Tawanan Ranjang Duke Kejam

“Nampaknya, Anda tidak harus kembali ke wilayah itu.” Alice menghentikan Argares yang ingin kembali menemui pamannya.

“T-tapi beliau adalah pelindung saya!” kekeh Argares. Alice mengangguk paham.

“Kirimkan surat. Saat ini, keberadaan Anda mungkin saja sudah membuat beberapa orang waspada. Namun, saya jamin atas nama saya, bila Anda akan baik-baik saja. Bila Anda kembali, sama saja Anda membahayakan Paman Anda,” ucap Alice. Lucian mengangguk setuju.

“Sebaiknya kita mengirim beliau surat dan kita bertemu sebelum keberangkatan Anda, saat Duchess Zisilus berkunjung. Siapa yang akan berani menentang saat beliau ada di pihak Anda, Pangeran?” usul Lucian pada akhirnya.

“A-apa Duchess Zisilus sendiri yang akan menjemput saya?” tanya Argares, tiba-tiba saja merasa gugup.

“Menurut apa yang saya dengar, memang demikian. Duchess Zisilus sendiri yang akan datang.” Lucian memperlihatkan stempel Duchess Zisilus dan juga surat yang dikirimkan oleh beliau.

“B-benar,” gugup Argares. Lucian menatap para kesatrianya untuk keluar dan mempersiapkan kereta kuda untuk kepulangan mereka ke kediaman Corvin.

Mereka akhirnya kembali ke kediaman Corvin. Kerja sama dengan Kekaisaran Harferd memang cukup menguntungkan kedua belah pihak. Batu sihir kualitas tinggi saat ini berada di Gunung Corvin di dekat Kota Corvin.

Awalnya, Lucian sendiri tak menyangka bila di sana terdapat tambang batu sihir. Namun, setelah salju mencair dan es yang menggunung selama seribu tahun menghilang, terlihat jelas bila di sana memang ada tambang batu sihir.

Mungkin jumlahnya sedikit, tidak sebanyak yang berada di wilayah Astria di Kekaisaran Harferd, namun dengan kualitas terbaik itu, Duchess Zisilus cukup tertarik dan akhirnya membuat kesepakatan dengan wilayah Corvin.

Apa itu tidak dibutuhkan persetujuan Raja Vincent dan Kaisar Harferd? Tentu saja tidak. Zisilus memiliki kemampuan untuk dapat melakukan apa pun di seluruh benua, meski itu bukan wilayah Kekaisaran Harferd. Dan itu sudah menjadi sejenis peringatan, dan juga peraturan tak tertulis.

---

Akhirnya, Pangeran Mahkota Argares dibawa ke kediaman Corvin di ibu kota. Dengan begitu hormat, Lucian juga memberikan kamar terbaik, memaparkan semua larangan yang ada di kediaman itu.

Seperti dilarang naik ke lantai dua saat senja telah tiba sampai ayam berkokok, dilarang dekat-dekat dengan Alice, harus mengikuti pemanasan bersama para kesatria, dan juga banyak peraturan lainnya.

Awalnya Argares bingung akan semua peraturan aneh yang diberikan oleh Lucian, namun para pelayan juga tampak sudah terbiasa.

“Bagaimana bila saya melanggar salah satunya?” tanya Argares, toh dia juga sebagai tamu di kediaman itu, bukan?

“Anda akan tahu sendiri akibatnya. Bukan saya yang akan rugi, namun diri Anda sendiri yang akan kesulitan.” Lucian mengangkat bahu. Pada intinya, semua peraturan itu dilakukan demi kebaikan Argares sendiri.

Sebagai seorang remaja yang masih banyak ingin tahu, suatu ketika Argares iseng hendak melanggar peraturan secara blak-blakan. Dia ke lantai dua di saat sudah cukup larut.

Dan pelayan di lantai satu juga melihatnya dan membiarkannya begitu saja. Mereka hanya cekikikan saat melihat kepolosan dari seorang Argares.

‘Mengapa mereka tidak menghentikan aku?’ pikir Argares, merasa aneh sendiri. Namun, dia tetap naik ke lantai dua.

“Akh! L-Lucian! Emmm…” Suara Alice terdengar di lorong lantai dua.

Seketika itu juga Argares mengerti dan langsung turun dengan cepat dengan wajah memerah. Para pelayan akhirnya cekikikan kembali saat melihat ekspresi Argares.

“Sebaiknya Anda dengarkan saja apa yang dikatakan Tuan,” celetuk salah satu pelayan yang tertawa geli.

“Apa yang akan terjadi bila saya tidak ikut pemanasan bersama kesatria?” tanya lagi Argares, merasa penasaran.

“Bila Anda ingin tahu, Anda sebaiknya coba saja melanggar aturan itu.” kekeh seorang pelayan pria yang juga tampak geli.

“Apa yang sebenarnya kalian sembunyikan? Kenapa saya merasa penasaran?” Argares masuk ke kamarnya dan ingin melanggar satu aturan lagi.

Dia tidur sampai siang, namun saat bangun Argares tertegun saat sudah berada di tengah danau dengan tatakan bambu sebagai tempat tidurnya.

“Apa-apaan ini?” pekik Argares. Tak ada bambu lain untuk membawanya kembali ke tepi danau. Alhasil, dia harus berenang sampai tenaganya habis.

Kini Argares sadar, semua peraturan di kediaman Corvin yang aneh memang ditujukan untuk membentuk karakter setiap orang di dalam kediaman itu.

Baik secara mental ataupun fisik, semuanya dilatih untuk menjadi sosok pribadi yang unggul dan dapat diandalkan.

---

Dua minggu kemudian:

“Hoeek!”

Setelah berada di ibu kota selama lebih dari tiga bulan lamanya, Alice memang sudah merasa semakin buruk tubuhnya. Dia selalu merasa pusing dan mual secara tiba-tiba.

Namun, pagi itu muntah yang dialaminya cukup parah, bahkan wajahnya kini pucat pasi.

Hari ini Duchess Zisilus akan datang, namun tubuh Alice lemah seperti itu. Para pelayan tampak sudah sangat khawatir. Tabib juga belum kunjung datang untuk memeriksa kondisi Alice.

“Duchess Zisilus telah tiba!” teriak seorang kesatria. Lucian membulatkan matanya dan menggandeng tangan istrinya yang begitu lemah.

“Sebaiknya Anda istirahat saja. Saya yakin Duchess Zisilus akan mengerti dengan kondisi Anda,” ucap Lucian merasa khawatir. Alice menggelengkan kepalanya pelan.

“Tidak, Lucian,” Alice menggandeng tangan suaminya dengan langkah yang berat.

Seorang wanita dengan rambut panjang berwarna pirang keemasan dengan mata merah menyala tengah berada di atas kuda hitamnya yang tampak begitu gagah.

Wanita itu tampak masih muda, namun juga tidak terlalu muda. Dia turun layaknya kesatria dan menghadap ke arah Alice dan Lucian.

“Salam kepada Duchess Zisilus. Senang bertemu Anda. Saya Alice Corvin memberi salam,” ucap Alice menunduk hormat ala bangsawan.

“Salam kepada Duchess Zisilus. Saya Lucian Corvin memberi salam.” Lucian juga ikut menunduk memberi hormat.

“Salam kepada Duchess Zisilus. Saya Argares Vincent memberi salam.” Argares ikut menunduk. Semua pelayan juga ikut menyambut dengan hormat.

“Senang berjumpa kalian semua. Ah, selamat atas kehamilan Anda, Duchess Corvin,” ucap Alexa dengan bibir tersenyum ramah.

“H-hamil?” gumam Alice bingung. Alexa tampak mengangkat alisnya sedikit.

“Duchess! Anda kejam sekali sebagai seorang ibu! Bagaimana bisa Anda meninggalkan gadis manis dan imut ini di atas kereta kuda! Sedangkan Anda justru menaiki Aries!” gertak seorang gadis kecil yang keluar dari kereta kuda di belakang Alexa.

Dia tampak cemberut, kedua pipinya menggelembung imut dengan rambut perak dan mata merahnya yang membuat gadis itu begitu menawan.

“Jaga sopan santunmu, Elicia,” Alexa mencubit tangan putrinya yang tampak menggerutu kesal.

“Ya ampun, iya iya. Dasar Duchess kejam! Tak berperasaan! Maunya menang sendiri!” umpatnya lagi, dengan bibir manyun.

“Haa, astaga. Sebaiknya aku mengirimmu ke Menara Sihir saja sekarang!” ancam Alexa hingga akhirnya gadis kecil itu angkat tangan.

“Maafkan saya, Duchess yang baik hati, tidak sombong, dan pandai menabung. Saya hanya bercanda. Hehehe, ampun, ampun.” Gadis itu mengangkat tangannya dengan mulut cengengesan.

Info:

Buat kisah Kekaisaran Harferd ada di Novel sebelah, Nuah simpan linknya di bawah ini ya!

Dan ini Alexa itu anak kedua dari Piter dan Evelyne. Terus Elicia itu anaknya Alexa. Nanti itu jadi S2 di novel ini.. Sabar sabar... Kita nikmati dulu kisahnya Alice sama Lucian ya..

Dan usia Harferd sekarang udah 60 tahun, dan udah menginjak generasi kedua. Kaisar sekarang bukan lagi Andreas ya.