Ayo'K Cerai!

Sudah hampir dua bulan kepergian Alana. Tapi seolah jejaknya hilang di telan bumi. Tak ada kabar berita di mana keberadaannya. Mama Dewi sudah mulai tampak bisa menerima kenyataan. Hanya Gafi yang masih terpuruk dengan kepergian wanita itu. Tubuhnya tampak lebih kurus.

Gafi mematut dirinya di cermin. Sejak Alana pergi penampilannya kurang rapi. Sebelum menikah, mama Dewi masih mau membantu memasangkan dasi. Tapi semenjak kepergian Alana, sang mama acuh. Bicara dengan dirinya saja, hanya seperlunya. Mungkin masih kecewa dengannya.

"Alana, kemana pun kamu pergi. Dengarkanlah, aku mencintaimu. Aku baru menyadari setelah kamu pergi dariku. Semoga kamu mendengar kata hatiku ini, aku inginkan kamu kembali. Aku tak akan menikah sepuluh tahun ke depan, sampai aku benar-benar yakin kamu tak akan kembali," ucap Gafi dalam hatinya.

Nanti kamu akan merasakan berharganya seseorang, ketika kamu mencarinya namun, tidak lagi menemukannya.Nanti kamu sadar sudah kehilangan saat apa yang kamu genggam kemarin benar-benar pergi. Yang tulus tidak akan datang dua kali, walaupun kamu menemukan yang baru pasti tidak akan sama seperti yang dulu lagi. Ingatlah! "SESUATU YANG SANGAT MENYEDIHKAN ITU ADALAH PENYESALAN".

Gafi berjalan menuju lantai bawah. Dia melihat mama yang sedang sarapan. Dia mengecup pipi sang mama..Walau mama terlihat masih marah, dia terus saja mendekati wanita yang telah melahirkan dirinya.

Mengenai Daffa, kabar terakhirnya, sang adik ikut ayah kandungnya dan tinggal di luar kota. Mama Dewi tak pernah mencegah atau melarang saat putra bungsunya itu meminta maaf sekaligus izin pada wanita itu untuk tinggal bersama ayahnya. Mama Dewi berdoa semoga dengan tinggal jauh darinya, sifat putranya itu berubah.

"Ma, sarapan apa nih?" tanya Gafi untuk mencairkan suasana.

"Lihat aja sendiri," jawab Mama Dewi dengan suara datar.

Gafi memilih duduk di kursi samping mamanya. Dia meraih tangan wanita itu. Dan memberikan senyum manisnya.

"Ma, apakah Mama masih marah denganku?" tanya Gafi dengan hati-hati takut sang mamanya tersinggung lagi.

"Kenapa mama harus marah? Kamu bukan menyakiti hati mama tapi Alana. Dengan wanita itu kamu seharusnya minta maaf, bukan mama!" jawab mama sedikit ketus.

"Ma, aku tau Mama juga terluka, karena aku tak bisa menjadi laki-laki seperti yang Mama inginkan. Aku janji akan mencoba berubah. Sekarang aku sadar, semua pilihan orang tua pastilah yang terbaik," ucap Gafi.

Mama Dewi tak menjawab lagi. Apa yang dikatakan Gafi benar adanya. Dia sangat kecewa dengan sang putra. Tapi dia tak juga bisa berbuat apa-apa. Dalam diam dia juga sudah berusaha mencari keberadaan sang menantu.

Mama Dewi teringat saat dia ditinggalkan suami keduanya, ayah kandung Daffa. Pria itu pergi setelah mendapatkan wanita pengganti dirinya. Padahal apa salah dirinya. Dia telah berbakti sebagai istri yang baik seperti Alana lakukan, tapi tetap saja masih tak cukup bagi suaminya. Pria yang tak pernah bersyukur dengan kehadiran dirinya.

Mereka berdua akhirnya sarapan dalam diam. Larut dalam pikiran masing-masing. Setelah sarapan, Gafi pamit dengan mamanya. Dia mengecup pipi wanita itu.

Dalam perjalanan menuju ke kantor, pikiran Gafi masih terus teringat Alana dan putrinya. Seandainya waktu bisa diputar kembali, dia tak akan pernah menyia-nyiakan wanita itu.

Aku mengerti keputusanmu untuk marah dan mengakhiri semuanya, tapi aku ingin memperbaiki semuanya jika diberi satu kesempatan. Aku berjanji bahwa aku akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik, maafkan aku, Alana. Aku sedih membayangkan dirimu yang terluka, dan jika bisa aku ingin menghapus air mata di matamu.

Aku tahu kata-kata minta maaf tidak cukup, jika Tuhan mengizinkan kita bertemu lagi, tolong beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku bisa membuatmu bahagia. Aku sadar perbuatanku kemarin membuatmu kecewa, maafkan aku yang tidak bisa membuatmu tersenyum. Aku menyesal atas semua yang telah terjadi, aku berjanji untuk memperbaiki kesalahan itu dengan tulus. Aku ingin kamu tahu betapa aku menyesal dan berharap kita bisa mengatasi masalah ini bersama-sama. Aku ingin kamu kembali lagi, Alana.

Gafi membuka sosial medianya. Kembali dia memposting foto Adele. Dia berharap Alana melihat dan bisa mengerti jika dia sangat merindukan kehadiran mereka. Gafi yakin, jika suatu hari pasti wanita itu akan membuka sosial media miliknya. Hanya itu cara satu-satunya agar Alana tahu jika dia masih menunggu wanita itu.

**

Alana yang saat ini juga bekerja sebagai penulis online, mencoba membuka Instagram. Ingin tahu tren cerita novel yang digemari saat ini. Tanpa sengaja dia melihat postingan Gafi. Di mana terpasang foto putrinya Adele dengan tulisan, "Anak papi yang paling cantik. Papi sangat menyayangimu. Semoga selalu bahagia, Sayang. Papi sangat merindukan kamu, Nak."

Alana tersenyum simpul membaca postingan Gafi. Dia menatap sang putri yang sedang bermain di atas kasur lantai. Adele telah berusia empat bulan saat ini. Dia tersenyum pada sang mami, membuat Alana jadi gemes dan menciumnya.

"Sayang, maafkan mami karena tak bisa memberikan keluarga yang utuh bagimu. Tapi mami janji, tak akan membuat kamu menjadi kekurangan kasih sayang," ucap Alana.

Saat ini Alana merasa hidupnya lebih tenang. Tak ada beban lagi. Yang ada dalam pikirannya cuma bagaimana membahagiakan Adele.

Alana menatap wajah putrinya dan teringat dengan Gafi. Walau kebersamaan dengan pria itu hanya setahun, diakui dia begitu membekas di hati. Salahnya sendiri karena bermain hati. Dia mengakui telah jatuh cinta dengan mantan suaminya itu. Mungkin melebihi cintanya dulu pada Daffa.

"Apa Mas Gafi sudah mengurus surat perceraian kami. Tentu saja sudah. Mungkin saat ini dia dan Naura sedang mempersiapkan pernikahan. Kata rindunya hanya untuk Adele, dan itu pasti akan hilang jika telah menikah, apa lagi memiliki anak dari rahim wanita yang dia cintai. Lagi pula Adele hanyalah ponakannya," ucap Alana bermonolog.

Mas Gafi, akhirnya aku sampai di titik sekarang. Dengan penuh keberanian kemarin mengambil keputusan ini. Silakan lanjutkan hidupmu, dan aku juga begitu. Terima kasih karena pernah menjadikan aku perempuan paling beruntung dan pada akhirnya menjadikan aku perempuan paling hancur. Inilah akhir dari kisah kita. Aku tak pernah menyesal menikah denganmu. Menjadikan kamu rumah, walau akhirnya rumah itu kamu yang rubuhkan sendiri.

Aku bukan tak mau bertemu kamu lagi, tapi emang sebaiknya kita begini. Aku dan kamu tidak pernah bertemu lagi. Terima kasih untuk satu tahun ini. Semoga kamu baik-baik di sana. Akhirnya aku harus melepas yang ku anggap semesta kemarin. Berbahagia dengan wanita yang kamu anggap baik dan pantas mendampingi kamu. Aku mengikhlaskan apa yang seharusnya aku ikhlaskan. Aku melepaskan genggaman yang aku genggam erat kemarin. Untuk kamu, aku hanya bisa mencintai dan menyayangi begitu tulus. Agar berjanji untuk tidak hadir lagi dalam hidupmu. Aku akan pergi jauh dan tak akan kau dengar lagi kabarku.

"Apa sebaiknya aku menulis kisah hidupku dengan Mas Gafi ke novel, siapa tau banyak yang suka dan siapa tahu ada produser yang mau meminang untuk di jadikan webseries atau film," gumam Alana pada dirinya sendiri.

***

Selamat Pagi semuanya. Sambil menunggu novel ini update bisa mampir ke novel teman mama di bawah ini. Lope-lope sekebon jeruk 🥰🥰🥰.