Aresha adalah gadis jenius, dia menyembunyikan identitas asli dan hidup sebagai Disha sejak kecil untuk menghindari ancaman musuh keluarga. Mengenakan kacamata tebal, Disha menutupi pesonanya dengan penampilan yang sederhana sambil diam-diam menyelidiki identitas musuh-musuhnya.
Suatu penyelamatan darurat, Disha berpartisipasi dalam penyelamatan nyawa pasien VVIP bernama Rayden, kemunculan Rayden membuat Disha menyadari adanya bau musuh yang muncul.
Di saat yang sama, karena Disha Rayden teringat pada gadis hilang yang dia cintai selama bertahun-tahun.
Tanpa sepengetahuan satu sama lain, keduanya mulai diam-diam mengawasi gerak-gerik masing-masing.
Apakah Rayden adalah musuh keluarga yang harus Disha hindari? Keterikatan macam apa yang terjadi di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGD Bab 9 - Mengingatkannya Pada Seseorang
"Apa pekerjaanmu sudah selesai? kalau sudah cepatlah keluar dari ruangan ini," ucap Rayden, meski bicara dengan susah payah namun dia ingin mengusir wanita ini untuk segera pergi dari ruangannya.
Dari tadi bahkan Rayden tidak menatap ke arah wanita itu, terus mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tidak ingin membuat matanya jadi sakit ketika melihat seorang wanita buruk rupa.
"Maaf Tuan, bisa anda buka mulut anda?" balas Disha, bukannya mengiyakan untuk keluar dia malah memberi perintah pada Rayden untuk membuka mulut.
Sebuah perintah yang benar-benar membuat Rayden merasa kesal. Dia tidak mau menuruti tapi sadar juga jika wanita ini hanya sedang menjalankan tugasnya.
Jadi mau tidak mau Rayden menurut, dia menghadap ke arah wanita itu dan membuka mulutnya lebar, sementara Disha dengan segera memeriksa keadaan di dalam sana.
Melihat lidah yang masih dipenuhi warna putih.
Dalam jarak dekat seperti ini, Rayden bisa menatap lekat wanita ini, sebuah wajah yang membuatnya ingat akan seseorang.
Deg! seketika jantung Rayden berdegup. Detak jantungnya bahkan langsung terdeteksi oleh Disha yang sangat sensitif. Namun Disha tetap melakukan pemeriksaan.
"Maaf tuan, saya akan menyentuh wajah Anda," ucap Disha lagi.
Sementara Rayden sudah tergugu, tak mampu menjawab dan hanya tenggelam dalam ingatannya sendiri.
Tentang seorang gadis kecil bernama Aresha yang telah tiada.
Makin dia tatap wanita ini, makin membuatnya teringat akan gadis itu. Rayden lantas menurunkan pandangannya, dari wajah turun ke kartu tanda pengenal, membaca sebuah nama yang membuatnya kecewa.
Disha.
Dia bukan Aresha. Batin Rayden.
Dia diam saja saat Aresha membuka salah satu matanya lebih lebar dan menyorotinya dengan senter kecil.
Semua pemeriksaan telah usai dan Disha berniat pamit.
"Pemeriksan kali ini sudah selesai Tuan, saya permisi." terang Disha, lengkap dengan kepalanya yang menunduk hormat.
"Ambilkan makanan dan minuman untuk wanita ku, kamu yang harus mengantarnya sendiri ke ruangan ini," titah Rayden. Sebuah perintah yang juga membuat Samuel dan Tamara sama-sama bingung.
Karena bagi mereka perintah itu seolah hanya sebuah alasan agar perawat cupu itu kembali lagi ke ruangan ini.
Samuel dan Tamara sudah sangat mengenal Rayden, apapun gerak gerik pria itu sudah mereka hapal betul apa maksudnya.
"Baik Tuan," jawab Disha patuh, sudah biasa dia perlakukan seperti ini. Bukan dianggap sebagai perawat apalagi dokter, melainkan hanya office girl.
Setelah Disha keluar dari ruangan itu, Tamara bangkit dari duduknya dan menghampiri Rayden, duduk di tepi ranjang.
"Apa kamu tertarik dengan wanita itu? kenapa memintanya kembali lagi?" tanya Tamara penuh selidik. Selama ini Rayden tidak pernah terikat dengan wanita manapun. Dia menjalin hubungan dengan siapapun yang dia suka, andai wanita itu mulai menuntut ini itu pasti Rayden akan segera mengakhiri hubungan.
Karena itulah selama ini Tamara hanya bertahan sebagai teman, meski dalam lubuk hatinya yang paling dalam sangat menginginkan Rayden untuk jadi miliknya seorang.
Tamara tetap ada meski Rayden telah berulang kali kencan dengan wanita lain.
Dan selama ini yang dia tahu Rayden hanya mendekati wanita cantik, bukan dokter cupu seperti itu.
"Tidak ada maksud apapun, hanya ingin mengerjainya sedikit," balas Rayden, lengkap dengan seringai di ujung bibirnya, seringai andalan Rayden ketika hendak bermain-main dengan wanita.
Melihat itu Tamara pun bernafas lega.
Namun Samuel yang juga mengamati sang Tuan tetap saja menaruh curiga.
Pasti ada sesuatu. Batin Samuel.
Tidak berselang lama kemudian, Disha kembali ke ruangan ini dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk Tamara.
Wanita itu menyajikannya semua di atas meja dan tiap gerakan yang dilakukan oleh Disha, Rayden diam-diam mengamatinya dengan lekat.
Dan tiap kali dia menatap seperti ini, Rayden seperti melihat wanitanya dalam tubuh wanita cupu itu.
