NovelToon NovelToon
Dewa Alkemis Pengurai Jiwa

Dewa Alkemis Pengurai Jiwa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Epik Petualangan / Iblis / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Perperangan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

“Yang hidup akan ditumbuk menjadi pil, yang mati akan dipaksa bangkit oleh alkimia. Bila dunia ingin langit bersih kembali, maka kitab itu harus dikubur lebih dalam dari jiwa manusia…”

Di dunia tempat para kultivator mencari kekuatan abadi, seorang budak menemukan warisan terlarang — Kitab Alkimia Surgawi.
Dengan tubuh yang lemah tanpa aliran Qi dan jiwa yang hancur, ia menapaki jalan darah dan api untuk menantang surga.

Dari budak hina menuju tahta seorang Dewa Alkemis sekaligus Maharaja abadi, kisahnya bukanlah tentang keadilan… melainkan tentang harga dari kekuatan sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 : Salep yang Menyembuhkan, Racun yang Membunuh

Tambang Sekte Langit Beracun bukan sekedar tempat menambang. Tempat ini lebih mirip kuburan yang terlupakan, sunyi dan kelam.

Di bawah tanah yang dingin dan sepi ini, tersimpan sejarah berdarah dunia kultivasi, sejarah yang bahkan lebih tua daripada ingatan para tetua Sekte Langit Beracun sendiri. Hanya segelintir leluhur dari generasi awal yang mengetahui secuil kisah kelam ini. Namun mereka memilih diam, tak ingin membangkitkan sejarah kelam masa lalu yang sudah lama tertutup debu.

Dan hari ini, tanpa disengaja Li Yao tersesat ke dalam jejak sejarah yang terlupakan itu.

Rasa ingin tahunya terhadap dunia alkimia entah itu meracik obat, pil, atau racun yang ia pelajari dari kain lusuh warisan Kakek Qiao terus membara.

Di suatu malam, setelah seharian bekerja di tambang dengan tubuh penuh debu dan luka, ia menyadari persediaan akar jamur tulangnya telah habis. Tanpa bahan itu, ia tak bisa meracik ramuan penguat tubuh yang selama ini menyelamatkannya dari kelelahan dan rasa sakit.

Dengan tekad bulat, ia pun menyusuri jalur gelap di sisi barat tambang. Tiba-tiba, angin dingin menyapu dari celah sempit di balik tumpukan batu besar. Tapi ini bukan angin biasa, angin ini menusuk tulang dan membawa bisikan halus yang seakan merayap masuk ke dalam pikiran.

Nafasnya tertahan, tenaganya hampir habis, tapi rasa penasaran dan firasat aneh memaksanya terus menggali. Jari-jarinya berdarah menggeser bongkahan batu hingga akhirnya…

Sebuah lorong tua terbuka di hadapannya. Li Yao terkejut melihat lorong yang dalam dan gelap,

"Apa ini, apakah ini sebuah gua, atau lorong." gumam Li Yao.

Selama bertahun-tahun ia hidup di tambang ini, ia tak pernah melihat tempat semacam ini.

Li Yao penasaran dan langsung melangkah masuk.

Tanpa pikir panjang, Li Yao menyobek kain lusuhnya, lalu memasukkannya ke dalam batang bambu sebagai obor darurat. Nyala api kecil itu berkedip-kedip tak menentu, menerangi dinding batu yang basah dan berlumut.

Kruk… kruk… Suara kaki Li Yao menginjak krikil krikil di dalam lorong.

Langkahnya bergema pelan. Bau besi tua dan tanah beku menyengat hidung, dinding dinding di sekitarnya sudah tidak lagi seperti tambang biasa, di sana-sini terpahat coretan coretan aneh yang tidak dimengerti oleh Li Yao, tulisan ini seperti tulisan yang berasal dari zaman yang jauh lebih kuno daripada ingatan manusia.

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya Li Yao sampai di sebuah ruangan kecil, ruangan itu gelap dan sunyi. Di setiap sudutnya terdapat batu berbentuk mangkuk, batu itu seperti bekas tempat penyimpanan lilin. Dengan tangan gemetar Li Yao menyalakan salah satunya menggunakan obornya.

Sssst…

Api seketika menyala, dan cahayanya merambat dari satu batu ke batu lain seolah terpicu oleh sesuatu. Ruangan yang awalnya gelap perlahan lahan terang dan memperlihatkan sesuatu yang tersembunyi di dalamnya.

Di sudut ruangan tidak jauh tempat Li Yao berdiri, sebuah altar batu hitam berdiri dengan tegak, altar itu masih mulus seperti tidak terganggu oleh waktu. sementara udara yang di rasakan di sekitarnya terasa menusuk, seperti ada aura aneh yang terperangkap di dalam altar ini.

Tak jauh dari sana terdapat rak-rak batu yang sudah reyot bersandar di dinding yang penuh dengan debu. Beberapa botol kaca yang penuh dengan debu masih bertahan di atasnya, ada yang kosong, ada pula yang berisi cairan yang sudah mengental dan juga mengering.

"Ini…"

Li Yao menelan ludah melihat itu semua. Matanya bahkan tak berkedip memperhatikan setiap detail ruangan ini. Tak pernah terbayangkan olehnya di balik tambang ini, ternyata tersembunyi sebuah ruangan yang menurutnya seperti tempat rahasia dari zaman dulu.

"Tempat ini…" gumamnya pelan, suaranya bergetar di tengah kesunyian ruangan, "Ini mungkin bekas sebuah ruangan rahasia."

Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, Li Yao akhirnya membersihkan debu debu tebal dari meja batu di tengah ruangan. Tangannya kemudian meraih sebuah lentera tua yang sudah berkarat tapi bentuknya masih utuh. Ia meniup pelan untuk membersihkan sumbu yang nyaris lapuk, lalu menyalakannya.

Nyala api kecil ini menambahkan cahaya di dalam ruangan ini. Li Yao kemudian duduk perlahan membiarkan tubuhnya lepas di atas lantai dingin. Ruangan ini memberinya rasa tenang yang aneh seperti ia menemukan sebuah rahasia yang tak dimiliki siapa pun.

"Sekte Langit Beracun pasti tidak tahu tempat ini," bisiknya, tatapannya kosong menatap langit-langit.

"Karena tempat ini adalah aku yang menemukan, maka aku akan menjadikan tempat ini menjadi tempat rahasiaku, baik itu dalam meracik maupun bereksperimen yang lain..."

Setelah istirahat sejenak, Li Yao kembali meneliti ruangan itu lebih cermat. Matanya menyusuri dinding-dinding berdebu yang sebelumnya luput dari perhatiannya. Tiba-tiba, sesuatu menarik pandangannya.

Di balik dinding yang dilapisi debu tebal, terlihat ukiran-ukiran alkimia kuno, pola pola yang rumit yang sepertinya dipahat oleh seseorang dengan ketelitian yang luar biasa.

Salah satu ukiran menggambarkan tiga cabang, satu mengarah ke mata, satu ke jantung, dan satu lagi ke tangan. Di bawahnya ada tulisan kuno yang samar-samar bisa ia baca.

"Tubuh adalah wadah. Jiwa adalah bahan bakarnya. Pemahaman adalah apinya." kata kata ini membuat Li Yao merinding.

sementara tidak jauh dari situ, Li Yao menemukan sesuatu yang mengejutkan, sebuah liontin logam hitam kecil dengan simbol yang sama persis dengan apa yang ada di dinding. Saat disentuh, benda itu terasa hangat dan mengeluarkan getaran halus yang merambat ke dadanya.

"Ini kayaknya bukan liontin biasa," gumamnya dengan mata berbinar.

Dengan sedikit ragu, ia mencoba mengenakan liontin itu. Meski belum paham fungsinya, simbol di lantai dan aura ruangan ini membuatnya yakin tempat ini bukan sekedar ruang rahasia, tapi semacam altar suci.

Waktu sudah larut malam. Li Yao tahu ia harus segera kembali ke tendanya di perkemahan. Namun saat bersiap pergi, dadanya tiba-tiba terasa sesak oleh kegelisahan yang tak jelas.

Dan ternyata firasatnya benar. Begitu ia kembali dan setelah dekat dengan perkemahan, ia melihat kerumunan orang yang tidak biasa di pelataran utama perkemahan. Para budak berkumpul, dan beberapa pengawas termasuk Pengawas He yang terkenal bengis tampak sedang mengawasi sesuatu.

"Apa yang terjadi di sini...?" bisik Li Yao dengan waspada, langkahnya semakin pelan.

Dengan hati-hati Li Yao menghindari jalan utama dan menyelinap lewat belakang perkemahan. Jalannya pelan supaya tidak menarik perhatian orang orang. Begitu sampai, kerumunan orang yang berada disitu langsung membuatnya merasakan suasana mencekam.

"Li Yao, Dari mana saja kamu?" Tanya Lan Ci yang melihat Li Yao dengan wajah pucat. Ia berdiri di antara budak-budak lain yang sama tegangnya.

Li Yao mengernyit. "Apa yang terjadi Lan Ci? Aku seperti mencium bau aneh..."

"Itu..." Lan Ci membisikkan, suaranya hampir tak terdengar. "Bau tubuh Bao Chun yang terbakar."

"Terbakar?" Li Yao terkejut. Matanya langsung mencari-cari. "Siapa yang membakarnya?"

"Bukan dibakar orang," Lan Ci menggelengkan kepalanya, "tapi, oleh sesuatu."

Jantung Li Yao berdegup kencang. Tanpa sadar, pandangannya tertuju ke arah tendanya yang masih gelap. Ia belum sempat memeriksa isinya sejak pulang.

Bao Chun adalah Budak licik yang terkenal suka mencuri sesuatu, Li Yao yakin ia pasti sudah mengendus sesuatu pada tempat Li Yao.

Beberapa hari lalu, saat Li Yao seharusnya terbaring lemah setelah dicambuk, ia malah kembali bekerja dengan luka yang nyaris sembuh. Pasti itu yang membuat Bao Chun penasaran.

Malam tadi, saat Li Yao pergi Bao Chun menyusup ke tendanya. Dengan tangan-tangan kotor ia membongkar semua barang dan menemukan botol kecil tersembunyi di balik kain tidur. Tanpa pikir panjang cairan itu diminumnya habis.

Tapi yang tak diketahui Bao Chun ramuan itu bukan untuk diminum. Itu adalah salep luar. Begitu tertelan, cairan itu langsung membakar organ dalamnya. Mulutnya mengeluarkan busa ungu, matanya melotot tak berkedip, seluruh tubuhnya kejang-kejang seperti disiksa dari dalam. Ia jatuh berguling-guling dan merintih dalam kesakitan yang tak terbayangkan sebelum akhirnya tak bergerak lagi.

"Li Yao, Apa itu adalah ramuan mu?"

Li Yao memandang botol kosong yang tergeletak di dekat mayat Bao Chun.

"Iya, Itu adalah ramuan ku." bisiknya.

"Tapi kenapa bisa sebegitu mengerikan? Apa kau membuat racun?" Lan Ci menggigit bibirnya.

"Itu salep penyembuh luka," Li Yao menelan ludah. "Tapi kalau diminum, ia akan membakar organ dalam."

"Jadi, Bao Chun..."

"Dia meminumnya."

1
Green Boy
mantap thor
Eko Lana
alur cerita yang bagus dan menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!