak ada yang dapat mereka lakukan lagi, selain mengakhiri semua mimpi buruk ini sebelum terlambat!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rivelle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

04 - Teman sebangku.

Wah! Apakah senyumanku ini sebegitu memuakkannya?

Natalie tiba-tiba ikut menoleh ke belakang. "Oh, bagus sekali ... jadi kau dari tadi mengabaikanku karena sedang curi-curi pandang dengan William?"

"Eh, tidak," sangkalku. "Siapa yang curi-curi pandang?"

Ia memutar bola mata. "Kau tidak bisa membohongiku, Kathleen. Aku tahu kalau kau dari tadi juga senyum-senyum sendiri."

"Hei, jangan salah paham. Aku tersenyum hanya untuk menyapanya, tidak ada maksud lain."

"Oh, ya?"

"Ya!" tegasku yang berupaya meyakinkannya. "Anyway, kau tahu dari mana kalau dia adalah William? Bukankah kita belum pernah sekelas dengannya di mata pelajaran wajib?"

"Astaga ... kau betul-betul membuatku heran. Selama bersekolah di sini yang kau perhatikan itu apa?"

"Kau 'kan tahu, aku tidak terlalu peduli pada rumor-rumor yang menyebar di sekolah. Kebanyakan mereka hanya membicarakan omong kosong atau gosip yang tidak benar."

Ia menyesap sodanya lantas berkata, "Tidak semua rumor itu omong kosong, Kathleen. Ada juga yang memang terbukti benar. Di semester kemarin, aku pernah sekelas dengan William di kelas Bahasa Latin."

"Kau serius?" Kucondongkan badanku ke depan. "Lalu, apa yang terjadi?"

Natalie termenung sejenak sembari memutar bibirnya dengan ekspresi mewanti-wanti. "Umm, kalau saranku, sih ... kau jangan pernah coba-coba mendekati dia."

"Kenapa?"

Ia mengangkat bahu. Gesturnya penuh makna, tapi luput menjelaskan apa-apa. "Ya, begitu, deh ...."

"Begitu bagaimana? Kau jangan membuat rasa penasaranku semakin menjadi-jadi, Natalie!" protesku.

Namun, sebalnya ia sama sekali tidak mau mengatakan alasannya bisa berkata seperti itu tentang William. Aku terus merengek-rengek seperti anak kecil. Tapi ujung-ujungnya, ia malah menyuruhku untuk mendaftar di kelas filsafat dulu sebagai persyaratan.

"Bagaimana?" tanyanya. "Kalau kau tidak mau juga tidak apa-apa."

"Ya-ya, baiklah! Aku akan mendaftar di kelas filsafat, tapi kau harus berjanji untuk memberitahuku nanti!"

"Oke, masalah itu kau tidak perlu khawatir," balasnya riang. "Kalau begitu, aku akan mendaftarkanmu ke Mr. Osborne setelah ini. Lebih cepat lebih baik, bukan?"

Senyum Natalie merekah. Aku paham betul ia sengaja memanfaatkan kesempatan ini untuk merekrutku supaya ia juga ada teman kalau mendapatkan nilai jelek. Yeah, mau bagaimana lagi? Aku terpaksa mengorbankan diri, mengikuti kelas filsafat yang paling malas kuambil hanya demi mengetahui lebih lanjut soal William.

***

Sebentar lagi jam istirahat pertama akan berakhir. Aku lekas menghabiskan sisa makananku dan kembali ke kelas. Arlene dan Natalie juga kembali ke kelasnya masing-masing. Sewaktu keluar dari kafetaria, sempat terlintas di pikiranku untuk membolos. Selain karena anak-anak di kelas yang menyebalkan, William juga menjadi salah satu penyebabnya.

Ketika sampai di depan kelas, aku coba mengintip situasi di dalam dari jendela yang ada di samping pintu untuk memastikan apakah sudah ada guru yang datang atau belum. Namun, saat baru hendak melihat ke dalam, sebuah kepala tiba-tiba saja muncul tepat di depan wajahku. Aku mencelang dan langsung berteriak sekencang mungkin.

Orang-orang di koridor pun seketika menoleh ke arahku. Kagetnya sih tidak seberapa, tapi rasa malunya ini yang membuatku ingin menghilang dari sana.

Dan ternyata, itu adalah kepala William. Sedang apa dia ada di situ? Tadi pagi cowok ini duduk di pojok dekat tembok, tetapi kenapa sekarang ia malah duduk di dekat jendela?

Aku buru-buru melangkah masuk ke dalam ruang kelas sambil menutupi muka lalu duduk di bangku yang sama seperti sebelumnya. Kuletakkan kedua tangan di meja untuk merebahkan kepalaku di sana.

Sesaat berselang, suasana kelas yang pada awalnya berisik mendadak tak bersuara sedikit pun, bahkan bunyi cetikan pena juga sama sekali tidak terdengar.

Tuk-tuk-tuk!

Aku mendengar suara ketukan meja yang berasal dari dekat telingaku. Namun, kuabaikan. Berpikir paling ini adalah ulah James dan Henry yang sedang kurang kerjaan.

"Kathleen!" Seseorang memanggilku dengan nada bicara yang tegas.

"Nanti saja! Aku sedang tidak ingin diganggu saat ini," kataku sambil melambaikan tangan, masih dengan kepala yang tertunduk di meja.

Orang itu berdeham lebih keras. "Ms. Watson!"

Tunggu sebentar! Sepertinya, aku mengenal suara itu. Suara dari seorang pria yang setiap pagi terdengar mengatakan, Jangan berani-berani mengambil kelasku kalau kalian tidak ingin mendapatkan nilai F!

Aku langsung terlonjak. "Mi-mi-mister Osborne?!" gumamku, terbata-bata sambil menelan ludah yang tersangkut di tenggorokan.

Mr. Osborne menatapku dengan tatapannya yang terkenal garang. Hal tersebut membuat lututku jadi gemetar tak karu-karuan. Sembari bertolak pinggang, ia lantas memberikan secarik kertas yang bertuliskan daftar anggota kelas filsafat dan sebuah pena kepadaku.

"Tanda tangan!" perintahnya.

Aku buru-buru tanda tangan di kertas itu-menandatangani daftar anggota kelas filsafat milik Mr. Osborne itu rasanya bagaikan sedang membuat perjanjian dengan malaikat pencabut nyawa yang sudah siap untuk mencabut nyawamu kapan saja.

"Berikan juga pada anak lain yang baru mendaftar, suruh mereka tanda tangan di situ. Nanti kalau sudah, kembalikan lagi kertasnya ke ruang kelasku."

"Y-yes, Sir ...."

Aku bangkit berdiri, menghampiri setiap nama anak yang ada di daftar itu dan menyuruh mereka untuk tanda tangan. Di urutan terakhir, nama William tercantum jelas di sana. Ia rupanya mengambil kelas filsafat juga tahun ini. Aku pun mendekati mejanya untuk memberikan secarik kertas itu.

"Tadi, Mr. Osborne menyuruhmu untuk tanda tangan di sini," jelasku hati-hati.

Tidak banyak bertanya, ia langsung menandatangani daftar anggota kelas tersebut dan mengembalikannya lagi padaku. Aku mendadak merasa tidak enak hati dengan William. Ia pasti pindah tempat duduk karena merasa terganggu olehku.

"Umm, William ... maaf, kalau aku sudah membuatmu tidak nyaman. Jujur, aku sama sekali tidak bermaksud untuk mengganggumu," kataku sambil menunduk dan menggigiti bagian bawah bibir. Kulirik respon dari raut wajahnya dengan canggung.

"Aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan," balasnya singkat.

"Kau pindah tempat duduk gara-gara aku ...."

William memandangku dengan heran. "Kau terlalu percaya diri. Kenapa juga aku yang harus pindah tempat duduk kalau memang cuma gara-gara kau?" Ia mengangkat satu alisnya lalu mengedikkan dagu ke sebuah poster pengumuman yang ada di samping papan tulis.

Aku termangu seperti orang dungu karena ternyata dia pindah bukan gara-gara diriku, melainkan tempat duduk yang sudah Mrs. Pamela atur agar kelas tidak berisik lagi. Kesialanku rupanya masih belum berhenti sampai di sini. William ternyata akan menjadi teman sebangkuku selama dua semester ke depan.

Hebat sekali! Sekian dan terima kasih banyak untuk Mrs. Pamela yang sudah ikut berpartisipasi dalam menyempurnakan kesialanku pada hari ini.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
ceritanya bagus, tulisannya rapih banget 😍😍😍😍
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐: punya ku berantakan, ya ampun 🙈
𝓡𝓲𝓿𝓮𝓵𝓵𝓮 ᯓᡣ𐭩: makasih kaa~/Rose/
total 2 replies
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
/Scare//Scare//Scare/
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
ya ampun serem banget
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
. jadi ikut panik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!