Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. KONSULTASI
"Mama kamu suka apa?" tanya Lovely, langkah pertama yang harus ia lakukan untuk menaklukkan hati keluarga pasangan adalah dengan bertanya apa kesukaan dan ketidaksukaan mereka terutama ibunya, menurut artikel yang ia baca di google.
"Umi bukan tipe ibu pemilih, bukan juga tipe maniak. Dia pasti bakal suka kamu---karena anaknya pun suka---" Rayyan menjawabnya dengan kekehan, meski hanya bertukar pesan.
"Ck, gombal! Pacar kamu pasti banyak," balas Eirene, tentu saja si ikan marlin ini tak akan mengaku, sampai avatar ubah haluan hidupnya jadi dagang dawet pun ia tak akan membongkar kartunya pada Eirene.
"Prajurit itu setia Eyii," padahal para burung di langit tempatnya berada kini sudah memuntahkan jero an perutnya demi mendengar ucapan gombal receh si playboy cap Semar itu.
"Oh!" Eirene merotasi bola matanya, satu yang ia tau pria ini tengah melancarkan aksi gombalnya, prajurit itu manusia dan punya ego juga nav suuu, ia sangsi dengan ucapan Rayyan.
"Honeyyyy! Let's start hunting! Gue mau cari barang-barang buat calon mertua!" ujar Eirene, ia sengaja meluangkan waktunya untuk hari ini dari jadwal pemotretannya.
"Oke cuss! Gue di traktir ngga nih?" tanya honey sedang bersiap-siap.
"Boleh deh satu aja tapinya. Soalnya loe kalo milih barang, harganya ngga pernah kurang dari 6 digit !" balasnya pelit.
Suara tawa menggelegar tercipta di balik pintu kamar honey, "wokehh baby!"
Kacamata hitam, topi dan masker tak pernah luput dari outfitnya, bagi Eirene privasi itu langka dan mahal sekali harganya, kemanapun ia pergi selalu ada mata kamera dan mata manusia yang haus akan popularitas Eirene. Demi mengelabui paparazzi dan fans fanatiknya Eirene hanya memakai mobil sejuta umat saja tanpa ada pengawalan atau security yang ia sewa. Terkadang ia iri pada warga biasa yang bisa melakukan hal ini dan itu dengan bebas.
"Honey! Buru ih!!!" ketimbang Eirene, honey lebih lama dandan jika akan pergi-pergian.
"Udah lah, dandan aja lama amat kaya mau pengantenan!" decaknya kesal.
"Baby, kayanya gue udah mesti wax. Bulu kaki udah lebat lagi?!" dumelnya keluar dari kamar.
"Iya, ntar gue bayarin! Buruan!"
"Asikkk!" serunya senang.
"Lagian kalo udah dari buyutnya turunan genderuwo mah susah honey!" jawab Eirene, sontak mendapatkan cebikan dari honey. Apa dia kata, turunan genderuwo?
"Loe, so-so'an digundulin! Cowok tuh lebih gentle kalo berbulu!" jawab Eirene.
"Kalo gitu Rayyan berbulu dong--- arghhhhh!"
Eirene mendorong kepala honey, "merinding gue!"
"Hayukk capcus cinnnn!" Eirene tertawa sambil mencubit lipatan perut honey.
Umi Salwa dan abi Zaky terpaksa harus bolak-balik Sabang-ibukota demi mengurus kasus yang menimpa besan dan menantunya Fara, mereka bukan pahlawan kesorean tapi jika ada siapapun yang mengusik salah satu anggota keluarga Ananta, sudah dapat dipastikan mereka berurusan dengan si pemilik kebun kopi terbesar se tanah Gayo itu.
"Bang Za, Salwa mau keluar dulu sama Zahra. Nemenin si bungsu nyari ATK sekalian liat salon sama EO," ijinnya merapikan khimar.
"Iya, ditemenin supir apa engga?" abi Zaky melipat korannya lalu beranjak dari duduk.
"Engga usah bi! Umi kan pembalap!" sambar Zahra dari dalam, Salwa tertawa mengingat setiap aksinya selalu membuat suaminya ini jantungan.
"Abi ngga percaya," jawabnya pada Zahra namun sorot matanya menatap tajam sang istri.
"Janji bang! Kan bawa anak!" Salwa menunjukkan telapak tangannya di samping kepala sebagai janji sucinya dari lubuk hati yang paling dalam.
"Kamu udah tua dek, ngga usah yang aneh-aneh!"
"Iya! Nyebut tuanya jangan kenceng gitu kali bang, Salwa sadar diri kok, udah mau punya cucu!" jawabnya.
Eirene dan honey masuk gerai es krim dan gelato terlebih dahulu, dikala senggang begini keduanya memang seperti anak-anak kecil, masa kecil mereka tergerus oleh suatu keharusan--keharusan berada di studio, catwalk dan ruang make up.
"Emhhh, gue paling suka rasa coklat!" serunya menurunkan masker demi menikmati gelato yang kini berada di tangannya.
"Emhhh, kira-kira gue kasih apa ya mama'nya Rayyan?" gumam Eirene.
"Dia sukanya apa?" tanya honey, tangan lentiknya menyendok gelato dengan lahap.
"Entah, Rayyan ngga kasih clue. Katanya apa aja---" jawab Eirene.
"Tas, Channel lagi keluarin produk terbaru dan udah sampai di tanah air juga!" usul honey.
"Iya si, kepikiran itu juga! Oke deh!" angguknya singkat. Maka setelah beres dengan gelato, keduanya masuk ke dalam toko dimana produk yang diinginkan berada.
Dua karyawan toko menyambut di pintu masuk, dengan seragam rapi khas toko dengan produk brand-brand mahal di punggungnya.
"Selamat datang, selamat berbelanja,"
Jejeran tas-tas dengan harga selangit begitu memanjakkan mata, tapi bagi Eirene harga itu tak jadi masalah untuknya.
"Uwoowww! Udah lama ngga shopping jangan sampai gue kalap Eyi," gumam Honey berdecak menurunkan kacamatanya sampai batas pangkal hidung.
Eirene mulai menggunakan naluri perempuannya untuk memilih buah tangan yang cocok, "Channel kah, Hernes, atau LouisV?" ia bermonolog, sementara honey mengambil langkah ke rak yang berbeda, ia lebih memilih clutch.
"Silahkan memilih kak, ini barang musim terbaru dari brand LouisV,"
"Mi, masuk dulu situ yuk!" ajak Zahra menarik-narik tangan Salwa.
"Mau ngapain? Tas kamu udah banyak, lagian mubadzir Ra kalo beli cuma buat pajangan aja." Tolak Salwa secara halus.
"Ahhh, liat bentaran doang! Janji cuma liat aja!" bujuknya memaksa. Wanita memang begitu, jika sudah masuk ke dalam pusat perbelanjaan niscaya matanya jelalatan. Mau tak mau akhirnya Salwa menurut, kebetulan sekali ia pun ingin membelinya satu untuk Faranisa sang menantu.
"Kita beli buat Fara satu," ucap Salwa.
"Oke!" kedua anak dan ibu ini masuk ke dalam toko tas, menyapu pandangan dan menemukan beberapa pengunjung lain yang sedang memilih juga.
"Ini produk terbaru dari catalog musim gugur yang masih hangat kak, baru saja datang dari negri asalnya!"
Eirene mengangguk-angguk seraya memilah-milah. Pandangannya tertumbuk pada salah satu tas selempang yang tak terlalu besar, namun terlihat simple dan mewah.
Tangannya terulur untuk mengambil, bersamaan dengan tangan perempuan lain.
"Eh!" keduanya menoleh.
"Maaf, silahkan--" Eirene mempersilahkan Salwa mengambilnya, padahal ia menyukainya juga.
Salwa tersenyum, "terimakasih!" melihat Salwa ia jadi teringat untuk meminta bantuan sarannya memilih tas untuk calon mertua.
"Eh, ibu! Maaf--" Eirene menurunkan maskernya sampai batas dagu namun tak membuka topi dan kacamatanya.
Salwa menoleh, "iya?"
"Kalau boleh saya mau minta tolong. Dari tadi saya lagi bingung mau milih tas untuk buah tangan-- bisa minta tolong sarannya?"
"Aduhh, justru saya takut ngga bisa. Karena ngga tau selera orang!" balas Salwa meringis.
"Ngga apa-apa bu, soalnya orangnya ngga pemilih." jawab Eirene memaksa.
"Oh, gitu. Oke untuk siapa?"
"Buat ibunya calon saya, umurnya sih udah tua! Ampir 50an mungkin ya, biasanya kalo nenek-nenek--eh maksud saya ibu-ibu lanjut gitu bagusnya dikasih tas kaya apa ya? Yahh--paling-paling tasnya dipake buat pengajian, kondangan, atau buat nyempilin salak dari kondangan!" jelas Eirene polos.
"Kamvrettt, nenek-nenek. Umur gue juga ampir 50 tahun, tapi ngga dipake nyempilin salak dari kondangan juga kaliii. Kalo gue punya calon mantu begini, udah gue gantung di tiang bendera!" gerutu Salwa dalam hati.
.
.
.
.