Ini hanya kisah fiktif belaka.
Nirmala merasa tidak suka ketika anak majikannya membawa kekasihnya pulang, dia nekat pergi ke dukun agar pria itu mau menjadi suaminya. Dia memuja setan agar anak majikannya, Leo mau memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu.
"Aku bisa membantu kamu demi mendapatkan anak majikan kamu itu, tapi kamu harus memuja setan."
"Aku bersedia," jawab Nirmala dengan yakin.
Akan seperti apa kehidupan Nirmala selanjutnya?
Apakah dia akan mendapatkan Leo?
Yuk kita baca kisahnya, buat yang suka jangan lupa kasih bintang 5 dan komen yang menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Santapan Enak
Kini Nirmala sedang berdiri di dekat jendela, wanita itu sedang memegang botol berisikan darah segar milik Dio. Anak kecil tidak bersalah yang sudah menjadi korban Nirmala.
Wanita itu tersenyum-senyum sambil menatap botol berisikan darah tersebut, tak ada rasa penyesalan sama sekali sudah membunuh anak sekecil Dio. Perasaan kasihannya itu sepertinya sudah mati, dia sudah tak memiliki perasaan baik lagi.
"Dio! Sayang! Kamu di mana? Mama sudah selesai masak, makan yuk?"
Nirmala mendengar suara Sintia yang memanggil-manggil nama Dio, dia menajamkan penglihatannya. Nirmala akhirnya bisa melihat Sintia yang sedang mencari-cari anaknya di hadapan rumahnya.
"Dio! Mama lagi nggak mau main petak umpet, kamu di mana sih?"
Sintia mulai panik karena tidak menemukan putranya, wanita itu berkeliling-keliling sekitaran rumahnya karena begitu takut anaknya kenapa-kenapa. Wanita itu lebih takut lagi ketika melihat pintu gerbang terbuka.
"Astagfirullah! Dio ke mana? Apa mungkin dia main ke luar?"
Sintia terdiam sejenak dengan segala pemikirannya, hingga tidak lama kemudian wajahnya berubah pias. Karena Dio hanya anak kecil, anak itu tidak mungkin mampu untuk membuka kunci pintu gerbang.
"Ya Tuhan! Apakah Dio diculik?"
Sintia berlari menuju gerbang depan perumahan tersebut, dia menemui security yang selalu berjaga di gerbang sana.
"Pak, maaf ganggu. saya mau tanya, apa tadi ada orang asing yang masuk ke perumahan kita?"
"Nggak ada, Bu. Dari tadi saya di sini dan tak ada siapa-siapa," jawab security.
"Anak saya hilang loh, Pak."
"Waduh! Saya bantu coba cari, sebentar."
Security itu meminta temannya untuk berjaga di depan gerbang, sedangkan dia berkeliling kompleks bersama dengan Sintia untuk mencari Dio. Cukup lama mereka berkeliling kompleks, tetapi belum juga menemukan Dio.
"Apa kita lihat rekaman CCTV saja, Bu?"
"Ya Allah, Bapak. Kenapa nggak usul dari tadi?"
"Saya tadi panik, jadi nggak ingat ke sana."
"Ya udah ayo," ujar Sintia.
Keduanya akhirnya pergi ke pos jaga, mereka membuka rekaman CCTV. Saat pintu gerbang terbuka dengan sendirinya, Sintia benar-benar merasa aneh.
Apalagi ketika Dio berjalan keluar dari dalam rumah, anak itu seperti sedang berbicara. Namun, tidak ada lawan bicara di sana. Anak itu terlihat begitu riang sekali, anak itu tetap berjalan menuju ujung komplek. Hingga akhirnya, rekaman CCTV terputus.
"Ke ujung komplek memang tidak ada CCTV yang terpasang, karena di sana hanya ada rumah terbengkalai yang sudah lama ditinggalkan penghuninya."
"Ya Tuhan, apa mungkin Dio diculik setan dan diarahkan untuk masuk ke dalam rumah terbengkalai itu?"
"Ini zaman modern sih, Bu. Tapi kalau penasaran bisa kita langsung lihat ke sana," ujar security itu.
Akhirnya security itu pergi bersama dengan Sintia menuju rumah terbengkalai tersebut, mereka cukup kesulitan mencari Dio. Hingga akhirnya Sintia menjerit-jerit dengan histeris karena melihat tubuh dia yang ada di dalam selokan.
Tubuh anak itu sudah mulai membengkak karena terendam air, air selokan itu sudah berubah menjadi warna merah. Sintia merasa tidak tega melihat wajah putranya yang sudah membiru.
Dia lebih sedih lagi ketika melihat ada yang menancap di punggung putranya, Sintia merasa kalau ini bukanlah sebuah kecelakaan biasa. Namun, jika dilihat dari rekaman CCTV memang tidak ada orang yang pergi bersama dengan Dio.
"Saya turut berduka cita, Bu. Tolong jangan mendekat dulu ke arah anaknya, saya akan lapor polisi."
Sintia tidak bisa menjawab ucapan dari security tersebut, tubuhnya begitu lemas. Dia langsung ambruk ke tanah, dia menangis sejadi-jadinya di sana.
"Dio! Maafkan Mama, Sayang. Maaf," ujar Sintia yang merasa tidak becus dalam mengurus anaknya.
Sintia bahkan tak lama kemudian tak sadarkan diri, dia terlalu syok mengetahui putranya yang sudah meninggal dunia. Saat polisi datang dan melakukan pemeriksaan di TKP, wanita itu masih saja tak sadarkan diri.
Setelah selesai, barulah wanita itu tersadar. Polisi menjelaskan kalau anak itu tidak ada yang menculik, tidak ada juga yang berusaha untuk mencelakai. Yang terjadi terhadap anak itu murni kecelakaan.
Sintia lalu ma minta bantuan security untuk membawa putranya pulang ke rumah, dia meminta tolong kepada sekuriti untuk memanggil pemandi jenazah dan juga pak ustadz. Karena harus dimakamkan.
Nirmala menyaksikan sendiri keramaian yang ada di rumah tetangganya itu, dia bahkan sempat berbelasungkawa karena tidak menyangka kalau Dio akan meninggal secepat itu.
Setelah itu, dia kembali ke dalam kamarnya dan menatap botol yang penuh dengan darah itu. Dia merasa tak takut sama sekali untuk meminum darah itu, justru dia begitu menikmati darah Dio ketika masuk ke dalam tubuhnya.
"Nyonya sekarang semakin cantik saja," ujar Si Cebol sambil mengambil sisa darah dari Nirmala dan meminumnya.
"Tentu saja cantik, karena aku sudah meminum darah tumbal."
"Nyonya akan bertambah cantik kalau rutin setiap bulan meminum darah tumbal," ujar Si Cebol.
"Santai, nanti aku cari lagi calon tumbalnya."
Nirmala tersenyum penuh kelicikan, karena di otaknya sudah ada daftar siapa yang akan dia tumbalkan nantinya. Nirmala bukannya ketakutan, justru dia malah menikmati apa yang selama ini dia lakukan.
Dia juga begitu menikmati meminum darah manusia tersebut, Nirmala memang berubah semakin cantik, tetapi sayangnya hatinya begitu busuk.
Wuush!
Tiba-tiba saja si Cebol menghilang, Nirmala begitu kaget. Awalnya dia bertanya-tanya kenapa setan peliharaannya itu menghilang, tetapi setelah melihat kedatangan Leo, dia paham kenapa si Cebol langsung menghilang tanpa berpamitan kepada dirinya.
"Mas! Kamu pulang?"
"Iya, Sayang. Mas denger anak tetangga ibu itu jatuh ke selokan, kematiannya kayak misterius gitu. Mas jadi takut kamu kenapa-kenapa, makanya Mas maksain pulang."
"Ya ampun, Mas baik banget. Tapi, aku nggak kenapa-kenapa kok. Aku baik-baik saja," ujar Nirmala.
"Syukurlah kalau baik-baik saja, Mas kok merasa nggak di rumah ayah nggak di rumah ibu sama-sama gak aman. Apa kita pindah ke kota aja?"
"Di sini aja, gak apa-apa. Aku betah dan tak takut apa apa toh ada kamu dan juga keluarga kita."
"Tapi, Yang. Ayah punya toko perhiasan di kota, apa kita pindah ke kota aja? Kita tinggal di sana, terus kita kelola toko perhiasan milik ayah di sana. Gimana?"
Nirmala berpikir sejenak, di kota dia akan lebih banyak menemukan orang-orang. Rasanya untuk menjadikan tumbal juga akan lebih mudah, itu lebih baik.
"Boleh, Yang. Kalau kamu-nya mau, aku manut aja."
"Hem, nanti aku akan bicara kepada ayah."
Leo merasa kalau kampungnya itu sudah tidak aman, dia ingin mengajak istrinya untuk pergi ke kota saja. Rasanya kalau tinggal di kota akan lebih baik, menurutnya tidak akan ada setan yang berkeliaran di sana.
"Oiya, Sayang. Itu apa?" tanya Leo sambil menolehkan wajahnya ke arah botol yang Nirmala pakai untuk menampung darah Dio.
mungkin diruqyah iku si nirmala biar sembuh....
seandainya pun Nirmala tobat, tapi dia kan udah membunuh banyak nyawa. trus jiwanya udah digadaikan sama sayton. emang bisa ya lepas gitu aja,
justru anak kandungmu itu ditimbulkan sama Nirmala Loh... kok kamu biasa aja Leo... nggak marah...
padahal bagus banget. bikin geregetan.