NovelToon NovelToon
Still Loner

Still Loner

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Spiritual / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:99
Nilai: 5
Nama Author: Amigo Santos

(WARNING! banyak **** ***** dan tindakan yang buruk. Harap bijak dalam memilih bacaan dan abaikan buku ini jika membuat pembaca tidak nyaman.) Akira Kei, seorang bocah SMA yang yatim-piatu yang awalnya hidup dengan tenang dan normal. Dia hidup sendirian di apartemen setelah ibunya meninggal saat dirinya baru masuk SMA. Dan impiannya? Dia hanya ingin hidup damai dan tenang, meksipun itu artinya hidup sendirian. Tapi sepertinya takdir berkata lain, sehingga kehidupan Akira Kei berubah 180°. Apa Akira Kei bisa mewujudkan impiannya itu? Atau tidak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amigo Santos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekarang kita berada di depan ruangan dengan tanda di atas pintu yang bertuliskan ‘RUANG RAPAT’. Terdengar suara yang cukup ricuh di dalam ruangan tersebut, bahkan suara tersebut mampu di dengar oleh orang yang ada di luar.

Mari kita masuk ke dalam untuk melihat situasi yang ada. Di dalam ruangan tersebut ada seorang pria yang terlihat berumur 40 tahunan sedang duduk dengan memegangi kepalanya dengan tangannya dan bersandar pada meja yang ada di depannya. Nama pria itu adalah Pak Ian, posisinya adalah sebagai kepala Akademi Nexum.

“Bagaimana keputusanmu dengan apa yang sudah kami tawarkan, Pak Ian?” tanya seorang pria yang umurnya mungkin sama dengan Pak Ian, dan pria itu bernama Edy, perwakilan dari Akademi Syntexia.

“Benar, Pak Ian… dengan anda menerima tawaran kami, maka kami akan melupakan kejadian hari ini.” Imbuh seorang wanita yang umurnya mungkin lebih muda beberapa tahun dari Pak Ian dan Pak Edy, dan wanita itu bernama Iva, perwakilan dari Akademi LuminoCore.

Yup… mereka saat ini sedang membahas bagaimana Akademi Nexum akan bertanggung jawab mengenai nasib murid dari setiap Akademi yang hadir untuk menonton maupun mengikuti perlombaan. Karena meskipun yang ikut berpartisipasi hanya 3 Akademi termasuk Akademi Nexum, perlombaan yang di buat itu cukup banyak dan murid dari setiap Akademi yang datang untuk menonton juga cukup banyak.

Untungnya kejadian tadi terjadi saat lomba terakhir dilaksanakan dan kebanyakan penonton serta peserta lomba yang lain banyak yang sudah meninggalkan Akademi Nexum untuk pulang. Sekarang mari kita kembali ke Ruang Rapat tadi.

“Tapi… bukankah pelakunya sudah mendapatkan hukuman langsung dari murid ku? Secara tidak langsung itu membantu kalian, bukan?” ucap Pak Ian sambil menatap kedua orang yang ada di depannya.

“Memang itu cukup menguntungkan kami, tapi yang kami permasalahkan adalah seorang yang katanya yang terkuat di Akademi-mu itu gagal mencegah kejadian tadi, Pak Ian.” Jawab Bu Iva dengan menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

“Apa yang dikatakan Nona Iva benar, Pak Ian… jadi, mengeluarkan murid terkuat dari Akademi-mu itu setimpal, kan?” imbuh Pak Edy yang setuju dengan apa yang di katakan Bu Iva.

“Lagipula karena ulahnya yang seenaknya membunuh pelaku, kita jadi tidak bisa mengantongi informasi tentang pelaku terror itu.” Lanjut Pak Edy dan langsung membuah Pak Ian terdiam.

Memang benar kalau tindakan Yuna yang langsung membunuh pelaku secara sepihak itu salah, apalagi langsung membunuh tanpa mengorek informasi terlebih dahulu.

Pak Ian pun hanya bisa menghela nafas lelah sebelum mengangguk, dan tindakan Pak Ian membuat Pak Edy dan Bu Iva saling menatap dengan senyum penuh arti.

“Sylvi…” ucap Pak Ian yang langsung membuah Pak Edy dan Bu Iva heran, karena hanya ada mereka bertiga termasuk Pak Ian di ruangan tersebut.

Tepat saat itu, dari belakang Pak Ian muncullah seorang perempuan dengan topeng berwarna putih polos. Kemunculannya yang secara tiba-tiba membuat Pak Edy dan Bu Iva terkejut.

“Anda memanggil saya, pak?” tanya Sylvi dengan kedua tangan disilangkan di punggungnya.

“Tolong panggil Yuna kemari…” ucap Pak Ian, dan Sylvi langsung mengangguk sekali sebelum mundur beberapa langkah dan menghilang lagi.

Pak Edy dan Bu Iva kembali bertatapan dengan heran karena Sylvi bisa datang dan menghilang dengan begitu mudahnya, mereka hanya tahu kalau orang yang memiliki kemampuan itu hanyalah Pak Ian saja.

Beberapa saat kemudian Sylvia kembali muncul dengan Yuna yang ada di sampingnya. Pak Edy dan Bu Iva menatap Yuna dengan tidak suka dan meremehkan, sementara Yuna hanya melirik keduanya dengan singkat sebelum tatapannya beralih ke Pak Ian.

“Pak Ian memanggilku?” tanya Yuna dengan singkat.

Pak Ian pun terlihat hanya menghela nafas dengan tingkah Yuna yang terkesan dingin dan acuh kepada orang lain yang mengganggu waktunya ketika dia bersama adiknya.

“Ya… ini mengenai apa yang terjadi tadi siang, Yuna. Mengenai…”

“Mengenai saya yang membunuh pelakunya tanpa mengorek informasi terlebi dahulu?”

Yuna langsung memotong ucapan Pak Ian ketika dirinya menyadari apa yang akan di bahas, mengingat perwakilan dari Akademi Syntexia dan Akademi LuminoCore ada di sana.

“… Benar. Kenapa kau membunuh mereka tanpa mengorek informasi mereka terlebih dahulu, Yuna?” tanya Pak Ian sambil bersandar pada kursi yang dia duduki.

“Kalau soal informasi pelakunya sih saya sudah punya, Pak… nih.” Ucap Yuna sambil berjalan mendekati Pak Ian dan meletakkan flashdisk di depan Pak Ian.

“…”

Ruangan seketika menjadi sunyi karena semua orang yang ada di ruangan menatap Yuna dan flashdisk tersebut dengan heran.

“Bagaimana bisa…”

Pak Edy menjadi orang pertama yang memecah keheningan tersebut karena dirinya merasa terkejut dengan apa yang ada di depannya, yaitu data informasi dari pelaku penyerangan Akademi Nexum ternyata sudah di dapatkan dalam waktu yang tidak lama.

“Tapi tetap saja tindakanmu membunuh pelaku seenak jidatmu itu tidak bisa dibenarkan.” Ucap Bu Iva yang masih ngotot kalau Yuna itu salah.

“Benar, Yuna… membunuh pelaku secara sepihak itu tidak boleh, apalagi yang membunuh adalah seorang murid Akademi.” Imbuh Pak Ian.

Yuna hanya mengangguk dan mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari mulut orang yang lebih tua darinya untuk menunjukkan rasa sopannya.

“Lihat? Bahkan kepala Akademi-mu juga setuju kalau tindakanmu itu salah, jadi kau akan di keluarkan dari Akademi Nexum dan di adili karena membunuh orang secara sepihak.” Lanjut Bu Iva yang membawa-bawa keadilan.

‘Bodoh… sepertinya dia tidak tahu siapa itu Yuna…’ pikir Sylvi yang ternyata masih ada di ruangan tersebut dan mendengarkan omongan dari ketiga orang itu.

Yuna hanya mendengus kesal mendengar ucapan dari Bu Iva yang dilontarkan kepada dirinya.

“Tenang saja, Yuna… kau tidak akan di keluarkan dari Akademi karena kau sudah memberikan kami informasi tentang pelakunya, tapi kami akan menskors-mu selama 1 minggu karena membunuh pelaku secara sepihak.”

Yuna yang mendengar itu pun hanya bisa mengangguk pasrah, karena dia tahu kalau dia itu bersalah karena membunuh pelaku secara sepihak, jadi Yuna mencari informasi pelaku menggunakan koneksi keluarganya untuk menebus apa yang dia lakukan.

“Tunggu, apa! Bukankah anda seharusnya mengeluarkannya dari Akademi? Kenapa cuma di beri skors selama 1 minggu saja?” protes Bu Iva yang tidak terima dengan keputusan yang di pilih Pak Ian.

“Abaikan saja dia, Yuna… kau boleh kembali sekarang. Sylvi, tolong antar Yuna kembali.” Ucap Pak Ian yang menyuruh Sylvi mengantar Yuna kembali ke tempat dimana adiknya berada.

“Baik, Pak…”

Sylvi segera berjalan mendekati Yuna dan memegang bahunya sebelum akhirnya secara perlahan menghilang dair ruangan dan menginggalkan Pak Edy dan Bu Iva kembali berdebat dengan Pak Ian karena hukuman Yuna dinilai terlalu ringan.

Sylvi mengantar Yuna kembali ke ruang OSIS yang dimana di sana sudah ada adiknya Yuna, alias Yaichi bersama Rian dan Natasha sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Yaichi yang sibuk membaca novel milik kakaknya, Rian yang sibuk memainkan ponselnya, dan Natasha yang sibuk membaca buku elemen-elemen sihir.

Mereka bertiga pun segera menoleh ke arah Sylvi yang muncul bersama Yuna dengan tiba-tiba, mereka sudah terbiasa dengan Sylvi yang muncul secara tiba-tiba karena sudah terbiasa dengan hal itu.

“Apa yang dibicarakan Pak Ian, kak?” Yaichi menjadi orang pertama yang bertanya ketika kakaknya baru muncul.

Yuna pun menggelengkan kepalanya dan berjalan ke arah Yaichi yang sedang berbaring di sofa. Yaichi segera merubah posisinya yang awalnya berbaring menjadi duduk untuk memberikan tempat duduk kepada kakaknya.

“Pak Ian hanya menanyaiku tentang kejadian tadi kok… tidak lebih.” Jawab Yuna sambil duduk di samping Yaichi.

Yaichi pun hanya mengangguk mendengar jawaban dari kakaknya dan lanjut membaca novelnya.

“Ngomong-ngomong… apa kak Yuna dihukum karena membunuh pelaku secara sepihak?” kini giliran Rian yang bertanya kepada Yuna.

“Yahh… aku di diskors selama 1 minggu. Untungnya aku tidak di keluarkan dari Akademi ini,” jawab Yuna dengan santai.

“Apa! Pak Ian berencana mengeluarkan kakak?”

Berbeda dengan Rian dan Natasha yang terlihat biasa saja dengan apa yang di katakan oleh Yuna, Yaichi malah terkejut dan sedikit panik.

“Mhm… tapi itu tidak jadi, karena kakak memberikan informasi tentang pelakunya kepada Pak Ian.” Jawab Yuna sambil tersenyum ke arah Yaichi.

Yaichi pun mengelus dadanya dan menghela nafas lega mendengar ucapan Yuna.

1
ciara_UwU
Ngga bosen-bosen!
~abril(。・ω・。)ノ♡
Tidak sabar untuk kelanjutannya!
Thảo nguyên đỏ
Ceritanya bikin nagih dan gak bisa berhenti baca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!