Karena hidup dalam kesederhanaan dan nyaris tak punya apa-apa. Alena dan Keluarganya selalu di hina dan tak henti-hentinya di rendahkan oleh keluarga sepupunya yang termasuk orang berada.
Alena semakin di kucilkan ketika gadis itu di ketahui telah menjalin hubungan dengan pria yang bernama Pradipta Devano Syahputra. Pria yang berprofesi sebagai seorang montir di salah satu bengkel di kota itu.
Namun siapa sangka, Di balik pakaian kotornya sebagai montir, Alena di buat terkejut setelah mengetahui bahwa Devano ternyata seorang Ceo yang kaya raya..
•••••
"Terserah mereka ingin merendahkan mu seperti apa. Yang penting cintaku padamu tulus. Aku janji akan membahagiakanmu serta membungkam mulut mereka yang telah menghina mu dan keluarga mu.." Pradipta Devano Syahputra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Ada Satu
Dua hari setelah pesta itu di rayakan. Hari ini adalah hari dimana Devano akan datang ke kantor. Bukan hanya untuk datang melainkan untuk memimpin perusahaan yang selama ini kepemimpinannya di serahkan kepada Andika.
Saat ini, Devano dan Alena tidak tinggal di rumah orang tuanya lagi melainkan di rumah yang sengaja Devano bangun sendiri untuk masa depannya. Begitupun dengan orangtua Alena, Ayah Pandu dan Bunda Lilis yang telah pindah rumah. Mulai sekarang mereka tidak akan tinggal di kompleks warga yang isinya manusia iri dengki semua. Toko yang di berikan oleh Devano juga sudah sejak kemarin buka. Sungguh ini pemberian yang sangat berarti untuk mereka.
" Tuan, Di bawah sudah ada Den Andika.." Lapor salah satu pelayan yang di bawa Devano untuk bekerja di rumah mereka.
"Kenapa gak di suruh sarapan aja sih Bi..
"Sayang.. Ngapain ngajakin Andika makan. Udahlah.. Dia pasti udah sarapan juga.. Dia tidak semiskin itu.. " Alena menatap sang suami.
"Ya, Gak boleh gitu lah.. Gitu-gitu dia itu asisten kamu loh.. Dia juga manusia tahu.
"Lah, Yang bilang Andika kucing siapa?
"Kamu..
"Kapan?
"Tadi itu..
"Masa? Abang gak ngerasa tuh..
"Iiih.. Abang nyebelin tauk.." Alena menghentakan kakinya lalu keluar dari kamarnya. Devano terkekeh, Lalu menyusul sang istri yang kemungkinan sudah ada di bawah mengajak Andika untuk sarapan. Karena selain menjadi asistennya, Sekarang Andika juga harus merangkap menjadi supir pribadi pasangan bucin ini.
Begitu sampai di bawah, Pemandangan yang baru saja Devano lihat adalah sang istri yang tengah menyeret tangan Andika.
"Asisten Andika hayook.. Kita sarapan bareng..
"Tidak, Terima kasih Nyonya..Saya sudah sarapan tadi.." Tolak Andika dengan secara halus.
"Ih, Emang kamu gak mau nyobain masakan aku.. Masakan aku enak tauk.. Kamu pasti ketagihan deh.." Andika melirik Devano. Ia akan ikut sarapan kalau Devano mengizinkannya..
"Abang.. Boleh ya, Asisten Andika ikut sarapan bareng kita.. " Alena mengedip-ngedipkan matanya genit ke arah Devano. Di sampingnya, Andika menatap Alena yang begitu cantik pagi ini.
Ah, Tidak. Cantiknya bukan hanya pagi ini tapi setiap hari. Andai Alena bukan milik Devano, Mungkin Andika adalah orang pertama yang akan membawa wanita itu kepelaminan.
"Ekheeem!" Devano berdehem. Andika segera menundukkan kepalanya karena tatapan Devano yang begitu tajam bak pedang.
"Maaf Tuan..
"Beraninya kau menatap istriku sampai begitu. Mau aku co-lok matamu. " Andika diam tak lagi menjawab. Sudah pasti apa yang di ucapkan oleh Devano hanya sebuah gertakan atau ancaman saja. Namun bisa saja Devano benar-benar melakukan itu apalagi mengingat circle pria itu.
"Bang..Ih! Pertanyaan ku belum Abang jawab loh.."
"Iya, Boleh.. Tapi hanya hari ini saja.. Jangan setiap hari.." Alena bersorak gembira. Akhirnya mereka bisa sarapan bersama.
*****
Gimana masakan aku? Enak gak?" Tanya Alena terhadap Andika yang sepertinya lahap sarapan di rumah ini.
"Masakan Nyonya sangat enak.. Saya baru kali ini merasakan masakan yang lebih enak lebih dari masakan restoran.." Devano melirik tajam Andika yang baginya terlalu berlebihan memuji sang istri. Bukan ia tidak senang apabila istrinya di puji oleh orang lain. Sebagai seorang suami jelas saja ia bangga. Akan tetapi ia juga tak suka kalau istrinya terlalu di puji seorang pria, Apalagi ini yang memuji adalah asistennya sendiri.
"Tuan jangan seperti itu.. Saya ini berkata jujur loh Tuan.. Ah, Andai saja ada dua Alena, Pasti saya sangat bahagia sekali.." Bukannya berhenti. Andika sepertinya semakin menjadi saja. Dan apa katanya tadi? Andai ada dua Alena? Lalu kenapa kalau ada dua Alena? Ah, Tidak tidak! Alena tidak akan pernah ada dua, Alena hanya ada satu. Ya, Hanya satu saja dan itu adalah Alena nya.
" Dengar.. Tidak akan ada dua Alena. Dan Alena itu hanya ada satu yaitu Alenaku..
"Ya, Pak bos.. Yang si paling Alena.." Ucap Andika sembari tertawa. Alena pun ikut tertawa melihat kekesalan suaminya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Devano dan Alena kini sedang berada dalam satu mobil. Di depan sana Andika duduk sendiri sebagai supir. Sesekali pria itu melirik kaca spion depan memerhatikan Devano yang begitu perhatian terhadap Alena.
Ah, Andai dulu ia tidak tahu kalau Alena adalah kekasih Bosnya. Mungkin Andika sama seperti Bagas yang berani menyatakan cintanya namun tak luput juga akan mendapatkan penolakan.
Ya, Siapa yang tidak tertarik terhadap Alena. Wanita itu adalah wanita yang paling cantik di kantor. Tapi yang buat Andika kadang bertanya-tanya ialah, Wajah Alena tidak sama seperti kedua orang tuanya.
Ciiiit!!" Andika mengerem mendadak membuat Devano yang berada di belakang mengumpat kesal.
"Andika apa yang kau lakukan??
"Maaf, Tuan.. Tadi ada kucing.."
"Ck, Lain kali hati-hatilah..
"Iya Tuan, Sekali lagi saya minta maaf..
Mobil kembali melaju dengan kecepatan yang sedang.
"Sayang kamu gapapa..
"Gapapa Bang...
Akhirnya mobil yang di kendarai oleh Andika telah sampai di depan gedung yang menjulang tinggi itu. Andika turun lebih dulu kemudian membukakan pintu di bagian belakang.
Devano turun dari kendaraan roda empatnya yang mewah. Sebelah tangannya terulur ke arah sang istri.
"Ayo...
"Iya Abang sayang.." Alena terkikik. Dan sekarang sepasang manusia yang saling mencintai itu melangkah bersama dengan begitu mesranya.
Di dalam sana, Sudah ada para karyawan yang sudah siap menyambut kedatangan Devano dan istrinya.. Tak terkecuali Bagas dan Dilla yang ikut berdiri dengan kepala menunduk.
Banyak dari mereka yang menunduk. Mungkin malu karena sebagian dari mereka pernah mengecam Alena. Mengatakan Alena hanya punya kekasih seorang montir. Dan lihat sekarang? Montir yang mereka olok olok adalah Direktur utama di kantor ini.
"Selamat pagi..
"Pagi...
Devano berdiri dengan tegak. Menatap satu persatu para karyawan disana.
"Andika..
"Saya Tuan..
"Jelaskan.." Andika mengangguk patuh namun tak mengurangi kadar tegas dalam diri pria itu.
"Sebelum pekerjaan kalian di laksanakan saya ingin menyampaikan sesuatu. Kalian sudah tahu kan, Siapa beliau..
"Tahu pak..
"Hm, Belau adalah Tuan Devano direktur utama yang akan memimpin perusahaan ini. Dan di samping beliau, Kalian pastinya sudah tahu siapa. Nyonya Alena, Istri dari Tuan Devano. Mulai hari ini, Jangan panggil Beliau Ibu Alena lagi melainkan Nyonya Alena. Dan mulai hari ini juga, Beliau tidak lagi bekerja. Karena dari itu, Hari ini Tuan Devano akan memerhatikan kinerja kalian. Siapa yang terpilih nanti akan naik jabatan sebagai sekretaris pengganti Nyonya Alena.." Jelas Andika yang langsung di pahami oleh mereka.
"Sekali ingat, Jangan panggil Bu Alena lagi tapi Nyonya... Paham?
"Paham..
"Bagas dan Dilla paham juga kan apa yang sayang katakan barusan?
"Pa..paham pak.."
"Bagus.. Sekali kalian semua berani menyakiti Nyonya Alena barang sehelai rambutnya atau seujung kukunya.. Kalian akan tahu akibatnya.."
"Iya pak..
Dilla mengepalkan tangannya..
"Sialan! Kenapa? Kenapa aku selalu kalah dari Alena yang miskin itu!!!
.
.
.
TBC
tambah panas zion ya🤣🤣