Ronan Adgar. Dia kecelakaan saat berusia 13 tahun dan berakhir koma selama 5 tahun.
Setelah sekian lama koma, akhirnya dia kembali sadar dan menyadari banyaknya perubahan pada dunia.
Keluarganya yang sebelumnya kaya raya kini hancur.
Kedua orang tuanya meninggal, menyisakan adiknya yang bekerja sebagai pelayan di kafe pinggir jalan.
Tidak ada lagi bisnis besar.
Sahabatnya bahkan kini mengabaikannya dan menjauh dari dirinya membawa tunangannya yang juga telah kehilangan minat pada dirinya.
Melihat semua perubahan itu, Ronan merasakan perasaan kecewa, kesedihan dan penderitaan.
Dalam penderitaan itu tiba tiba sesuatu muncul di udara yang kosong.
-Host Dengan Kriteria Terbaik Telah Ditemukan.
-Apakah Host Menginginkan Balas Dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RyzzNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Di dalam bangunan yang mewah dan penuh dengan dekorasi indah. Orang orang berlalu lalang dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda.
Namun, banyak dari mereka berhenti melangkah ketika mereka memandangi seorang pemuda dengan gadis yang sedang berjalan bersama.
“Orang itu… dia familiar bukan?“
“Aku juga merasa begitu, paras tampan dan cantik serta sikap yang berkharisma itu, aku juga merasa familiar.“
“Kan? Benar bukan?“
Pemuda itu adalah Ronan dan gadis itu adalah Riana.
Mereka berdua berjalan memasuki mall dan seketika mendapatkan banyak sorotan dari orang orang disekitar.
Merasakan tiap tatapan tersebut, Ronan hanya diam, lagipula dia sudah terbiasa dengan hal itu, Riana juga sama terbiasanya dan sama sekali tidak menunjukkan rasa risih.
Ketika keduanya berjalan dan mencoba menuju ke suatu tempat, seorang gadis menghampiri mereka.
“Ah! Anda adalah tuan muda Ronan bukan?!“
Gadis itu datang dengan mata berbinar-binar, menunjukkan betapa senangnya dia saat bertemu dengan Ronan.
Ronan sendiri hanya diam tak menyangka bahwa akan ada seseorang yang mengenal dirinya, maka dari itu Ronan terdiam sejenak menundukkan kepalanya, kemudian mengangkat kepalanya dan tersenyum sambil berkata:
“Ah, tuan muda ya? Aku sudah bukan seorang tuan muda lagi loh.“
Mendengar itu, gadis itu tetap terlihat berbinar dengan wajah yang sedikit memerah.
Disekitar kerumunan sebelumnya juga semakin menjadi ribut saat mendengar pernyataan dari gadis itu.
“Apa? Dia benar benar Ronan?! Pantas saja aku merasa dia familiar!“
“Astaga..! Dia sudah dewasa, ketampanannya juga sudah sangat matang! Oh sial! Ini luar biasa!!“
“Jadi gadis itu adalah adiknya? Pantas saja! Dia sangat cantik! Ah..! Betapa aku merindukannya semenjak dia sudah tidak lagi menjadi nona muda.“
“Benar! Benar! Saat itu aku sangat jatuh cinta padanya! Betapa beruntungnya aku bisa melihat Riana disini.“
Para wanita terlihat bersemangat saat memandangi Ronan dan para pria terlihat terpesona saat memandangi Riana.
Merasakan tiap tatapan itu Ronan tersenyum kecil.
'Sungguh, meski aku sekarang bukan lagi tuan muda, sepertinya mereka masih seperti biasa.'
Diam diam Ronan membela nafas.
“Tidak seperti dulu, aku sudah tidak memiliki masa kejayaanku lagi. Jadi tidak perlu memanggilku dengan sebutan tuan muda.“
Ronan berkata dengan nada sederhana yang merendah di hadapan gadis yang terlihat terpesona itu.
“Ti-tidak! Aku tidak bisa melakukan itu tuan muda! Lagipula Anda masihlah anak pada saat itu!.“
Ronan terdiam.
'Anak pada saat itu? Ah ya.. kupikir aku memang memiliki julukan pada saat itu'
Saat kecil, Ronan tidaklah seperti anak anak pada umumnya.
Jika dulu anak anak kelas 6SD belajar pelajaran ditingkat mereka, maka Ronan akan selalu mempelajari pelajaran beberapa tingkat diatasnya.
Ronan juga memiliki fisik dan bakat luar biasa di bidang olahraga, dia tidak hanya cerdas dan berbakat, penampilan, kekayaan dan kekuasaan, dia dahulu memiliki semuanya hingga menjadi calon suami sempurna bagi banyak gadis diluar sana.
Dan karena berbakatnya Ronan, akhirnya orang orang mulai memutuskan untuk memberinya panggilan khusus.
Dia disebut sebagai.
“Benar! Anda adalah anak ajaib. Apa yang tidak mungkin untuk Anda lakukan?.“
Anak ajaib… Ronan sudah lama tidak mendengar sebutan itu lagi.
Begitulah dia dahulu.
Disisi lain, Riana juga tidak kalah dengan Ronan.
Dia memiliki nilai akademis yang tinggi hanya saja tidak cukup untuk menandingi nilai Ronan. Nilai sebenarnya dari Riana adalah pesonanya.
Jika Ronan adalah seorang pemuda yang sempurna bagi banyak gadis diluar sana dahulu.
Maka Riana adalah seorang Dewi bagi para pria maupun wanita.
Riana dikenal dengan sikapnya yang lembut dan baik hati, dia bahkan jarang menggunakan kekuasaan maupun kekayaan keluarganya jika menginginkan sesuatu.
Dia tidak menaruh dendam kepada mereka yang membencinya sehingga tanpa sadar, orang yang membencinya semakin berkurang dengan sendirinya.
Senyuman kecil dari Riana dulu sudah cukup untuk membuat banyak pria maupun wanita disekitar akan terpesona.
Bagaimana dengan sekarang? Tentunya Riana masihlah sangat cantik, bahkan dia sudah semakin cantik dan anggun meski berpakaian sederhana.
Ronan dan Riana adalah adik kakak.
Anak ajaib dan sang Dewi.
“Anak ajaib? Sang dewi? Tapi bukankah mereka sekarang hanya anak anak biasa?“
Suara seorang wanita tiba tiba terdengar membuat banyak orang terdiam disaat yang sama.
Disana terlihat seorang wanita yang menggunakan make up yang sangat tebal dengan pakaian yang mencolok dan menyesakkan.
Terlihat tiap merek pakaiannya mahal dan tidak satupun dari tubuhnya tidak memiliki perhiasan.
Wajahnya memiliki ekspresi yang sombong dan arogan.
Seketika tatapan Ronan dan Riana tertuju pada wanita itu.
“Benar kan? Kekuasaan mereka sudah hilang, kekayaan maupun apapun itu mereka sudah tidak memilikinya. Apa gunanya pesona wajah mereka jika mereka miskin?.“
Ronan tidak mengenal siapa wanita itu, jadi Ronan hanya diam.
Jika bisa, Ronan ingin menghindari masalah ini karena adiknya sama sekali tidak suka dengan pertengkaran.
Melirik ke Riana, Ronan dapat melihat kerutan jelas di wajah adiknya.
“Riana? Mau pergi sekarang?“
Riana menatapnya, kemudian tersenyum dengan lucu dan mengangguk.
“Ayo!“
Tidak menunggu lama, Ronan tersenyum kecil kemudian menggenggam lengan adiknya dan segera pergi meninggalkan keramaian itu dikala wanita itu masih berbicara sendirinya.
“Tunggu! Aku sedang berbicara denganmu! Beraninya kamu mengabaikanku huh?!“
Mendengar bentakan wanita itu, Ronan mengerutkan keningnya dengan penuh ketidaksukaan.
Jika bukan karena adiknya, Ronan pasti akan melakukan suatu tindakan.
Ronan memutar kepalanya dan menatap wanita itu dengan tenang dan dingin, kemudian dia berbicara:
“Kami sedang sibuk jadi mari kita bicara lain kali, nyonya…”
Dengan itu Ronan berbalik dan segera mengabaikan wanita yang sedang marah marah itu.
“Nyonya?! Aku masih muda! Kamu harusnya menyebutku nona! Tunggu sebentar! Apa kamu tadi bilang kalau kamu menolak berbicara denganku? Hey! Tunggu! Sialan! Apakah begini orang tuamu mengajarkanmu?! Hah! Aku pikir itu wajar jika orang tua kalian mati mengingat betapa tidak sopannya kalian, orang tua kalian pasti sama bodoh dan tidak sopannya dengan kalian sehingga banyak orang yang membencinya!“
Ronan yang sebelumnya berjalan menghentikan langkahnya, Riana juga berhenti menatap wajah kakaknya dengan sedikit ketakutan.
“Kakak..?“
Tentu saja Riana sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya, lagipula Riana adalah gadis yang cerdas.
Nah, Ronan sendiri adalah tipe orang yang suka memprovokasi musuhnya tapi disaat yang sama, dia juga bisa mengabaikan musuhnya jika dia mau.
Tapi ketika musuhnya sudah membawa-bawa orang tua mereka yang sama sekali tidak ada hubungannya, mengapa dia harus diam?
Saat itu wajah Ronan menjadi dingin dengan sorot mata tajam yang menyerupai elang.
Disampingnya, sistemnya berbunyi:
Misi Terdeteksi!
Misi: Menghina Orang Tua Host Tidak Dapat Dimaafkan!.
Detail Misi: Bungkam Mulut Wanita Yang Menghina Orang Tua Host!.
Ronan mengabaikan sistem itu, kemudian dia berbalik menatap tajam wanita itu dengan ekspresi datar tanpa emosi.
Wajahnya yang terlihat tidak memiliki emosi memiliki efek penindasan yang membuat seluruh orang yang melihatnya menjadi diam dan suram.
Dikala keheningan yang mencekam itu terus berlanjut, suara Ronan yang dingin kemudian bergema dalam mall itu:
“Apa yang kamu bilang tadi..?“
***
⭐⭐⭐⭐⭐