NovelToon NovelToon
Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: X-Lee

Di balik kebahagiaan yang ku rasakan bersamanya, tersembunyi kenyataan pahit yang tak pernah ku duga. Aku merasa istimewa, namun ternyata hanya salah satu dari sekian banyak di hatinya. Cinta yang ku kira tulus, nyatanya hanyalah bagian dari kebohongan yang menyakitkan.


Ardian memejamkan mata, napasnya berat. “Aku salah. Tapi aku masih mencintaimu.”


“Cinta?” Eva tertawa kecil, lebih mirip tangis yang ditahan. “Cinta seperti apa yang membuatku merasa sendirian setiap malam? Yang membuatku meragukan harga diriku sendiri? Cintamu .... cintamu telah membunuhku perlahan-lahan, hingga akhirnya aku mati rasa. Itukah yang kamu inginkan, Mas?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon X-Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Masih Ditunda

Eva menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri ketika hakim mempersilakan pihak penggugat untuk mengajukan bukti pertama. Richard berdiri, berjalan ke arah meja bukti, lalu menyerahkan beberapa dokumen kepada panitera untuk diteruskan ke hakim.

"Pak Hakim," ujar Richard dengan suara yang tenang tapi penuh tekanan, "di sini kami menyerahkan bukti berupa salinan akta nikah siri saudara Ardian Wicaksana dengan perempuan lain, beserta bukti transfer keuangan yang menunjukkan bahwa saudara Ardian telah menafkahi perempuan tersebut tanpa sepengetahuan klien saya, Saudari Eva."

Hakim mengangkat alisnya, menatap serius dokumen di tangannya. Ardian tampak mulai gelisah, meski berusaha tetap tersenyum seolah semuanya terkendali.

"Tidak hanya itu, Pak Hakim," lanjut Richard, "kami juga memiliki bukti rekaman percakapan antara Saudara Ardian dengan istri keduanya, yang membuktikan bahwa pernikahan tersebut dilakukan tanpa adanya persetujuan dari istri pertama, serta adanya pengakuan tentang hubungan mereka sebelum resmi menikah secara siri."

Eva menundukkan kepala, hatinya bergetar mengingat kembali suara-suara dalam rekaman itu — suara Ardian yang dulu ia cintai, kini terdengar begitu asing dan menyakitkan.

Hakim menatap Ardian, suaranya terdengar berat, "Saudara tergugat, bagaimana tanggapan anda mengenai bukti-bukti yang diajukan ini?"

Ardian tersenyum kecut. Ia melirik sejenak ke arah pengacaranya sendiri, lalu berkata, "Saya mengakui bahwa saya memang menikah lagi, Pak Hakim. Tapi saya tidak merasa itu sebuah kesalahan besar. Lagipula, saya tetap memenuhi kewajiban saya kepada istri pertama. Saya tetap menafkahi Eva, saya tetap pulang ke rumah. Tidak ada yang saya abaikan."

"Namun, anda melakukannya tanpa persetujuan istri pertama anda," tegas Richard cepat, sebelum Hakim sempat mengomentari. "Dan itu, dalam Undang-Undang Perkawinan kita, jelas merupakan pelanggaran terhadap prinsip keadilan dan kesetaraan dalam rumah tangga."

Suasana ruang sidang semakin menegang.

Hakim kembali mengetuk palu, suaranya menggema. "Baiklah. Karena bukti-bukti telah diajukan, maka sidang ini akan dilanjutkan pada pekan depan dengan agenda pemeriksaan saksi dari pihak penggugat."

Ia menatap Eva dan Ardian satu per satu. "Saya harap kedua pihak dapat membawa saksi yang relevan, dan tetap menjaga ketertiban selama proses hukum ini berlangsung."

Sidang pun resmi ditunda. Perlahan, orang-orang mulai bangkit dari kursi mereka. Eva masih duduk di tempatnya, tubuhnya terasa berat, seolah-olah beban bertahun-tahun dipaksa menumpuk di pundaknya hari itu.

Richard menghampirinya, "Kita sudah di jalur yang benar, Bu Eva. Anda hanya perlu bertahan sedikit lagi," ujarnya pelan. Entah mengapa, saat melihat wajah kliennya ini, dia merasa tidak asing. Dia seperti pernah melihatnya, tapi siapa?

Eva mengangguk pelan, matanya mulai berkaca-kaca. Namun ia tahu, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia tidak lagi ingin menyerah. Ia ingin memperjuangkan dirinya sendiri — bukan untuk balas dendam, tapi untuk kebebasan dan harga dirinya yang selama ini diinjak-injak.

Sementara itu, Ardian keluar dari ruang sidang dengan langkah cepat, wajahnya berubah masam. Ia tahu, semua tidak akan semudah yang ia kira. Di luar ruang sidang, di tengah kerumunan, seseorang memotret diam-diam, mengabadikan momen rapuh ini.

Hari ini, pertarungan Eva baru saja dimulai. Dan ia berjanji, ia tidak akan mundur.

***

Minggu berikutnya, ruang sidang kembali dipenuhi oleh orang-orang yang tak sabar menantikan kelanjutan perkara Eva dan Ardian. Media lokal yang mencium aroma skandal pun mulai hadir, beberapa wartawan terlihat menyelinap di antara para pengunjung sidang, berharap bisa mendapatkan berita eksklusif.

Eva duduk di bangku penggugat, mengenakan setelan sederhana berwarna pastel, wajahnya tenang namun sorot matanya penuh keteguhan. Di sebelahnya, Richard Samuel, pengacaranya, tengah menyiapkan dokumen saksi yang akan mereka hadirkan hari ini.

Sementara itu, Ardian tampak lebih murung dibandingkan sebelumnya. Ia sesekali berbisik dengan pengacaranya, tampak gelisah, seolah tahu bahwa apa yang akan terjadi hari ini mungkin tidak berpihak padanya.

Ketika hakim mengetuk palu tanda sidang dibuka, semua suara langsung meredam, menyisakan hanya suara lembaran kertas yang dibalik oleh panitera.

"Sidang hari ini akan mendengarkan kesaksian dari pihak penggugat," ujar hakim ketua tegas. "Silakan panggil saksi pertama."

Richard berdiri dan memberi isyarat pada dua orang perempuan berbeda usia itu. Seorang perempuan berusia sekitar lima puluh tahun dengan langkah mantap memasuki ruang sidang. Ia memperkenalkan diri sebagai asisten rumah tangga -- pembantu dirumah Eva dan Ardian, namanya adalah Mirah.

Sedangkan seorang perempuan lagi, dia masih muda. Nama nya adalah Andini, dia adalah tetangga Lisna, istri siri Ardian.

"Bu Mirah, Bu Andini," kata Richard, "tolong jelaskan kepada kami apa yang anda ketahui mengenai hubungan pernikahan Bu Eva dan Pak Ardian."

Mirah, perempuan itu mengangguk. Dengan suara tegas, ia mulai bersaksi, "Saya sudah mengenal Bu Eva sejak ia menikah dengan pak Ardian. Ia perempuan yang setia, sabar, dan selalu berusaha menjaga rumah tangganya. Tapi saya sendiri yang melihat dalam tiga tahun terakhir ini. Bu Eva sering kesepian, karena pak Ardian jarang pulang. Dan saat pagi itu, mereka bertengkar hebat. Ternyata, Bu Eva mengetahui fakta, bahwa pak Ardian menikah lagi."

Sidang riuh sejenak. Eva menggenggam ujung rok panjangnya, berusaha menahan getaran di tangannya.

Lalu, Andini ikut bersuara, "Dan saya juga sering melihat Bu Lisna di datangi oleh Pak Ardian. Ternyata, mereka adalah suami istri. Namun saya baru tahu, jika mereka hanya menikah siri."

Hakim mencatat dengan serius. Ardian menundukkan kepala, tidak berani menatap siapa pun.

"Bu Eva sering menangis sendirian di rumah," kata Bi Mirah dengan suara serak menahan emosi. "Sampai akhirnya Bu Eva menemukan sendiri bukti pernikahan siri itu."

Sidang kembali gemuruh. Beberapa orang yang duduk di bangku penonton menggeleng-gelengkan kepala tak percaya.

"Apakah saudari Eva pernah memberi tahu bahwa dia menyetujui pernikahan tersebut?" tanya hakim.

"Tidak pernah, Pak Hakim," jawab Bi Mirah tegas. "Bu Eva bahkan baru tahu setelah beberapa hari ini. Dia merasa dihianati dan dipermalukan."

Hakim mengangguk berat, lalu mengetukkan palunya satu kali untuk menenangkan suasana.

"Baiklah," kata Hakim. "Setelah mendengarkan kesaksian ini, sidang kita akan dilanjutkan minggu depan untuk mendengarkan keterangan saksi dari pihak tergugat."

Ia menatap tajam ke arah Ardian, yang kini wajahnya memucat.

"Sidang ditunda," ujar hakim seraya mengetukkan palu keras ke meja.

Semua orang bangkit perlahan dari tempat duduk mereka. Di luar ruang sidang, langit mendung seolah mencerminkan perasaan Eva — berat, penuh ketidakpastian, tapi ada sedikit sinar keyakinan yang mulai menyelinap.

Eva menatap ke langit, lalu membisikkan dalam hati, Sedikit lagi. Aku pasti bisa keluar dari belenggu ini.

Sementara itu, Ardian berdiri terpaku, menatap kosong ke depan. Untuk pertama kalinya, ia sadar: dirinya mulai kehilangan segalanya.

***

1
Adinda
pasti anak pelakor bukan darah dagingmu ardian biar menyesal kamu
Nur Nuy
rasain suami penghianat , tunggu tanggal mainnya bakalan nyesel lu seumur hidup lepasin eva😡😏
Mardathun Shalehah: jangan lupa hadir yaa di persidangan/Facepalm/
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
kata nenek, bertengkar di pagi hari itu nggak bagus lho
Mardathun Shalehah: kalau malam bagus gak 🤧🤣
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
ish aku paling benci kalau macet apalagi kalau pakai mobil manual, hmm, capek banget dan bikin esmosi, eh emosi
Mardathun Shalehah: sabar 🤧🤣
total 1 replies
Nur Nuy
sabar eva sabarr hempaskan penghianat itu
Mardathun Shalehah: buset dah 🤣🤣
Nur Nuy: ke kandang singa author 🤣🤣🤣
total 3 replies
Nur Nuy
tidak semudah itu fer Ferguso
Mardathun Shalehah: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Mardathun Shalehah: /Joyful//Facepalm/
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
iya tega banget ish!
Mardathun Shalehah: sabar /Joyful//Shy/
total 1 replies
Nur Nuy
semangat eva ayo kamu bangkit lupakan penghianat itu
Mardathun Shalehah: semangat ❤️
total 1 replies
yuni ati
Keren
Mardathun Shalehah: makasih kk ❤️
total 1 replies
Nur Nuy
lanjutkan
Mardathun Shalehah: oke ❤️
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
keren narasinya 🥰
Mardathun Shalehah: Makasih kak 🥰
total 1 replies
Nur Nuy
yaampun kasian banget eva nya, sedih banget lanjutkan Thor seru
Mardathun Shalehah: Makasih dukungan nya kk ❤️
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍 salam kenal 🙏
Mardathun Shalehah: Salam kenal juga kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!