NovelToon NovelToon
Suamiku Mencintai Adikku

Suamiku Mencintai Adikku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO
Popularitas:19.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: IkeFrenhas

Hanna Mahira adalah seorang wanita berumur 27 tahun. Dia bekerja sebagai karyawan staff keuangan pada sebuah cabang dari perusahaan ternama. Anna panggilannya, menjadi tulang punggung keluarga. Setelah ayahnya meninggal dunia, semua kebutuhan hidup ada di pundaknya.
Dia memiliki adik perempuan yang sekolah dengan biaya yang di tanggungnya.

Anna mencintai atasannya secara diam-diam. Siapa sangka jika sang atasan mengajaknya menikah. Anna seperti mendapatkan keberuntungan, tentu saja dia langsung menerima lamaran sang bos tersebut.

Namun, di hari pertamanya menjadi seorang istri dari seorang David Arion Syahreza membawanya pada lubang kedukaan.
Sebab di hari pertamanya menjadi seorang istri terungkap fakta yang amat menyakitkan. Bahwa David sang suami yang sangat Anna cintai mengatakan bahwa pernikahan ini adalah kesalahan terbesar yang dia lakukan.

Ada apa sebenarnya?
Anna berusaha menyingkap tabir rahasia David dan berusaha tegar atas pernikahan tersebut.

Baca kisahnya dan temani Anna mengungkap rahasia besar David

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IkeFrenhas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8. CHUBBY

Aku tidak menyangka, panggilan wawancara di perusahaan bang David bisa secepat ini. Sempat mengira-ngira jika ada peran darinya.

Tapi, saat aku tanyakan secara langsung, dia gak ikut campur tentang urusanku apalagi soal pekerjaan. Baiklah, sepertinya aku yang terlalu gede rasa. Geer.

Hari ini aku memakai pakaian rapi, blouse selutut berlengan panjang selutut. Aku memang tidak pede jika harus memakai pakaian yang terllau terbuka. Malu.

Seperti biasa bang David telah rapi, pakaian kerjanya menambah ketampanannya yang sebenarnya telah paripurna. Dia seperti pangeran kahyangan saja.

Kami sarapan dalam diam. Dia, lelaki tampan itu cukup minum teh dengan roti selai saja. Aku butuh asupan lebih, memilih makan nasi goreng kesukaan. Hari ini butuh tenaga ekstra menghadapi wawancara, walaupun dulu pernah melaluinya, tetap saja gugup mendera. Perut terasa mulas.

“Mau kemana, Bang?” suamiku itu berdiri, saat sarapannya belum habis.

“Mau ke kamar sebentar.” Tanpa menoleh dia. Lelaki gunung salju itu menjawab. Menyebalkan.

Gerutuanku terhenti saat dering ponsel berbunyi di atas meja, satu kali aku abaikan. Dua kali tetap aku abaikan, ke tiga kali mengusik rasa penasaranku. Siapa pagi-pagi begini menghubungi si gunung salju itu?

Aku berdiri, melihat ponselnya demi menjawab rasa penasaran. “chubby calling.”

Saat ingin menjawab panggilannya, terdengar langkah kaki yang aku yakin sebagai langkahnya si gunung salju. Segera aku duduk, pura-pura tidak tahu. Sambil menikmati sarapan, mataku melirik ke arah laki-laki itu. Dia berdiri memegang ponselnya, matanya melihat padaku. Hening sesaat. Sepertinya dia ragu untuk menjawab panggilan ‘chubby’ tersebut.

Ponsel itu berbunyi lagi, “nanti aku telpon”. Lembut sekali suaranya. Sontak mataku membola, tak pernah aku mendengar suara lembut itu. Saat berbicara padaku ia selalu ketus dan dingin. Siapa sebenarnya si chubby itu?

“Siapa, Bang?” tanyaku hati-hati.

“Bukan siapa-siapa.” Tuh kan, ketusnya.

Kemudian ia segera berdiri meninggalkanku yang mematung dengan mulut menganga.

Seperti biasa, tanpa pamitan apalagi ritual salaman dan cium kening. Gunung salju itu pergi kerja tanpa kata. Sering aku berpikir, kenapa dia menikahiku? Menyedihkan. Sampai kapan aku bisa bertahan dengan pernikahan ini? Cinta yang menyesakkan dada.

Spontan aku mengambil ponsel, melihat kontak. Mencari nama ‘Boss David’ lalu merubahnya menjadi ‘gunung salju’. Sesungging senyum terbit di bibir, aku bahagia.

Suasana rumah telah sepi, semua pembantu rumah ini mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Biasanya jam segini aku akan ke ruang baca, membaca novel atau artikel-artikel. Tidak untuk hari ini, jadwal wawancaraku jam sepuluh. Baiklah, saatnya bersiap-siap. Jam delapan tiga puluh aku harus sudah siap dan berangkat ke kantornya si gunung salju.

Jam delapan empat lima, aku bersiap menunggu ojek di depan gerbang. Pak Tarno telah menawarkan diri untuk mengantar, sayangnya aku sedang tidak ingin diantar menggunakan sopir pribadi. Jika bisa memilih, aku ingin pergi bersama suamiku. Ah, siapalah aku? Bahkan pernikahan kami hanya status di catatan sipil saja buatnya.

Aku harus bekerja, apapun caranya. Selain untuk menghilangkan penat di rumah. Aku juga butuh uang untuk menopang hidup keluargaku. “Semangat!” dengan semangat empat lima dan mengepalkan tangan ke depan, aku menyemangati diri sendiri.

Beberapa menit kemudian ojek online yang kupesan telah sampai, tidak menunggu waktu lama gegas aku naik kendaraan roda dua itu. Menerima helm berwarna hijau, duduk manis di belakang sopir. “Semoga rambutku tidak acak-acakan.”

Kurang dari satu jam, kami telah sampai di depan kantor. Turun dengan hati-hati, segera aku membayar ongkos ojek lalu bergegas menuju gedung tinggi itu. Sesampainya di lobi, aku menuju meja resepsionis.

“Permisi, Mbak. Saya Hanna Mahira mau wawancara hari ini jam sepuluh. Ke ruangan mana ya?” tanyaku sopan.

“Silahkan langsung ke lantai lima. Ini nomor antriannya.”

“Terima kasih.” Aku mengangguk, kemudian berjalan menuju lift.

Sampai di lantai lima aku mencari tempat duduk, sudah terlihat beberapa orang yang tengah antri di sofa tunggu. Aku sendiri berada di nomor urut delapan. Lumayan, belum sampai sepuluh. Padahal, udah merasa paling pagi. Ternyata banyak juga yang paling pagi datang, jangan-jangan mereka berangkat pukul lima dari rumah. Tanpa sadar, aku terkikik geli membayangkannya.

Akhirnya giliran nomor urut delapan juga. Aku mendesah pelan, menyadari jika banyak yang ikut wawancara hari ini nyaliku ciut juga. Apalagi terdengar desas desus jika orang-orang di dalam sangat menyeramkan terutama si boss.

Tujuh orang sebelumku bahkan ada yang menangis ketakutan saat keluar ruangan itu. Bagaimana ini? “Tarik napas, hembuskan. Tarik napas, hembuskan.”

Ada tiga orang di dalam, seorang lelaki berjas bir navy bernama pak Adrian direktur keuangan, di sebelahnya bu Putri menejer keuangan, lalu di sebelahnya lagi ada pak David sang CEO. Aku membekap mulut, menyadari siapa yang duduk paling ujung, di si gunung salju. Suamiku.

Sepertinya gunung salju juga kaget melihat kedatanganku. Sedetik kemudian, aku mengontrol diri, mengatur emosi agar tidak mencurigakan yang lain.

Aku membungkuk hormatketiga petinggi di hadapan, mereka terlihat serius memandang ke arahku. Setelah perkenalan, aku segera duduk. Ah, seperti sidang saja.

Pak Adrian terlihat ramah, dia selalu tersenyum saat bertanya padaku. Mennagapi jawabanku juga dengan senyum ramahnya. Sedangkan bu Putri terlihat datar saja, tidak ada ekspresi lebih yang ia tunjukkan. Boss David menatap tajam, mengintimidasi. Nyaliku ciut dibuatnya, jantungku memompa tak beraturan menunggu pertanyaannya.

“Apa motivasimu ingin bekerja di sini?” dia bertanya dingin.

‘Ingin selalu dekat denganmu, Bang.’ Eeaa, tentu saja itu hanya dalam hati. Dasar bucin.

Aku berdehem sebentar, kemudian menatap lekat netra elangnya. “Saya butuh pekerjaan ini, Pak. Untuk biaya hidup keluarga saya, menyekolahkan adik saya. Saya rasa, perusahaan Arion ini memiliki penghargaan tinggi pada loyalitas karyawan. Dan saya memiliki loyalitas itu.”

“Kamu sudah menikah, apa suamimu tidak cukup uang untuk memenuhi kebutuhanmu?” si gunung salju itu bertanya sinis.

“Saya rasa wawancara ini bukan menyangkut pertanyaan pribadi, Pak. Anda telah memasuki ranah pribadi saya.” Aku menjawab tak kalah sinis.

“Berapa gaji yang kamu mau?”

“Berapapun yang Anda kasih.”

“Jika tidak sesuai yang kamu harapkan?”

“Anda akan malu karena perusahaan sebesar dan sejaya ini menggaji karyawannya dengan gaji kecil.”

“Kamu yakin diterima bekerja di sini?”

“Saya yakin seyakin-yakinnya seperti saat saya berangkat ke sini.”

“Naik apa kamu ke sini.”

“Ojek motor.”

“Apa?” mata bang David melotot. Dia seperti tidak suka dengan jawaban terakhirku. “Apa kamu tidak punya mobil?”

“Tidak punya, Pak. Saya bukan orang kaya. Kalaupun suami saya kaya, saya tidak ingin memanfaatkannya. Lagipula, ini pekerjaan saya.”

Bang David melirik ke arah samping, seperti memberi kode pada mereka. “Baiklah, Hanna. Besok langsung datang ke sini. Kamu diterima bekerja di sini.”

bersambung ...

1
Dewi Nurani
segala hormon jadi alasan , dicerita ini orang² nya pada lemah semua , gak punya pendirian gampang kerayu
sungguh menyebalkan
Dewi Nurani
anna terlalu manjain s alina makanya jadi kurang ajar , adik itu dididik bukan dibiarkan semaunya , itu baru namanya sayang
Dewi Nurani
si anna nya cengeng tingkat tinggi sungguh menyebalkan , gak ada tangguh²nya jadi perempuan gak ada jaga harga dirinya takut banget ditinggalin , jaga gengsi dong
Dewi Nurani
si anna cengeng dikit² nangis , tegas dong sama adiknya
terus adiknya juga kenapa gak sopan gitu , rasanya gak mungkin ada yg gitu amat , gak ada segen² nya sama kaka sendiri
Rini Haryati
bagus
Firgi Septia
buat apa menyayangi adik pelakor macam gitu Alina gimana nasibmu begitu kalau kamu jadi orang yg bodoh /Frown//Frown/
Firgi Septia
bodoh Anna buat apa minta maaf aduh /Frown//Frown/
Wiwit
ga jelas ceritanya
Rose 19
David mau jadi duri di antara anda sama adrian
Rose 19
selsaikan hubunganmu sama David, trus pergi yang jauh sama sampai luka di hatimu sembuh.fdan buktikan pda mereka klo kmu wanita yg kuat dan hebat.
Rose 19
sakit ya an, klo di bohongin org yang kita sayang.
Fitrian Delli
dasar anaknya saja bodoh, mau d bohongi
Fitrian Delli
minta cerai saja bodoh
Elin Handoko
bnr membosankan
Ike Frenhas: 😁😁😁

terima kasih udah mau mampir baca yaa
total 1 replies
Fazira Fauziah
ceritanya bagian ini keren kak
semangat
Ike Frenhas: terima kasih sudah mampir baca ya, Kak
total 1 replies
Fazira Fauziah
ka ceritanya bagus tapi terlalu muter muter yah ka gitu lagi gitu lagi kelakuannya
Lienda nasution
Adrian ini apa tidak punya kelg thor
Lienda nasution
kok aq berharap ana meninggalkan Adrian walau cuma sebentar sebagai hukuman karena bersikap terlalu lunak sama Alina sang perempuan jalang itu biar tau rasa itu Adrian
Lienda nasution
ceritanya bagus 👍👍👍👍🤭
Elis Rosyidah
lanjut ka
Ike Frenhas: sudah tamat. baca cerita yang lain yaa. banyak yang udah tamat. hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!