Dua Cinta Milik Zahira (Ceraikan Istriku!)
Zahira POV
Zahira, itu namaku. Aku menempuh pendidikan sejak sekolah menengah di Malaysia di asuh seorang ustadzah yang sengaja di minta Mama untuk mendidik dan mengawasi aku selama di sana. Mama dan Papa tinggal di Indonesia menjalankan bisnis dan usaha-usaha lainnya. Keluargaku cukup kaya aku tidak kekurangan satu hal apapun dari segi materi. Papa menuruti semua mau ku termasuk saat ini, setelah menyelesaikan pendidikan SMA aku ingin melanjutkan pendidikan di kampung halamanku. Indonesia.
Aku memiliki saudara laki-laki, adikku bernama Raditya Jovanka. Dia sangat tampan seperti bukan orang Indonesia, Matanya sipit dan putih sekali, hidungnya mancung dengan tubuh yang gagah membuatnya di kejar gadis-gadis. Dia over protektif sekali, aku nyaris tak bisa bernafas jika dekat dirinya. Jangankan dekat dengan pria, dengan wanita saja harus izin dengannya.
Impianku ingin menikah muda, punya keluarga yang hangat dan bahagia beserta anak-anak yang cantik dan tampan. Ahhh, itu sangat luar biasa.
"Papa.. !" Pria tampan itu sudah menungguku, aku sangat merindukannya. aku merentangkan tangan dan ingin segera memeluknya.
"Sayang." Papa memelukku, tapi tak seerat waktu dulu.
"Apa Papa tidak rindu." bibirku mengerucut dengan masih bergelayut manja.
"Tentu saja Papa rindu, kau gadis Papa yang cantik." Papa menyentil hidungku.
"Ayo kita pulang, aku sudah tak sabar ingin bertemu dengan Mama!" ucapku penuh antusias.
"Papa ada meeting sebentar di dekat sini. Apa kau mau ikut? Atau Papa minta sopir untuk mengantarmu?" Papa merangkul bahuku.
"Aku ikut Papa." karena aku masih sangat merindukan Papa. Sejak kecil Papa sangat memanjakan ku, dia selalu menggendongku terkadang duduk tinggi di atas bahu kekarnya. Papa cinta pertama ku, muara kasih sayang yang seimbang dengan Mama yang juga selalu terharu jika menatap wajahku. Apa alasannya selalu ku tanyakan, dia berkata wajahku ini mirip dengan kakaknya yang sudah meninggal lebih dulu, Itu menyedihkan.
"Sayang kita sudah sampai." Papa keluar membukakan pintu untukku. Aku seperti tuan putri jika sudah bersama Papa. Aku menggandeng lengan Papa yang kokoh, papaku memang tampan, tampak pegawai wanita masih banyak yang meliriknya. Jika sampai Mama melihatnya, habislah mereka menjadi batu, karena tatapan Mama yang tajam dan dingin seperti serangan Elsa Frozen.
"Selamat siang." Pria dewasa yang bersama Papa itu mencuri pandang padaku. Ish, sudah tua mata keranjang, aku semakin erat mengandeng lengan Papa.
"Ini putriku, Zahira." Papa memperkenalkan aku pada pria yang tak berhenti menatap wajahku. 'Apa yang membuat matanya tak mau berkedip, apa aku ini sangat cantik?' pikirku, terlalu percaya diri.
"Gara." Dia mengulurkan tangannya matanya masih tak lepas dari wajahku. Aku menyambut uluran tangannya, hanya sedikit.
"Papa aku duduk di sana saja, lagi pula aku tidak mengerti tentang bisnis." Ucapku jengah di tatap berlama-lama.
"Iya sayang." Papa mengizinkanku.
Aku memesan makanan yang aku mau, sambil bermain gadget aku menghabiskan waktu menunggu Papa selesai dengan pekerjaannya.
"Sayang, ayo kita pulang." Papa sudah selesai dan ku lirik pria tampan yang sudah sangat dewasa itu masih melihatku sekilas lalu ia pergi tanpa mengucapkan apapun. Apa maksudnya, jika penasaran mengapa tak menanyakan sesuatu padaku, atau dia tak berani karena ada Papa? Tapi mukanya itu mulus sekali, seperti kulit bayi.
Aku melangkah mengiringi Papa masuk ke dalam mobil, duduk di samping Papa adalah kebiasaan ku sejak kecil. Berbeda sekali dengan saudara laki-laki ku, dia tak suka dimanja, cuek dan dingin. Tapi dia sangat menyayangiku, sungguh bahkan dia tak segan menggendongku saat kakiku terkilir di sekolah. Selain karena aku ini gadis yang imut dan bertubuh kecil walaupun aku kakaknya, dia benar-benar pria yang gagah dan tampan sekali, bahkan aku berfikir ingin menikah dengan orang seperti dirinya. Itu sedikit gila.
Tiba di rumah Mama menyambutku dengan hangat, seperti biasa matanya sudah basah dengan air mata, memelukku dengan erat dan hangat menciumi pipi mulusku dan menatapku dari kepala hingga kaki. "Aku sangat merindukanmu." ucapnya terdengar sedih dan dalam sekali.
"Aku juga Mama." Aku bergelayut manja padanya.
Kami bertiga duduk di ruang keluarga bercerita banyak hal sambil berbaring di pangkuan Mama hingga aku tertidur karena sangat lelah. Anehnya setelah aku bangun, aku masih di tempat yang sama dengan selimut tipis menutupi kaki hingga dadaku.
"Kenapa Papa tidak memindahkan aku ke kamar seperti dulu, apa kasih sayang Papa sudah berkurang padaku?" tanyaku pada Papa dia sedang duduk di ruang tamu. Aku-pun duduk di sebelahnya.
"Kau sudah besar Zahira, apa tidak malu di gendong Papa?" Papa balas bertanya padaku.
"Tentu saja tidak." jawabku cuek.
"Kau sudah pantas bersuami, Papa tak boleh terlalu memanjakanmu lagi." Papa menatapku dengan senyum tipis di wajahnya.
Aku jadi berfikir tentang menikah, ah sepertinya itu impian yang indah, tapi menikah dengan siapa?
"Apa yang kau pikirkan Zahira sayang?" Mama datang menghampiri kami.
"Tidak ada Mama, aku bahkan malas memikirkan apapun." jawabku dengan tanpa beban. Membuat Mama menganga tak percaya, dan beralih menatap Papa dengan tajam dan mematikan.
"Itu bukan salahku." Papa salah tingkah dan juga takut.
"Kau yang mengajarinya berkata begitu, sejak kecil dia selalu mengingatnya." Mama tampak geram sekali.
"Tidak." Papa berkilah walaupun percuma.
"Mulai sekarang kau tidak boleh belajar hal apapun darinya, dia tidak akan mengajarkan hal yang baik padamu." Mama bicara padaku.
Aku melotot melihat Mama yang menarik tangan Papa dengan kasar.
"Papa I love you. kau yang terbaik" bisikku masih di dengar Papa.
Papa melepaskan tarikan tangan mama dan mendekat padaku mengangkat sebelah tangannya. "I love you too sayang." lalu kembali mengejar Mama, setelah aku tersenyum penuh semangat.
Suasana yang hangat luar biasa, inilah yang membuatku selalu rindu ingin pulang ke rumah.
"Sayang, mulai saat ini kau tidak boleh membuka hijabmu jika di luar kamar. Dan satu lagi, jangan terlalu manja dengan Papa dan adikmu, kalian sudah dewasa." Mama bicara serius, tangannya membelai rambutku. Aku sedang berbaring di kamar kesayanganku.
"Apa setelah dewasa anak gadis harus menjaga jarak termasuk dengan saudara dan Papa? Yang Umi Nurul ajarkan tidak begitu." Aku menatap manik mata Mama.
"Sayang, Mama harap kau mendengarkan kata mama. Jangan membantah dan jangan lupa kau juga harus belajar tentang bisnis karena kelak kau harus memimpin di perusahaanmu." jelas Mama lagi.
"Tapi aku tidak suka bekerja di perusahaan Mama, itu rumit sekali dan seperti yang Mama tau aku tidak suka berfikir." jawabku.
"Sayang Mama mohon, jika bukan kau lalu siapa?" Mama terlihat kesal karena selalu mendapat jawaban yang sama dariku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
NNM
baru permulaan ceritanya menarik thor
2022-11-17
1
Erita Wahyuni
apa KH ini Zahira anak Aldo tor 🤔
2022-10-20
0
Erita Wahyuni
apa KH ini Zahira anak Aldo tor
2022-10-20
1