Ini adalah kisah penuh haru, mohon di baca pelan-pelan jangan memberikan like tanpa membaca isinya.
"Menikahlah denganku Zahira, aku sudah tidak tahan ingin menyentuhmu. Terimalah aku agar memikirkanmu tak lagi menjadi dosa bagi ku." Raditya
saudara sekaligus cinta pertama.
"Sejauh apapun kau pergi, takdir akan membawamu kembali padaku, aku yakin itu." Anggara, seorang konglomerat tampan yang belum menikah, dan begitu menyayanginya sejak lama.
Kisah cinta pertama, menikah dan memiliki kebahagiaan sempurna, tapi itu tidak berlangsung lama. Pernikahannya hancur ketika seorang gadis datang merebut suaminya, membuatnya hampir kehilangan nyawa.
Hingga akhirnya takdir mengizinkan ia kembali kepada laki-laki dewasa yang sejak lama mengagumi.
Menikah setelah sembuh dari koma dan tidak ingat apa-apa, membuat pria dewasa tersebut khawatir jika suatu saat Zahira akan meninggalkannya.
Tapi kenyataan sedang merubah jalan hidup, Zahira hamil!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09. Kau mencintainya?
"Apa ada lagi?" Radit bertanya setelah Zahira mengambil beberapa lembar hijab.
"Sudah." Zahira membawa belajaannya kepada pegawai toko.
"Di kasir ya mbak!" pegawai itu menyerahkan pakaian yang sudah dia kemas rapi, diangguki Zahira yang kemudian beranjak keluar di iringi Radit di belakangnya.
Selesai berbelanja Radit segera membawanya kembali ke kantor, karena janjinya kepada Anggara memang tidak boleh lama.
"Kita pulang saja." Zahira meminta, matanya menatap Radit dengan penuh harap.
"Kau harus kembali ke kantor, nanti pria itu marah padamu." Radit tak membalas tatapan gadis itu.
"Aku tidak mau, aku mau pulang saja." Zahira masih bersikeras, membuat Radit menepikan mobilnya sejenak.
"Tapi aku tak ada di rumah, kau akan bosan." ucapnya lembut, Zahira terdiam mendengar ucapan lembut itu, lagi-lagi jantungnya berdetak lebih cepat. Lidahnya Kelu tak bisa bergerak dan bicara.
Radit demikian tak sanggup menahan rasa yang ada di dadanya, dia membuang pandangnya keluar menghindari tatapan Zahira yang semakin hari semakin cantik sekali di matanya. Berkali-kali pria tampan itu menelan ludahnya, menekan rasa yang seakan mau meledak. Perlahan dia mengatur nafas dan mulai melajukan mobilnya.
Zahira diam seribu bahasa, hanya menikmati rasa nyaman itu kini berubah menjadi gelisah, saat jauh ingin bertemu, sudah bertemu masih menahan rindu, sudah dekat semakin tak menentu. Anak muda sedang di mabuk cinta.
Tanpa mereka sadari mobil mereka sudah tiba di kantor Zahira, Radit membukakan pintu mobilnya dan menunggu dengan sabar Zahiranya keluar. Radit mengantarnya sampai ke ruangan, sekilas memastikan dia aman, tak lupa melirik pria yang duduk tak jauh dari meja kekasih hatinya, "Dia juga menyukai Zahira ku' ucap hati Raditya.
"Nanti aku akan menjemputmu lebih awal." Radit mengelus kepala Zahira tanpa peduli ada orang yang memperhatikannya.
"Iya." Zahira menjawab seperti biasa, tak ada senyum tapi tentulah hatinya sangat bahagia. Dia membiarkan Radit pergi tanpa menolehnya lagi, melanjutkan pekerjaan yang sudah di siapkan Anggara.
"Kalian pacaran?" tanya Anggara tiba-tiba.
"Apa maksudmu? Aku tidak pernah pacaran?" Zahira semakin kesal mendengar ucapan pria dewasa itu.
"Tidak pacaran tapi mesra sekali, apa sudah tidak sabar ingin segera menikah muda?" ucapnya tanpa berpikir lagi.
"Bukan urusanmu." jawabnya tanpa melihat wajahnya.
"Tentu saja urusanku, kau sedang bersamaku?" jawabnya berdiri melangkah perlahan mendekati Zahira.
"Sudah jangan mendekat, jauh-jauhlah dariku." Zahira mengibaskan tangannya.
"Kenapa? takut ku sentuh?" tanya Anggara semakin berani.
"Tentu saja." Zahira meninggikan suaranya.
"Aku bahkan sudah pernah menyentuhmu, memelukmu, bahkan mencium pipimu dengan gemas sekali!" jawab pria itu sangat jelas. Zahira terbelalak, mendongak menatap wajah pria yang sedang berdiri di sampingnya.
"Kapan kau melakukannya?" Zahira merasa takut.
"Saat kau masih bayi." jawab Anggara membuang pandangan jauh ke luar.
"Kau!" Zahira tak bisa berkata apa-apa, berbagai macam hal yang ia bayangkan termasuk ayah dan ibunya.
"Aku menyukai lesung pipimu itu, mata beningmu yang menghanyutkan, juga suaramu yang halus itu mengiang telingaku. Membuat aku selalu ingin bertemu denganmu dan membuat alasan apa saja untuk bertamu ke rumah ayahmu." jelas Gara lagi tersenyum manis melihat Zahira yang masih terpaku, menatapnya dengan heran.
"Kau kenal ibuku?" Zahira tampak penasaran.
"Iya, dia temanku. Sekaligus orang yang aku kagumi." Jawabnya pelan, matanya memancarkan kesedihan.
"Kau mencintainya?" Zahira tahu persis tatapan itu, pria dewasa akan bersikap lemah ketika mengatakan perasaan yang tulus, dia sering melihat itu saat David berbicara padanya.
Anggara tersenyum, "Ibumu mencintai ayahmu." jawabnya lagi.
"Itu rumit sekali." Zahira tampak lelah berbicara hal yang serius, itu membuatnya malas.
"Kau ini, bukankah kau sedang jatuh cinta, jadi jangan katakan cinta itu rumit!" Anggara jadi gemas dengan tingkah gadis kecil itu.
"Tapi itu memang rumit, aku tidak suka." Zahira tak mau kalah.
"Tingkahmu itu sangat menggemaskan, membuat aku ingin menggigitmu sekarang juga." Anggara mengeratkan giginya, menatap tajam pada gadis yang mulai takut padanya.
"Ternyata kau pria dewasa yang mesum!" ucapnya seperti tak bersalah.
"Kalau aku mesum, sudah lama aku mengulangi hal yang sudah kulakukan saat kau masih bayi." ucapnya kembali mendekatkan langkahnya.
"Jangan pernah kau coba." Zahira mencoba mengancamnya.
"Dasar penggoda." Anggara menahan kesal sekaligus gemas.
"Kau mengataiku penggoda! Kau tidak lihat, aku menutup auratku, aku juga menjaga pandanganku, aku malah lebih banyak menghindar darimu!" yeriaknya.
"Kau memang menutup auratmu, juga pandanganmu. Tapi sikapmu itu membuat aku tidak tahan." Anggara memijat keningnya.
"Kalau begitu jangan salahkan aku, kau saja yang sudah tergoda dengan kehadiranku." ucapnya bersungut pelan, tapi masih bisa di dengar Anggara.
"Kau benar sekali, aku sudah tergoda padamu. Dan kau harus tanggung jawab!" Anggara sedikit menunduk, semakin mendekatkan wajahnya.
"Kenapa aku?" Zahira tidak terima, matanya melotot marah dan kesal.
"Menikahlah denganku." ucapnya dekat sekali, tangan kokoh itu menekan meja yang di pakai Zahira.
"Aku tidak mau!" Zahira takut dan gugup.
"Kenapa?" Anggara semakin menatap tajam padanya.
"Kau sudah terlalu tua." ucap Zahira jujur sekali.
"Kau menolakku?" Anggara kesal tapi merasa lucu, dia tertawa sedikit. Zahira hanya diam saja, tak berani bergerak.
"Jangan terlalu cepat menolak, nanti Tuhan memutar balikkan keadaan bisa jadi kau benar-benar berjodoh denganku." ucapnya santai.
"Sudah sana pergilah." Zahira merasa risih didekati pria dewasa itu.
"Dasar bar-bar. Aku jadi heran dari mana dia mendapatkan sifat yang seperti itu." Anggara bergumam sendiri sambil berjalan menjauhinya.
"Aku mendengarnya!" Zahira berteriak.
Tiba-tiba pintu terbuka, tampak David masuk dengan menatap kedua orang yang habis berdebat itu. "Ada apa?"
"Tidak." Kedua orang itu menjawab bersamaan, membuat David menyipitkan matanya.
"Dia ingin berhenti bekerja." Anggara menunjuk Zahira.
Zahira merasa dikerjai, dia merenggut mengerucutkan bibirnya. "Papa!" Rengeknya. David mendekati putrinya.
"Dasar Bayi, bisanya merengek saja!" Anggara semakin berani mengatainya, sambil melirik dan berlalu keluar.
"Sayang jangan begitu, kau harus jaga sikapmu. Dia tidak akan menyakitimu, dia orang baik." David menasehati putrinya.
"Iya Papa." Zahira menunduk.
"Kita pulang." David tersenyum, melihat Zahira masih menekuk wajahnya sambil meraih tas bersiap untuk pulang.
Mereka berjalan beriringan, semenjak Zahira tahu David bukan ayah kandungnya dia mencoba mengurangi sikap manjanya pada David, sebagai gadis yang sudah Delapan belas tahun tentu tahu cara menjaga jarak kepada laki-laki yang bukan mahramnya. Walaupun sayangnya tidak berkurang bahkan sangat berterima kasih padanya. baginya David adalah papa terbaik.
"Zahira!" suara Radit memanggilnya, ternyata pria itu menepati janjinya untuk menjemput Zahira pulang.
"Kenapa kesini, kan ada Papa." David menatapnya heran.
"Aku sudah berjanji padanya." jawab Radit pada ayahnya.
mohon dukungannya, mampir di karya baru ku ya kak. Sepi banget
😁
di novel sosok radit paling miris dibuat, author paling tidak peduli dengan sosok ini,
semua lelaki lain dibuat dapat kebahagiaan yang masing2 hanya radit dibuat paling bodoh, istrinya direbut, dibuat kayak pengemis cinta, dan akhir hanya jadi budak cinta zahira yang bebas diperlakukan apapun oleh zahira, dia harus Terima saja zahira cinta lelaki lain
novel egois hasil karya wanita egois
sadar radit sahira tidak pantas kau perjuangkan, nanti kau ada masalah rumah tangga lagi dan ada lagi lelaki lain yang sok baik pada zahira, pasti sahira luluh lagi dengan lelaki lain itu, radit sadar rumah tangga pasti ada masalahnya sadar radit, cari wanita lain, sahira tidak pantas kau perjuangkan
hanya lelaki bodoh yang mau wanita kayak zahira
lihat cinta lelaki bertahan selamanya untuk pemeran utama wanita sedangkan cinta wanita pindah sana sini,