NovelToon NovelToon
Dijebak Di Malam Pengantin

Dijebak Di Malam Pengantin

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:567.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Aura, gadis berusia 26 tahun yang selama hidupnya tidak pernah memahami arti cinta.

Karena permintaan keluarga, Aura menyetujui perjodohan dengan Jeno.

Akan tetapi, malam itu akad tak berlanjut, karena Aura yang tiba-tiba menghilang di malam pengantinnya.

Entah apa yang terjadi, hingga keesokan harinya Aura justru terbangun di sebuah kamar bersama Rayyan yang adalah anak dari ART di kediamannya.

"Aku akan bertanggung jawab," kata Rayyan lugas.

Aura berdecih. "Aku tidak butuh pertanggungjawaban darimu, anggap ini tidak pernah terjadi," pungkasnya.

"Lalu, bagaimana jika kamu hamil?"

Aura membeku, pemikirannya belum sampai kesana.

"Tidak akan hamil jika hanya melakukannya satu kali." Aura membuang muka, tak berani menatap netra Rayyan.

"Aku rasa nilai pelajaran biologimu pasti buruk," cibir Rayyan dengan senyum yang tertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Bagaimana jika ...

Aura menatap heran pada Bi Dima yang datang dan memberikannya lipatan kertas.

"Apa ini, Bi?"

"Dari Mas Rayyan, Non. Dibaca, ya." Bi Dima tersenyum kemudian berlalu dari ambang pintu kamar Aura.

Aura berdecak lidah, membolak-balikkan kertas yang kini berada ditangannya. Bi Dima bahkan berpesan agar Aura membaca isi kertasnya.

Hah, yang benar saja? Bahkan menyebut nama pria itu pun Aura tak mau.

Aura langsung naik darah, sebab Aura sudah mendoktrin dirinya sendiri jika dia harus membenci Rayyan. Itulah yang terbaik agar pria itu tidak berani mendekat lagi padanya.

Aura memang tidak seharusnya menyalahkan Rayyan, karena menurut pengakuan Rayyan-- pria itu juga tak sadar saat melakukannya.

Kendati demikian, Aura tetap punya pemikiran sendiri. Dalam benak gadis itu, tetap Rayyan yang telah menodainya.

Akan tetapi, pemikiran Aura yang memberontak Rayyan--seolah bertolak belakang dengan hati kecilnya yang justru tergelitik untuk mengetahui isi surat itu.

Disaat seperti ini, Aura jadi benci dengan sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri. Aura kesal karena sifat alaminya yang sulit untuk mengabaikan orang lain.

Padahal, Aura hampir saja membuang surat Rayyan ke dalam tong sampah yang ada di kamarnya. Tapi akhirnya, Aura membuka juga surat pemberian dari Rayyan itu dengan gelagat malas-malasan.

Aura hanya sekedar ingin memuaskan rasa penasarannya akan isi surat tersebut.

^^^-Aura ... maaf mengganggu waktu kamu. Kita harus bicara berdua dalam keadaan yang lebih tenang. Jika kamu mau, datanglah ke rooftop rumah. Aku akan menunggu disana sampai hari menggelap. Paling tidak, beri aku kesempatan untuk menjelaskan hal apa yang sudah ku ingat.-^^^

Aura sebenarnya tidak tertarik sama sekali dengan ajakan Rayyan untuk bicara empat mata. Apalagi sebenarnya Aura sudah dapat menebak apa isi dari surat yang dikirimkan oleh pemuda itu.

Tapi lagi-lagi Aura menyipitkan mata saat membaca kembali tulisan tangan Rayyan. Dia mencerna setiap kosa-kata disana.

Aura penasaran dengan kalimat terakhir di surat itu.

Hal apa yang sudah diingat oleh Rayyan?

Apa Rayyan sudah ingat siapa yang menyebabkan ini terjadi? Atau Rayyan mau bilang kalau sebenarnya tak ada yang terjadi diantara mereka? Meski itu tidak mungkin disaat Aura sendiri tau jika pagi kemarin dia terbangun dalam keadaan tak berbusana dan inti tubuh yang terasa perih.

Sepertinya harapan Aura untuk hidup dengan keadaan yang masih sama seperti dulu--hanyalah angan-angan saja, karena sejatinya dirinya sendiri pun sudah mengakui jika kondisinya sudah berbeda sekarang.

"Baiklah, kita lihat apa yang mau dia bicarakan." Aura bergumam pada dirinya sendiri. Dia menarik nafas dalam dan berjalan menyusuri tangga rumah yang menghubungkan dengan atap rumah atas alias rooftop.

Aura datang kesana dengan raut datar, dia melihat pada punggung Rayyan yang masih membelakanginya, sepertinya pria itu sedang menatap pemandangan sekitar dari lantai teratas rumah.

Aura ingin menanyakan, bagaimana bisa Rayyan naik ke atas sini? Tapi dia segera mengurungkannya.

Aura berdehem sekilas, disaat itulah Rayyan menyadari kedatangannya.

Rayyan menoleh dan tersenyum simpul. Dia senang Aura mau menemuinya.

"Sepuluh," kata Aura memulai.

Kedua alis Rayyan terangkat, menunjukkan ekspresi tak mengerti.

"Aku beri waktu sepuluh menit untuk kamu bicara."

Sekarang Rayyan paham apa maksud gadis itu.

Rayyan memang tidak suka membuang waktu atau bertele-tele, dia segera mengucapkan tujuannya untuk menemui Aura disini. Dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang Aura beri untuk bicara empat mata seperti ini.

"Aku akan bertanggung jawab," kata Rayyan lugas.

Aura berdecih. "Aku tidak butuh pertanggungjawaban darimu, anggap ini tidak pernah terjadi," pungkasnya.

"Lalu, bagaimana jika ... kamu hamil?"

Aura membeku, pemikirannya belum sampai kesana.

"Tidak akan hamil jika hanya melakukannya satu kali." Aura membuang muka, tak berani menatap netra Rayyan.

"Aku rasa nilai pelajaran biologimu pasti buruk," cibir Rayyan dengan senyum yang tertahan.

Bagaimana Rayyan tak menahan geli, awalnya memang dia menatap Aura dengan raut sedih dan sungkan, tapi jawaban gadis itu menunjukkan betapa polosnya Aura diumur nya yang bukan remaja lagi.

Aura mendengkus. "Lupakan soal tanggung jawab," katanya sembari menatap lurus ke depan sana, meski sedikit banyak ucapan Rayyan mengenai kehamilan membuat Aura ciut, tapi dia berusaha bersikap biasa saja.

Disinilah Rayyan tau jika keputusan Aura telah bulat dan tidak bisa lagi dia goyahkan. Meski sudah menyinggung soal kehamilan, tapi Aura tetap tidak mau mempertimbangkan. Rayyan bisa apa?

Akhirnya, Rayyan hanya bisa diam. Dia memilih menunggu---apalagi yang akan Aura katakan---sebab dia sudah selesai dengan tujuannya untuk membujuk Aura dan berakhir sia-sia akibat penolakan gadis itu yang lagi-lagi didengungkan.

"Apa yang sudah kamu ingat soal malam itu?" tanya Aura kemudian. Ini yang membuatnya sangat penasaran.

Rayyan menggeleng samar, tapi dia berusaha menjelaskan yang dia ingat.

"Malam itu aku sempat pergi ke apotek untuk membelikan obat seorang tamu."

"Tamu? Obat?" tanya Aura tak paham.

"Iya, tamu. Bukankah ada banyak tamu saat malam yang seharusnya menjadi malam pernikahanmu itu?"

"Lalu?"

"Ya, dia memintaku membeli obat karena dia mengaku sangat pusing."

Rayyan menatap Aura yang masih keheranan.

Apa hubungannya Rayyan yang membeli obat dengan kejadian malam itu? Begitulah pemikiran Aura.

"... sebelumnya, Pak Zulmi menawari aku untuk minum kopi, dan akhirnya kopi itu aku minum saat aku sudah kembali dari apotek."

Disanalah Aura menoleh untuk menatap pada Rayyan.

"Maksudnya, ada jeda beberapa waktu saat kamu pergi, sampai akhirnya kamu kembali dan meminum kopinya?" Aura menyimpulkan.

"Hmm." Rayyan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bisa jadi ... saat aku pergi, kopi yang harusnya ku minum itu sudah diberikan sesuatu oleh orang lain," paparnya.

Aura mendelik kecil. "Maksud kamu, Pak Zulmi yang--"

"Aku tidak menuduh Pak Zulmi. Aku tidak mencurigai beliau sama sekali meski cangkir kopi berada didekat pos," kata Rayyan menyela perkataan Aura.

"Jadi?"

Rayyan mengendikkan bahu. "Entahlah, tapi hal lain yang juga ku ingat--"

"Apa?" serobot Aura.

"Setelah itu aku merasa tidak enak badan dan aku memutuskan kembali ke paviliun belakang untuk tidur."

"What?" Kali ini Aura sedikit tak percaya.

Rayyan menipiskan bibir. "Kamu sendiri? Apa yang kamu ingat? Apa kamu gak berusaha mengingatnya?"

"Aku tidak mau mengingat kejadian seperti itu. Aku memang tidak berusaha mengingatnya," kata Aura terus terang.

"Kenapa?" Rayyan cukup terkejut mendengar jawaban Aura.

"Aku takut kejadian itu akan membayangiku terus menerus."

Aura memejamkan matanya rapat-rapat. Dia memang takut kejadian kemarin yang berusaha dia ingat justru mengantarkannya pada trauma berlebihan seperti dulu. Setidaknya, Aura cukup bersyukur karena dia tak sadar saat Rayyan melakukan dan mengambil mahkotanya, sehingga Aura tidak akan terbayang-bayang dengan hal itu yang akan menghantuinya--seperti tragedi pelecehan pada dirinya di masa lalu--dimana dia sadar dan menyaksikannya secara langsung.

Saat Rayyan membuka mulut untuk kembali bersuara, Aura sudah berbalik badan dan berjalan meninggalkannya.

"Ra ..." lirih Rayyan. Ada nada mengiba dalam panggilannya kali ini. Dia berharap Aura mau merubah keputusannya.

"Sudah 10 menit. Waktunya sudah habis," kata Aura tanpa menoleh ke belakang. Dia terus berjalan sembari mengibaskan tangan sebagai isyarat tak ingin membahas apapun lagi.

Rayyan menatap pilu kepergian Aura dari hadapannya. Perlahan-lahan tubuh ramping itu menghilang sebab sudah menuruni undakan tangga yang ada disana.

"Aku hargai keputusan kamu, Ra. Aku harap kamu baik-baik saja meski itu akan sulit. Aku juga berharap, suatu saat kamu bisa berubah pikiran," batin Rayyan.

Rayyan menghela nafasnya dalam-dalam. Dia sudah mendengar keputusan Aura dan tidak ada tempat baginya untuk dapat membersamai gadis itu. Aura sudah menolaknya untuk kesekian kali.

Hal ini turut membuat Rayyan mengambil keputusan juga. Dia akan segera meninggalkan kediaman orangtua Aura dan mengurus urusannya yang lain. Setidaknya, dia sudah diberi kesempatan untuk bicara dengan gadis itu.

...Bersambung ......

1
Erry Shintia
Luar biasa
Sita Sit
kereñnn ,buat aura bener2 menyesali perbuatannya sama rayyan
Sita Sit
baru nyesel ya ra ,kasian Rayyan ya
Sita Sit
rasain kau aura,gak ada rasa syukurnya dpt suami sempurna gitu
Anonymous
Biasa
Anonymous
Buruk
Chyntia Rizky 🖋️: gak baca tp bisa menilai karya saya dgn bintang satu. besok-besok buat karya sendiri saja ya kak... yg mungkin bisa sampe bintang 10. terimakasih sudah kesini. sepertinya semua novel yg dikunjungi tidak ada yg bagus menurut kakak🙏🏻
total 1 replies
Sita Sit
karyamu bagus bagus Thor ,semangat ,aku mau coba baca semua
Siti Nina
oke
74 Jameela
Bagus ceritanya..smngt&sukses kak
Juan Sastra
bagus thorr
Juan Sastra
hadeeeh rayyan harusnya tuh bilangnya,, makasih sayang sembari cium cium
Juan Sastra
syukur,,,
Juan Sastra
mati saja kau aura,,, semoga di perkosa benaran oleh sandy biar gila sekalian kau.. bego banget
Juan Sastra
lama amat sih masalah man bisa buat aura klepek klepek,, bikin cemburu baru bisa
Juan Sastra
kasih poto aja lagi makan siang perempuan cantik, pasti uring uringan tuh
Syahilla Naazifa
Luar biasa
Syahilla Naazifa
Lumayan
khitara
ya.....rasakan sendiri
khitara
wow wow wow
khitara
aaaa....bagus banget ceritanya thor.....mampir juga kelapak q thor, di paksa mencintai dan cinta gadis dingin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!