Simpanan Brondong Tajir

Tanpa persetujuan dari Sevia, Dave langsung membawa istrinya itu ke apartemen yang tidak jauh tempatnya dari tempat mereka makan. Sepertinya Pyton yang berada dalam sarangnya sudah tidak tahan ingin dikeluarkan.

Saat sampai apartement, Dave langsung mengunci pintu sehingga Sevia tidak akan bisa kabur karena memakai sandi. Dengan tatapan lapar, pemuda yang baru berusia 21 tahun itu langsung mengurung gadis yang sudah sah menjadi istrinya.

Perlahan Dave mendekatkan wajahnya hingga tercium aroma permen kiss dengan hembusan napas yang terasa hangat di kulit wajahnya. Tidak ingin menunggu lama, Dave langsung meraup bibir yang selalu terlihat basah oleh lip tint. Dia mulai menyesap menikmati rasa permen yang menempel di bibir Sevia.

Merasa tidak puas, Indra pengecap Dave pun langsung menelusup masuk ke dalam rongga mulut yang dipenuhi oleh rasa mint. Seperti sedang berlomba, mereka saling mengecap saling menyesap berebut permen yang ada dalam mulut Sevia. Sampai tanpa sadar tangan nakal Dave sudah menurunkan resleting sweater yang Sevia pakai.

Dave mulai memainkan bukit kembar itu membuat tubuh Sevia bergetar hebat. Meski hatinya ingin menolak dengan apa yang Dave lakukan, tapi tubuhnya begitu menikmati setiap sentuhan yang Dave berikan.

Merasa Pyton-nya sudah benar-benar menegang, Dave pun langsung membopong Sevia ke kamarnya tanpa melepaskan pagutannya. Perlahan Dave merebahkan tubuhnya Istrinya, dia pun melepaskan pagutannya dan mulai memberikan tanda kepemilikan di beberapa area tubuh.

Sevia meringis saat tanpa sengaja melihat belalai yang tidak pada tempatnya. "Dave kenapa begitu besar, mana mungkin bisa muat."

"Tenanglah! Kamu pasti akan sangat menyukainya! Tahan saja jika merasa sakit sedikit!"

Hingga apa yang seharusnya terjadi di antara suami-istri, mereka lakukan malam ini dengan penuh kenikmatan dan lenguhan yang memenuhi seisi kamar. Meski awalnya Sevia ragu dengan keputusannya memberikan hal yang berharga pada orang yang baru beberapa hari dia kenal, tapi dia juga takut dosa saat menolak keinginan suaminya.

Setelah beberapa kali Dave mendapatkan pelepasannya, dia pun langsung merebahkan badannya di samping istrinya yang sudah tertidur pulas karena kelelahan menghadapi suami brondongnya yang seakan tidak merasa puas jika hanya melakukan sekali pelepasan.

Saat pagi menjelang, Sevia terbangun dari tidurnya. Perlahan dia melepaskan tangan kekar yang membelit perutnya. Sevia membalikkan badannya dan mendapati Dave yang sedang tertidur pulas.

Bagaimana nanti jika aku punya anak, apa dia akan bertanggung jawab? batin Sevia.

"Jangan melihatku terus, nanti kamu terjebak dalam pesonaku!" Dave langsung membuka matanya dan mendapati Sevia sedang menatapnya dengan tatapan kosong. "Dengar! Meski kita sudah menikah, tapi kamu jangan berharap banyak padaku, karena aku sudah memiliki seseorang yang aku cintai."

"Kamu bicara seperti itu setelah mendapatkan semuanya dariku? Aku tidak keberatan jika kamu menceraikan aku sekarang juga. Lagipula pernikahan kita hanya siri." Sevia langsung bangun dari tidurnya dan menuju ke kamar mandi.

Hatinya hancur berkeping-keping mendengar apa yang suaminya katakan. Meskipun benar tidak ada cinta di antara mereka, apa seharusnya Dave mengatakan hal itu setelah dia mengambil harta yang paling berharga dalam hidupnya.

Tidak Sevia! Kamu tidak boleh lemah! Sudah cukup kamu dipermainkan oleh lelaki! Apapun yang terjadi dengan Dave jangan pernah memakai perasaan. Anggap saja semua itu sebagai kewajiban kamu sebagai seorang istri," batin Sevia.

Cukup lama Sevia berada di bawah guyuran shower, meski pagi ini terasa sangat dingin tapi darah Sevia seperti mendidih mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya sehingga dia tidak begitu merasakan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya.

Sementara Dave termenung sendiri setelah kepergian Sevia ke kamar mandi, 'Apa aku sudah keterlaluan berkata seperti itu?' pikirnya.

Menyadari Sevia tidak kunjung keluar, Dave pun langsung menggedor kamar mandi yang terkunci di dalam. Tidak berapa lama kemudian, Sevia keluar dengan tangan yang sudah keriput karena kedinginan.

"Maaf, aku lama!" ucap Sevia kemudian berlalu meninggalkan Dave yang mematung di depan pintu kamar mandi.

Tak ingin ambil pusing, Dave pun segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya karena dia harus berangkat kerja. Apalagi hari ini bos besarnya akan berkunjung ke pabrik tempat dia bekerja.

Melihat Dave yang masuk ke kamar mandi, Sevia pun bergegas memakai bajunya dan sesegera mungkin untuk pergi dari apartemen Dave. Namun saat sampai pintu, Sevia kesusahan untuk membukanya. Berulang kali Sevia mencoba membukanya, tapi sepertinya pintu itu terlalu kokoh untuk dia dobrak. Sampai terdengar suara berat di belakangnya.

"Mau kabur? Memang bisa? Sebaiknya kita sarapan dulu sebelum berangkat kerja!" Dave langsung menuju ke dapur yang terdapat ada mini bar di sana.

Dengan terpaksa, Sevia pun mengikutinya. Lagi pula perutnya sudah berbunyi nyaring minta di isi. Saat sampai dapur, terlihat Dave yang sedang mengoleskan selai kacang pada roti dengan segelas susu putih di depannya.

Menyadari Sevia yang hanya mematung melihatnya, Dave pun mempersilakan istrinya untuk duduk dan sarapan bersama.

"Duduklah! Kamu pilih saja ingin sarapan apa atau ingin aku jadikan sarapanku?" Dave terus mengunyah makanannya dengan tatapan matanya yang tidak lepas dari Sevia.

"Aku sarapannya nanti saja, kalau hanya roti tidak akan membuatku kenyang. Dave cepatlah buka pintunya! Aku harus ke kontrakan dulu untuk berganti baju," ucap Sevia.

Dave tidak menggubris apa yang Sevia katakan, setelah makanannya habis, barulah dia bicara.

"Sevia, apa kamu marah dengan apa yang aku katakan? Bukankah dari awal, pernikahan kita tidak ada cinta? Aku akan mencukupi semua kebutuhanmu dan aku minta kamu pun memenuhi kebutuhanku." Dave mengeluarkan sebuah kartu sakti berwarna gold di dompetnya, lalu memberikannya pada Sevia.

"Anggap saja, ini sebagai nafkah yang aku berikan padamu. Setiap bulan aku akan mentransfer uang 20 juta sebagai uang bulanan dan kamu harus di tinggal di sini menemaniku," tutur Dave.

"Kalau kurang, apa aku boleh minta lagi?" tanya Sevia.

Baiklah Dave! Kamu ingin tubuhku bukan? Aku akan memberikannya karena menolak pun pasti aku berdosa. Untuk uang yang kamu berikan, aku bisa memakainya untuk melanjutkan kuliah. Setelah lulus nanti, aku akan minta cerai padamu, batin Sevia.

" Boleh! Sebagai gantinya aku akan meminta pelayanan super plus plus." Dave tersenyum senang karena membayangkan setiap malam dia tidak akan sendiri lagi, rasa sepi yang selalu menderanya akan segera berakhir dengan adanya Sevia di sisinya.

Sevia tidak menanggapi apa yang Dave katakan, dia berlalu menuju lemari es mencari minuman untuk menghilangkan dahaganya. Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, Sevia pun kembali duduk di depan suaminya.

"Dave, aku ingin melanjutkan kuliah lagi. Apa kamu bisa membantuku membayar uang pangkalnya?" tanya Sevia.

"Bisa, tapi mulai nanti malam aku minta tiga ronde setiap malamnya dan selama kuliah tidak boleh pulang telat ataupun melupakan kewajiban kamu."

...*****...

...~Bersambung~...