NovelToon NovelToon
Selir Hati Mr. Billionaire

Selir Hati Mr. Billionaire

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Patahhati
Popularitas:6.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: alya aziz

Menjalani hubungan pernikahan, tanpa mengharap di cintai, tanpa tuntutan, dan tanpa mengharapkan sebuah pengakuan.

Tak pernah terlintas di dalam benak Arumi, bahwa ia akan menjalani sebuah hubungan pernikahan rahasia dengan seorang pria yang baru saja resmi menjadi seorang duda.

Pelariannya dari kejaran para rentenir, malah membuatnya kehilangan hal terakhir yang paling berharga baginya yaitu kesuciannya. Alfaro yang malam itu dalam kondisi mabuk telah merenggut kesuciannya di saat ia tidak sadarkan diri.

Sudah terlanjur basah, kenapa tidak sekalian menceburkan diri saja. Alfaro yang haus akan kehangatan dan belaian seorang wanita, memberikan sebuah penawaran gila kepada Arumi.

"Tugas mu hanya melayaniku selama satu tahun, aku akan melunasi semua hutang mu pada rentenir itu dan juga memberikan mu pekerjaan."


Hanya ada dua pilihan, mati secara perlahan di tangan rentenir atau menerima tawaran sang duda yang membutuhkannya sebagai penghangat ranjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.9 (Kembali beradu pandang)

Hari ke empat bekerja.

...☘️☘️☘️...

Klatak klata klatak.

Bunyi sepatu high heels yang di pakai Arumi mengiringi langkahnya memasuki Lobby kantor. Dengan sebuah map di dalam pelukan, ia berhenti di depan pintu lift, menunggu sampai pintu lift itu terbuka.

Tiba-tiba dari arah belakang seorang pria yang seumuran dengan Arumi datang dan langsung berdiri di sampingnya.

"Selamat pagi Rumi," Sapa Bima pada Arumi.

"Oh iya, selamat pagi," balas Arumi sopan.

"Siang ini kita ada rapat di departemen keuangan, kamu sudah menyiapkan berkas-berkasnya kan?" tanya Bima.

"Sudah, terimakasih karena sudah mengajari ku kemarin," ucap Arumi.

"Ah tidak perlu berterimakasih, kita ini partner kerja, jadi sudah sewajarnya saling membantu."

"Hehe iya."

Ting.

Pintu lift itu sudah terbuka, beberapa orang yang ada di dalam lift itu berhamburan keluar. Baru lah setelah itu Arumi dan Bima masuk ke dalam Lift. Sudah empat hari berkerja di perusahaan itu dan Arumi masih berusaha menyesuaikan diri dan berbaur dengan rekan satu timnya.

~

Sesampainya di ruangan staf departemen perencanaan, Arumi dan Bima masuk secara bersamaan. Tak lupa Arumi menyapa para senior dan kepala staf yang sudah terlihat sibuk pagi ini.

Meja kerja Arumi bersebelahan dengan Bima, jadi tentu saja Arumi bisa dengan leluasa mengobrol ataupun berdiskusi dengan Bima. Ia bersyukur, mempunyai rekan kerja yang sangat baik dan ramah seperti Bima.

...***...

pukul delapan malam waktu Los Angeles Amerika serikat.

Alfaro menyeret kopernya menuruni tangga rumah mewah itu. Almira mengikuti langkah kakaknya dari belakang. Sudah beberapa hari ini sejak Alfaro datang, ia belum juga bisa akur dengan Mama. Sepertinya ia datang di saat yang belum tepat. Saat di mana suasana masih belum tenang.

"Kak, apa tidak sebaiknya menuggu mama pulang dari pesta, aku tidak tau harus bicara seperti apa jika nanti mama mengetahui kakak pulang ke Indonesia," ujar Almira.

"Untuk itulah aku, tidak memberitahu mama jika aku akan pulang karena kalau mama tau, sudah pasti mama akan melarang."

"Kenapa harus buru-buru, lagi pula tidak ada lagi istri yang menunggu kepulangan kakak,"

Alfaro menghentikan langkahnya, dan berbalik menatap Almira dengan sorot mata tajam. Almira tidak tahu saja, bahwa jauh di sana ada seorang wanita muda yang sudah beberapa hari ini tidur sendiri, dengan rasa kesepian yang hampir membunuhnya.

"Ups, sorry." Almira menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

~

Arumi menyeret kakinya, memasuki area dalam mansion. Ia melepaskan sepatu yang ia pakai karena kakinya lecet karena berjalan dengan menggunakan high heels. Sepertinya biasa bi Ranti sudah menunggu kedatangannya di samping tangga.

"Selamat datang Nona," sapa bi Ranti sambil membukukan badannya.

"Selamat sore bi," sapa balik Arumi.

"Kaki Nona kenapa?" Bi Ranti memperhatikan kaki Arumi yang nampak lecet.

"Oh ini ... aku belum terbiasa menggunakan high heels, jadi lecet seperti ini."

"Biar saya obati, Nona duduk dulu."

Bi Ranti bergerak dengan cepat untuk mengambil kotak P3K untuk mengobati luka di kaki Arumi. Dengan langkah yang tidak seimbang, Arumi duduk di sebuah sofa yang ada di samping tangga.

Tak lama Bi Ranti datang dengan sebuah kotak putih di tangannya. Bi Ranti membawa kaki arumi kedalam pangkuannya, kemudian ia mulai mengoleskan salep di bagian belakang Kaki Arumi.

Arumi tak hentinya memandagi bi Ranti. Di mansion ini, hanya Bi Ranti yang begitu perhatian kepadanya, selebihnya hanya menyapa seperlunya saja.

"Sudah selesai, Nona bisa membawa kotak obat ini ke kamar, jadi setelah mandi, Nona oleskan lagi salep ini," tutur Bi Ranti.

"Terimakasih Bi. Bi Ranti baik sekali, jika nanti saya sudah tidak tinggal di rumah ini lagi, saya pasti akan merindukan bi Ranti," lirih Arumi.

"Kenapa Nona bicara seperti itu? Kita tidak boleh mendahului takdir Tuhan. Jadi Nona jalani saja sebaik mungkin," ujar Bi Ranti.

"Iya Bi, terimakasih ... kalau begitu saya ke atas dulu ya," ucap Arumi.

"Iya Nona."

Arumi beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan menaiki tangga menuju lantai dua. Bi Ranti memandangi kepergian Arumi dengan perasaan bersalah yang begitu besar, karena secara tidak langsung ia ikut berperan dalam pernikahan kontrak ini.

"Masih muda, namun harus memikul beban yang begitu berat. Semoga Tuhan selalu melindungi Anda Nona," gumam Bi Ranti dengan pasangan yang tidak pernah lepas dari Arumi.

~

Tepat saat Arumi masuk kedalam kamar, suara denting yang berbunyi dari kaca jendela, karena hujan baru saja turun, membasahi kaca jendela kamar itu. Hujan rintik, di saat yang sangat tepat. Saat di mana Arumi lagi-lagi merasakan kesuyian di Mansion mewah itu.

Perlahan ia melangkah, medekati jendela yang mulai berembun karena hawa dingin yang menelusup masuk. Ia menyentuh kaca jendela itu, sambil memejamkan mata, merasakan kesunyian yang beberapa hari ini menjadi teman setianya. Ia berharap saat ia membuka mata, ia sudah terbangun dari mimpi buruknya.

Setelah beberapa saat ia kembali membuka mata. Kembali melihat kenyataan bahwa ia memang sedang berada di sebuah sangkar emas, yang membelenggunya dalam sebuah ikatan pernikahan.

"Aku ingin pagi segera datang, menyapa ku dengan semangatnya. Malam hanya mampu membuat ku kesepian, bertingkah seperti orang bodoh yang tidak mempunyai tujuan hidup.

Seperti malam-malam sebelumnya, Arumi tidak akan bisa tidur dengan nyenyak. Mencoba menyibukkan diri dengan mengerjakan tugas kantor dan menonton drama dari laptop yang ia bawa dari kantor, hingga akhirnya ia tertidur sendiri.

...***...

Pukul sembilan pagi waktu Indonesia bagian barat.

Energi Arumi seakan terisi penuh saat kembali di sibukkan dengan pekerjaan kantor. Setelah mengalami lecet di bagian kakinya karena high heels, pagi ini ia kembali memakai sepatu terkutuk itu. Arumi sengaja, ia ingin kakinya terbiasa dengan sepatu hak tinggi.

Pagi ini, ia di tugaskan oleh ketua timim untuk pergi ke sebuah bank yang ada di depan gedung kantor itu. Cukup menyebrang saja dan ia akan sampai.

Saat akan keluar dari pintu utama ia memeriksa kembali berkas yang ada di tangannya, siapa tahu saja ada yang tertinggal. Dan benar saja, ada satu berkas yang tertinggal.

Buru-buru ia mengambil ponsel dari saku blazernya. Ia ingin meminta tolong kepada Bima untuk membawakan berkas itu ke lobby.

Namun baru saja ia mencari nomor telepon Bima, tiba-tiba saja seseorang menyenggolnya hingga ponselnya terlempar cukup jauh. Orang itu pun langsung pergi saja tanpa meminta maaf kepadanya. Ia hanya bisa mengelus dada saja.

"Pagi-pagi ada saja cobaaan seperti ini."

Arumi kembali melangkah untuk mengambil ponselnya yang terlempar sampai kedepan teras depan gedung itu. Saat ia hendak meraih ponselnya, tiba-tiba saja sebuah kaki yang terbalut sepatu kulit hitam menginjak ponsel itu hingga remuk.

Mata Arumi langsung membulat dengan sempurna. Di depan matanya sendiri, ponsel yang ia beli dengan hasil mengajar les anak tetangga, di injak oleh seseorang hingga remuk. Rasanya hati Arumi ikut remuk juga.

Kaki laki-laki itu mundur satu langkah, hingga Arumi bisa mengambil kembali ponsel yang layar LCD-nya sudah remuk. Arumi mengengam erat ponsel itu di tangan lalu mulai berdiri dari posisinya, seakan sudah bersiap untuk memaki sang pemilik kaki jahat itu.

"Apa anda tidak li--"

Ucapan Arumi menggatung saat netra hitam miliknya kembali beradu pandang dengan netra coklat yang tidak asing baginya. Netra yang sudah beberapa hari ini hilang dari pandangannya. Takdir kembali memainkan perannya setelah hampir satu minggu hilang dalam keheningan.

Bersambung 💓

Jangan lupa like+komen+vote ya readers, agar author makin semangat update, terimakasih sudah membaca.🤩🙏

1
Muna Junaidi
Mana aqua🫣🫣🫣
Yuliana Rahmawati
Luar biasa
Yuliana Rahmawati
Lumayan
Muna Junaidi
Gak bau jigong rum🫣🫣
Muna Junaidi
Aril jomblo ya gak ada yang nembak main dong ke israel pasti banyak yang nembak😂😂😂
Muna Junaidi
Hadir thor
tri
ets dah ada yg cemburu, ,/Shy//Shy//Shy/
tri
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Riza Rama
Kecewa
Riza Rama
Buruk
tri
,/Facepalm//Facepalm/ dinda mmg the best kelakuannya, aril....aril, knp ga ngaku aja sik
Idha Giatno
Luar biasa
Nenie Chusniyah
luar biasa
MommaBear
Luar biasa
Anonymous
ok
Rahma Putri
Luar biasa
Alet
keren
Ririn Nursisminingsih
meleleh a thor😍😍
Ririn Nursisminingsih
thor semua karyamu udah a baca...penulisanya sangat bagus alurnya tidak berbelit2 a suka..💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!