NovelToon NovelToon
Casanova Kepincut Janda

Casanova Kepincut Janda

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perbedaan usia / Romansa-Percintaan bebas
Popularitas:184.7k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bari abdul jalil, nama yang religius. Kedua orang tuaku pasti menginginkan akun tumbuh menjadi pribadi yang sesuai dengan nama yang diberikan. Tapi kenyataan justru sebaliknya. Saat dewasa justru aku lupa dengan semua ajaran yang diajarkan oleh mereka di waktu kecil. Aku terlalu menikmati peranku sebagai pecinta wanita. Hingga suatu ketika aku bertemu dengan seseorang yang sangat berbeda dari wanita yang aku pacari.
Mau tahu apa bedanya? dan bisakah aku mendapatkan apa yang aku mau?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Seperti biasa, pukul empat sore aku sudah siap dengan rutinitas baru ku. Hari ini aku akan mencoba untuk melaksanakan saran dari Firdaus. Sebelum ke masjid aku membelokkan mobil ke supermarket. Aku memborong semua jajanan di sana.

Sudah menjadi kebiasaan jika aku sampai sana anak-anak hampir selesai dengan kegiatannya. Rupanya kedatangannya ku dengan membawa banyak kantong kresek mengalihkan perhatian mereka. Mata mereka semua tertuju padaku meskipun bibir mereka masih melantunkan sholawat. Melihat anak didiknya yang mengarahkan pandangan ke halaman membuat Arumi refleks mengikuti arah pandang mereka.

Meskipun hanya menatap sesaat saja, aku sudah merasa senang, akhirnya Arumi menatap wajahku yang bak arjuna ini.

"Assalamualaikum," teriakku saat sampai di teras masjid.

"Waalaikumsalam," balas anak-anak dengan semangat.

"Wah om Bari bawa apa?" tanya salah seorang anak laki-laki yang sudah kenal lumayan dekat denganku.

"Coba tebak om bawa apa? Taraaaaa," ucapku sudah persis seperti badut yang ada di acara ulang tahun anak-anak.

Anak-anak seketika langsung sumringah, mereka berteriak girang melihat aku yang menenteng snack ala supermarket. Sejenak mereka melupakan kehadiran Arumi yang diam menatap lantai.

"Om bagi satu-satu ya. Yuk baris yuk," ajakku pada mereka.

Mereka seketika berbaris dengan rapi, sudah persis seperti para wanita yang sedang antri minyak goreng. Sesekali aku menatap Arumi yang masih tak bergeming.

Setelah selesai dengan kegiatan ku. Aku berjalan menghampiri wanita yang diam-diam sudah mengambil hatiku sedikit demi sedikit.

"Maaf untuk yang kemarin," ucapku membuka pembicaraan.

"Maaf untuk apa? Tidak ada yang salah di hari kemarin."

"Tapi kamu seperti marah sama aku. Kamu menghindari aku."

"Perasaan kamu saja. Saya permisi."

"Rum, aku hanya ingin berteman."

Ucapan ku berhasil membuat langkah Arumi terhenti. Jujur saja hal itu sebenarnya membuat ku gugup, besar harapan ku untuk mendengar Arumi mengatakan iya.

"Untuk apa?"

"Apa salahnya berteman? Kenapa kamu selalu tanya alasan dalam setiap hal. Ada beberapa hal yang tidak butuh alasan Arumi."

"Tapi aku butuh alasan untuk hal ini."

"Aku ingin dekat dengan mu. Jangan tanya kenapa Arumi. Karena aku sendiri nggak tahu. Salahku dimana jika aku ingin berteman sama kamu?"

"Nggak ada yang salah. Yang jadi madalah adalah aku tidak ingin berteman dengan pria manapun."

Arumi melangkah pergi setelah mengatakan itu. Aku hanya menghembuskan nafas berat. Aku tak tahu kenapa dia bersikap seperti itu. Apa dia pernah di sakiti pria begitu dalam dan menimbulkan trauma?

Aku ingat kata-kata Firdaus, jika dengan cara ini aku menerima penolakan dan aku merasakan kesedihan. Itu artinya bisa saja aku ada rasa, dan satu-satunya cara untuk membuktikan apakah rasa yang aku rasakan ini adalah cinta, dengan terus berusaha mendekatinya. Biarkan waktu saja yang membuktikan, aku akan terus berusaha. Masa bodo dengan perasaan, aku hanya ingin dekat dengannya.

Saat sedang duduk di teras. Tiba-tiba saja Caca, si gadis cilik yang cantik dan bermata indah datang menghampiri dan duduk di sampingku.

"Om kenapa duduk di sini sendirian?" tanyanya.

"Nggak apa-apa. Menghabiskan waktu sambil menunggu waktu sholat."

"Menghabiskan waktu hanya dengan duduk? Nggak bosen emang?"

Aku hanya tersenyum menanggapi omongan anak yang ku perkiraan berusia lima tahun itu. "Ca, bu Arumi orangnya galak ya," ucapku berusaha memancing dan mengorek apapun yang dimiliki Arumi.

"Siapa yang bilang?"

"Om barusan. Habis om mau temenan sama bu Arumi, tapi bu Arumi nggak mau. Eh kamu tahu nggak rumah bu Arumi dimana?"

"Tahulah kan aku sama bu...."

Belum sempat Arumi menyelesaikan ucapannya, anak itu sudah di panggil oleh teman-temannya. Saking cepatnya dia bergerak aku sampai tak sempat menahan agar tak pergi.

Mungkin saja aku bisa mengikuti Arumi dari belakang saat dia pulang. Tapi aku berpikir dua kali jika ingin melakukan hal itu. Aku takut jika dia tahu dan dia malah jadi membenciku.

"

Hari terus berlalu, sudah satu minggu ini aku datang ke masjid dengan membawakan oleh-oleh untuk anak-anak. Baik itu makanan ringan, nasi beserta lauk pauk, kadang juga aku memberikan meraka amplop. Entahlah, aku hanya mencari alasan agar aku bisa bertemu dengan Arumi setiap hari. Meskipun aku hanya melihat dirinya yang selalu menundukkan kepala saat berbicara denganku. Meskipun aku hanya bisa menatap dirinya diam-diam saat berbicara dengan anak-anak atau dengan teman wanitanya. Itu sudah sangat membuat hatiku berbunga bak taman bunga yang sedang tumbuh di musim semi.

Saking gemasnya aku dengan tingkah wanita itu, aku diam-diam memotret dirinya yang sedang beraktivitas. Aku memandangnya saat aku sedang bekerja atau sedang lelah. Dan ajaibnya, seketika hatiku kembali menghangat walau hanya menatap Arumi melalui ponsel.

Mira? Aku masih berhubungan dengan wanita itu. Aku juga masih sering melakukan pergulatan hangat dengannya. Namun, sudah beberapa hari ini sudah mengalami hal aneh. Saat sedang asyik dengan pertarungan ku tiba-tiba saja dipikiran ku muncul sosok Arumi dan seakan dia sedang berada di depan ku. Hal itu membuat aku melepaskan pergulatan hangat itu dengan cepat. Tentu saja hal itu membuat mira curiga, karena aku melakukannya tidak hanya sekali dua kali, tapi seringkali.

"Kamu kenapa sih beb? Biasanya juga nggak akan lepas kalau nggak kehabisan nafas, atau aku yang lepas duluan. Kenapa sekarang baru nempel aja kamu udah lepas?" protes Mira kemarin di jam makan siang.

"Aku sedang banyak pikiran aja beb. Untuk sekarang please jangan lakukan itu dulu ya, aku nggak fokus banget ini."

Entah masuk akal atau tidak, hanya itu yang terlintas di kepala. Meskipun aku tahu Mira nampak curiga lantaran aku selalu melakukan hal yang sama dengan alasan yang sama.

Selama satu tahun lebih menjalin hubungan, baru kali ini aku menunjukkan gelagat aneh di depan Mira. Entahlah, aku bingung kenapa pikiran ku terfokus saja dengan Arumi. Bahkan hati dan kepala ku saja di penuhi dengan namanya, sampai-sampai aku tak bisa memikirkan alapun lagi selain wanita bercadar itu.

Sore ini aku berniat memberikan anak-anak hadiah berupa alat tulis dan peralatan sekolah mereka. Tak apa aku banyak kehilangan uang, yang penting aku bisa dekat dengan Arumi. Uang yang aku keluarkan tak akan jadi seberapa jika aku bisa mengambil hatinya.

"Kenapa kamu jadi sering memberikan materi pada anak-anak didikku? Kamu tahu? Hal ini membuat meraka jadi belajar dengan pamrih. Mereka semangat dalam belajar karena ada embel-embel dibelakangnya. Bukan karena keinginan mereka sendiri. Kamu tahu dampaknya jika suatu saat nanti kamu berhenti memberi? Mereka jadi tidak ada semangat dalam belajar, karena nggak ada lagi hadiah." Arumi mengatakan itu dengan sorot mata yang marah. Tidak tidak, dia tidak menatap ku. Dia menatap pepohonan yang berada di halaman masjid.

"Aku hanya ingin mengapresiasi semangat mereka dalam belajar. Apa aku salah?"

"Tidak salah jika itu diberikan jarang-jarang saja dan tidak setiap hari seperti yang kamu saat ini. Jujur saja aku risih dengan kehadiran mu di sini."

Jleb!

Bagai belati yang sangat tajam dan lancip. Kata-kata Arumi sungguh membuat ngilu hatiku. Tak ku sangka Arumi bisa berbicara seperti itu.

"Aku ke sini untuk ibadah Arumi. Ini tempat umum dan semua orang bebas untuk datang." Aku menyangkal dengan suara setenang mungkin, meskipun hatiku terasa sakit.

"Iya aku tahu itu Bari. Datanglah ke sini hanya untuk ibadah, jangan ke sini karena kamu mengejar atau menginginkan sesuatu. Aku tahu kamu tidak pernah ke sini meskipun kamu sering datang ke restoran depan itu. Aku tahu kamu sering menghabiskan waktu di sana meskipun adzan terdengar dimana mana. Lalu untuk apa kamu sering ke sini sekarang? Apa yang membuat kamu ke sini setiap sore kalau tidak ada yang kamu kejar?"

"Kamu ingin tahu apa yang aku kejar?"

"Tidak."

"Setiap manusia pasti ada masanya untuk berubah Arumi. Memang aku dulu nggak pernah ke sini dan lebih mementingkan urusan dunia ku. Mungkin kamu benar, aku ke sini karena memang aku mengejar sesuatu. Akan aku kejar sampai dapat," ujarku lalu pergi meninggalkan Arumi yang masih menatap pepohonan.

Untuk pertama kalinya aku pergi lebih dulu dari Arumi. Aku tidak marah dengan kata-katanya. Hanya saja aku ingin memberikannya sentilan, jangan main-main dengan Bari Abdul Jalil. Pria yang tampan sejagat raya dan sudah mendapatkan sertifikat pria tertampan dunia dan akhirat.

Bersambung.

1
Harjanti
lha tegas gitu dong bari..
Ani Yuliana
itu dia 5thn baru hamil, keguguran, trus rahimnya d angkat sis 🙏
Harjanti
arumi belagu...
Duda Fenta Duda
bukan kumpul sapi bari tapi kumpul monyet😁😁
Kusii Yaati
celap celup tp di bibir sama aja bohong bari,itu bibir kamu bekas lumatan cewek2 kamu🙉
Erlinda
kok aq seperti membaca diari ya bukan novel
langit
mantap cerita nya
langit
apakah tasbih? benda kecil yg dimaksud?
Fitriyani
bgtu syng nya Arkan sm istrinya,tp bs bgtu brutalnya Dy SM Arumi,,,🤦
emang sih Dinda org yg Dy cinta,tp bs Dy lgsg brubah psiko SM Arumi..
Fitriyani
untung tiba2 Aksan bs menyikapi bijak...
Fitriyani
apa sih krj Arkan tu Thor,kq Dy bs LBH brkuasa gt dr bari....
Fitriyani
mgkin sebagian orang akan menganggap sikap Arumi salah n brlebihan,tp mnrt q,,sikap Arumi udh benar.mengingat gmn sikap Arkan terdahulu.klo q ada d posisi Arumi,aq jg akan mlkukn hal yg sm,aq g akan rela org yg dulunya g prnh mngakui ank,bhkn mnyiksa lahir batin,skrg tb2 dtg butuh pengakuan,,
mamp*s aja Lo Arkan😠
Fitriyani
jgn bilang nti xan sibuk mau ngrebut hak asuh Caca y.....
Abid
Biasa
linamaulina18
BNR t ibu, msh single blm tentu menjaga k hormatnya
linamaulina18
lumayan
linamaulina18
jgn2 anknya dokter yg bercadar itu lg
linamaulina18
🤣🤣🤣🤣
linamaulina18
bgs deh kirain ska celap celup
linamaulina18
selain tampan dirimu ska celap celup jg gt aja bangga ckckck
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!