Alvin sosok pria dingin tak tersentuh telah jatuh cinta pada keponakannya yang sering dipanggilnya By itu.
Sikapnya yang arogan dan possesive membuat Araya sangat terkekang. Apalagi dengan tali pernikahan yang telah mengikat keduanya.
"Hanya aku yang berhak untukmu Baby. Semua atas kendaliku. Kau hanya milikku seorang. Kau tidak bisa lepas dariku sejauh manapun kau pergi. Ini bukan obsesi atau sekedar rasa ingin memiliki. Ini adalah cinta yang didasari dari hati. Jangan salahkan aku menyakiti, hanya untuk memenuhi rasa cinta yang berarti."
-Alvin-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
By Ku
Semua orang tampak cemas, Pasalnya gadis itu belum juga bangun dari pingsannya.
"Ini sudah satu jam. Aya belum bangun juga." Kata Daddy sambil mengubah posisi duduknya.
"Beberapa kali alerginya kambuh. Tapi tidak pernah separah Ini." Nenek bangkit dari duduknya mendekat ke ranjang Aya.
Gadis itu masih setia memejamkan mata.
"Kita panggil dokter lain kak." putus Alvin.
Belum sempat menghubungi dokter teriakan Darren dan Ano mengejutkan mereka.
"Kakak bangun Mom."
Semua orang tergopoh gopoh mendekat. "Gimana keadaan kamu sayang. Dimana yang sakit?" tanya Mommy menggenggam tangan Aya. Mata wanita itu sembab ketara Ia telah menangis cukup lama.
"Pusing Mom." Jawab Aya memegangi pelipis kepalanya.
"By. Minum dulu obatnya ya." Alvin membantu Aya duduk dan minum obat dengan telaten. Baru saja Alvin menaruh gelasnya di atas nakas suara pintu terbuka cukup keras mengejutkan semua orang. Mama, Papa, Adam dan Zahwa memasuki kamar sedikit berlari.
"Sayang Mama minta maaf." wanita itu menerobos kerumunan dan memeluk putrinya cukup erat.
"Bagaimana keadaan kamu sayang?" Tanya Papa cemas.
"Aku tidak apa apa." jawab Aya lemah.
"Aku ngantuk." sambung Aya lagi mengucek kedua matanya.
"jangan di kucek By. Nanti iritasi. Sekarang tidur aja. Efek obatnya emang bikin ngantuk." Alvin membantu Aya berbaring dan mengecup keningnya.
"Kok ruamnya belum hilang Vin?"
"Baru juga minum obat. Kata dokter butuh waktu."
"Kita keluar biarkan Aya istirahat." putus Kakek.
Alvin masih setia di samping Aya. Memperhatikan gadis yang tertidur dengan damai itu. Hatinya begitu sakit melihat Wajah By yang begitu pucat. Bayang bayang hampir kehilangan berputar di otaknya. Mengingat berkali kali Ia hampir kehilangan gadis kecilnya itu. Penculikan dan Kecelakaan yang dialami Aya membuatnya begitu was was. Di sana tak cukup aman di sini bukan berarti aman. Pikir Alvin. "Kenapa kau terlalu cantik. Lihat mereka semua ingin memilikimu. Mereka ingin memisahkan aku denganmu." Alvin menghela nafas panjang. Ia harus memutar otak untuk melindungi By nya. Setiap detik matanya harus selalu fokus tanpa lengah. Maka dari itu Ia memerintahkan puluhan pengawal untuk mengawasi gadisnya secara diam diam. Rasa takut kehilangan mendominasi akal sehatnya. Mengurung By dalam dekap nya adalah solusi agar By tetap aman dan mereka akan selalu bersama. " Kau By ku. Tak ada yang boleh memilikimu kecuali diriku. Biarkan aku egois mengekang mu. Seseorang yang aku cintai harus ada dalam genggamanku." Gumam Alvin mengelus pipi Aya dengan lembut.
"Makan di sini aja By. Nanti Mommy kamu bawain makan malamnya ke sini. Om suapin." Bujuk Alvin.
"Aku bosen Om di kamar terus. Infusnya udah di lepas lagian aku udah ga pa pa."
"Kamu belum sembuh By. Percaya deh sama Om."
"Om gimana sih. Kan aku yang rasain. Tuh merah merahnya juga mau ilang." tunjuk Aya pada lengan dan pipinya.
"Yaudah. Ayo Om gendong."
"Gausah Om, aku bisa jalan sendiri."
"Mau atau kamu tetep makan di sini."
"Ok ok.. aku maunya di gendong di belakang."
"Ayok." Alvin menggendong Aya.
"Loh sayang kamu kok makan di sini? Katanya tadi Om Sama Mommy kamu mau suapin?"
"Iya, Padahal Mommy udah mau ke sana."
"Dia yang maksa buat makan di sini Bu." Jawab Alvin sambil mendudukkan Aya dengan hati hati.
"Aku makan di sini Mom. Bosen di kamar terus."
"Mommy siapin makanan kamu ya."
"Biar aku yang siapin kak."
"Baiklah."
"Kamu udah enakan sayang?"
"Udah Dad."
"Yes. Nanti aku tidur sama kakak ya." Ano kegirangan.
"Enggak. ga boleh."
"kok ga boleh Om?"
"Kak Aya butuh istirahat. Nanti kalo tidur sama kalian malah tidurnya kemalaman lagi."
"Nggak kok Om aku sama Darren janji."
"Enggak."
"Kak...." rengek Darren pada Aya.
"Jangan membantah By. Ini makanan kamu, dimakan sampai habis." Kata Alvin sebelum Aya angkat bicara.
"Kakak ga bisa bantu. Om ini kebanyakan." Melihat makanan yang disiapkan Alvin di piringnya.
"Enggak. Tadi siang kamu makannya sedikit. Sekarang makan dulu. Nanti obatnya diminum sehabis makan." Alvin mengelus lembut kepala Aya.
Baru saja satu jam meninggalkan Aya Alvin memutuskan untuk melihatnya kembali. Gadis itu tengah berbaring namun matanya masih terjaga.
"By, kamu belum tidur?"
"Ga bisa tidur Om. Mungkin karna tadi kebanyakan tidur."
Alvin berbaring di samping Aya memiringkan tubuhnya menghadap gadis itu. Dibelainya pipi Aya dengan lembut.
"By."
"ya Om."
"Om mau bicara sama kamu." Aya mengubah posisinya sehingga berhadapan dengan Alvin.
"Jangan tinggalin Om."
"Om ini kesambet ya?" tanya Aya bercanda.
"Om serius By. Jangan tinggalin Om. Sedetikpun jangan pernah." Lirih Alvin.
"Kenapa Om?"
"Karena itu akan menyakiti Om. Om sayang sama kamu By. Om ga mau kehilangan kamu."
"Aku juga sayang sama Om."
"Sekarang tidur ya. Om temenin kamu." Alvin Memeluk Aya hingga kepala gadis itu berada di dada bidangnya. Alvin menjadikan tangannya penopang kepala Aya.
"Jantung Om kenapa?"
"Tidur By. Selamat malam." Kata Alvin menutupi detak jantungnya yang tidak beraturan saat bersama Aya.
"Malam Om."
'Andai kamu tahu perasaan Om By. Om sayang, Om cinta sama kamu. Pikiran dan hati ini selalu tentang kamu. Jiwa ini menuntun untuk memiliki kamu.' Batin Alvin mengecup kening dan pipi Aya lalu memejamkan matanya.