IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Hari ulang tahun si kembar yang ke-5 akan diadakan hari ini. Pagi-pagi sekali Bara sudah memulai aktivitasnya dengan berolah raga di ruangan gym yang berada di sisi belakang rumahnya, yang berhadapan langsung dengan? taman dan juga kolam renang.
Nala datang menghampiri Bara dan memintanya untuk push up. Bara menuruti permintaan Nala.
"Ayo terus daddy!" seru Nala yang kini tengah duduk di punggung Bara. Ya, Bara sedang melakukan push up dan kebiasaan Nala adalah duduk di punggung ayahnya jika ayahnya sedang push up. Ia senang sekali tatkala badannya ikut naik turun sesuai gerakan badan sang ayah.
"Tiga puluh,tiga puluh satu..." Nala terus menghitung gerakan Bara.
"Princess daddy semakin pandai berhitung ya, makin pintar," puji Bara.
"Iya dong daddy, harus pintar biar bisa jadi artis kayak mommy," ucap Nala polos.
"Memangnya kalau jadi artis harus pintar?" tanya Bara.
"Tentu saja, biar enggak mudah di bohongi," timpal Nala dengan polosnya.
Bara tersenyum mendengar jawaban sang anak, yang entah apa hubungannya jadi seorang artis dan di bohongi. Bara hany menanggapinya sebagai ucapan anak-anak.
"Meskipun tidak jadi artis tetap harus pintar sayang," pesan Bara.
"Iya daddy, Nala mengerti," Nala menganggukkan kepalanya mantap.
"Tuan muda," suara om Jhon yang baru saja datang membuat Bara menghentikan aktivitasnya lalu menoleh ke arah sumber suara.
Karena Bara berhenti push up, Nala pun turun dari punggung Bara.
"Daddy, aku mau cari Nathan dulu, tadi katanya dia mau main sama paman Tiger di halaman," ujar Nala dan langsung pergi meninggalkan Bara dan om Jhon.
"Katakan!" Titah Bara yang kini tengah berjalan santai di atas treadmill.
"Saya sudah mensterilisasi makam nyonya Olivia, sehingga hari hanya tuan yang bisa berada di sana," ucap om Jhon, karena Olivia adalah seorang Artis papan atas semasa hidupnya dulu dan hari ini adalah hari kematiannya, pasti akan ada banyak sekali penggemarnya yang akan mendatangi makamnya. Dan seperti biasa pula Om Jhon sudah mengatur jadwal buat mereka jika ingin berkunjung ke makam idola mereka tersebut di lain waktu, karena khusus hari ini hanya Bara sendiri yang akan berada di sana tanpa gangguan siapapun.
Bara biasa menghabiskan waktu seharian di makam Olivia, bahkan dia tidak pernah hadir di acara pesta ulang tahun kedua buah hatinya, dan si kembar selalu mencoba mengerti perasaan sang ayah. Mereka tidak pernah protes sama sekali, mereka tahu bagaimana perasaan sang ayah. Si kembar sebenarnya sering bilang untuk tidak merayakan ulang tahun mereka, akan tetapi Bara dan bu Lidya ingin mereka tetap merayakannya, seperti anak-anak lainnya.
"Baiklah, om Jhon pergilah ke kantor hari ini," ucap Bara.
"Tapi nanti...?"
"Tidak perlu menemani saya ke makam, saya ingin ke sana sendiri," sahut Bara sambil tetap berjalan pelan di atas treadmill.
"Baiklah tuan," ujar om Jhon, ia tahu perasaan Bara saat ini sedang tidak baik.
Sementara itu, Nala sudah menghampiri Nathan. Ia memberi tahu sesuatu kepada Nathan dengan berbisik di telinganya.
"Oh iya, kita lupa ngasih alamat ke kakak cantik," ucap Nathan sambil menepuk jidatnya sendiri.
"Terus gimana Athan? Kakak syatik enggak jadi ke sini dong. Daddy juga pasti enggak datang kan nanti, seperti biasanya," ujar Nala, ia menunduk sedih.
"Jangan sedih dulu, pasti kakak cantik ke sini, jangan nangis," Nathan berusaha menenangkan adik kembarnya.
"Beneran Athan? Enggak bohong?"
"Iya, ayo ikut aku!" ajak Nathan.
"Kemana?" tanya Nala.
"Cari oma," jawab Nathan sambil berjalan mendahului Nala.
"Paman, urus paman tiger!" perintah Nathan kepada salah satu bawahan Bara yang bertugas kediaman Osmaro.
"Baik tuan muda kecil," jawabnya menganggukkan kepala.
"Kenapa cari oma Athan? Oma lagi sibuk maskeran, biar nanti kelihatan glowing di acara ulang tahun kita," ucap Nala yang memang benar adanya. Bu Lidya sudah sejak pagi sibuk melakukan perawatan, mulai dari wajah hingga kuku-kuku kakinya. Ia tak ingin kalah saing dengan para mama muda yang akan menghadiri acara ulang tahun si kembar bersama anak mereka nanti.
"Jangan banyak tanya, ikut saja!" Nala pun mengikuti ajakan Nathan.
Setelah menemukan Oma mereka, Nathan langsung membisikkan sesuatu kepada bu Lidya.
"Hem, hem, hem," balasan bu Lidya atas ucapan Nathan di telinganya.
"Oma sakit gigi? atau pita suara oma rusak?" tanya Nathan kesal dengan tanggapan bu Lidya.
"Bukan gitu Athan, lihat! Oma sedang maskeran, nanti jad rusak kalau oma buka suara, iya kan oma?" ucap Nala.
"Hem!" sahut bu Lidya sambil mengacungkan jempol kanannya.
"Apanya yang rusak, mukanya? Kan memang udah keriput,"
"Astaga ini anak, jangan di perjelas juga kali," gumam bu Lidya.
"Kamu enggak ikut maskeran Nala?" tanya Nathan.
"Tak lah, Nala kan udah syantik dari sananya," Nala mengibaskan rambutnya centil.
"Oh, berati oma jelek," ucap Nathan dengan cueknya.
"No comment!" Nala menggedikkan bahunya, dan keduanya pun tertawa.
"Becanda Oma, jangan marah," ucap Nala.
"Iya Oma, nanti enggak berminyak wajahnya kalau cemberut," sambung Nathan.
"Glowing Athan, bukan berminyak,"protes Nala.
"Ya, terserahlah! Oma jangan lupa apa yang Nathan bilang tadi," ucap Nathan lalu ia berbaik arah meninggalkan oma dan juga Nala dengan satu tangannya ia masukkan ke saku piyama yang ia kenakan.
Tak lama kemudian, Nala juga menyusulnya untuk membersihkan diri dan juga bersiap-siap untuk acara ulang tahunnya, di bantu bu Lidya yang sudah membersihkan masker di wajahnya sesaat setelah Nathan pergi.
🌼🌼🌼
Acara ulang tahun si kembar akan segera di mulai, banyak teman-teman si kembar yang adah datang bersama orang tua mereka.
"Kemana tuan muda?" tanya bu Lidya kepada salah satu asisten rumah tangga Bara.
"Tuan sudah berangkat nyonya besar," jawabnya sopan.
"Ke makam?" bu Lidya memastikan perkiraannya.
"Sepertinya iya nyonya, seperti biasa,"
Bu Lidya langsung mengambil mengambil ponselnya di kamar.
"Selalu begini, enggak mikirin perasaan anak-anaknya, dengan menyendiri di makam seharian hanya akan bikin tambah galau," gumam bu Lidya sambil menekan nomor ponsel Bara.
Beruntung, kali ini Bara tidak mematikan ponselnya, hanya di mode getar saja.
"Assalamualaikum ma, ada apa?" tanya Bara dari seberang telepon.
"Tanya ada apa, di mana kamu Bara? Anak-anak menunggu kamu, acara sebentar lagi mau mulai," ucap hu Lidya.
"Bara sedang di..."
"Makam Olivia?" bu Lidya memotong ucapan Bara.
"Iya ma, anak-anak pasti mengerti seperti biasa, Bara tidak datang tapi anak-anak tetap senang," ujar Bara.
"Lalu kapan kamu akan mengerti anak-anak? Sekarang pulang dan rayakan ulang tahun si kembar di rumah!" tegas bu Lidya.
"Tapi ma..."
"Tidak ada tapi. O ya, makam Olivia dekat dengan rumah gadis bernama Syafira yang di ceritakan Nala kan? jemput dia sekarang, Nala sangat mengharapkan dia dan kuenya,"
"Nala akan lebih senang dengan hadiah yang sudah Bara siapkan dari pada kue dari gadis itu ma,"
"Itu kan menurut kamu, cepat jemput dia atau setelah ini mama akan bawa si kembar pulang ke rumah mama," ancam bu Lidya.
"Mama bisa suruh sopir," Bara masih berusaha menolak.
"Oke fine, kamu pulang anak-anak udah enggak di rumah ini," sahut bu Lidya, sebenarnya ia ngeri juga mengancam Bara seperti itu, kalau orang lain mungkin sudah Bara kirim ke Pluto. Tapi bu Lidya tahu, Bara sangat menyayangi dan menghormatinya seperti ibu kandungnya sendiri, seperti ia menganggap Bara sebagai anak kandung.
"Iya, Bara jemput," akhirnya Bara mengalah.
"Sekarang!"
"Hem," Bara langsung mematikan ponselnya.
"Tahu gini, tadi aku matiin aja ponselnya," Gumamnya.
"Lihatlah sayang, mama bawel sekali. Tapi aku tahu dia begini karena menyayangiku," Bara mengusap nissan makam istrinya.
" Apa kamu akan senang jika aku merayakan ulang tahun Si kembar hari ini? Apa kamu enggak marah aku pulang sekarang? Maaf, kali ini aku tidak bisa di sini lama, aku pulang dulu," Bara berdiri dan memakai kembali kaca hitamnya
"Merepotkan!" umpat Bara, mengingat ia harus menjemput Syafira.
"Bagaimana oma?" Nathan dan Nala menghampiri bu Lidya di kamarnya.
"Beres, oma gitu lho!"
🌼🌼🌼
Sementara itu, Syafira sudah berada di toko kuenya untuk mengambil kue yang subuh tadi ia buat. Selesai mempacking kuenya, Syafira bersiap untuk berangkat. Namun, saat ia menyalakan scooter maticnya, ia ingat sesuatu.
"Astaghfirullah! Aku enggak tahu dimana rumah mereka, kemarin lupa enggak nanya," Syafira menepuk jidatnya sembari menghela napas.
"Giman dong ini William?" Syafira mengajak bicara scooternya yang ia kasih nama william tersebut.
"Kenapa mbak Fira? William mogok lagi?" tanya Rani.
"Enggak Ran, tapi aku enggak tahu alamat rumah Si kembar itu, gimana dong, kalau aku enggak jadi ke sana, nanti di kira aku ingkar janji," jawab Syafira bingung.
Baru saja Syafira selesai bicara, mobil yang Bara kendarai masuk ke halaman toko Syafira.
"Pucuk di cinta, ulam pun tiba," ucap Rani yag melihat Bara keluar dari mobil.
"Apa sih Ran, malah enggak jelas gitu,"
Rani mengisyaratkan Syafira untuk menoleh ke belakang dengan menggerak-gerakkan alisnya sambil tersenyum.
Syafira pun menoleh, ia tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Ini mimpi kan Ran?" Syafira tak yakin jika Bara beneran datang ke tokonya. Mengingat keangkuhan dan dinginnya duda beranak kembar tersebut.
Rani mencubit lengan Syafira, Syafira mengaduh.
"Sakit kan mbak, berati enggak mimpi," kekeh Rani.
Syafira mendekati Bara.
"Om menjemput saya?" tanya Syafira.
"Jangan GR kamu, kebetulan saya tadi dari makam, dan ibu mertua saya meminta saya sekalian bawa kamu ke rumah. Tidak sengaja buat jemput, emang saya sopir apa," Ujar Bara gengsi.
Syafira hanya menanggapinya dengan ber-oh-ria.
"Cepat masuk mobil," perintah Bara.
"Om jalan saja duluan, biar saya di belakang bersama William," sahut Syafira.
Bara mengerutkan keningnya, dia pikir Syafira akan pergi dengan laki-laki lain.
"Aku udah buang-buang waktu buat jemput ke sini, dia malah mau pergi dengan pacarnya. Dasar enggak tahu berterima kasih," batin Bara.
"Terserah!" ucap Bara sewot.
"Mbak Fira ikut mobil om duda ganteng aja, kan jadi enggak repot bawa kuenya," Rani mulai mengompori.
"Gitu ya Ran, terus nanti pulangnya?"
"Kalaubom Duda, laki-laki bertanggung jawab pasti datang di jemput, pulang di antar dong. Iya kan om?" Rani sedikit meninggikan kalmat terakhirnya sambil mengalihkan pandangan ke arah Bara.
Bara acuh tak menanggapinya.
"Yakin nih Ran? Lihat, dingin gitu, nanti sampai rumahnya aku bisa membeku,"
"Mau atau tidak?" tanya Bara tak sabar, ia sudah membuka pintu mobilnya.
"Iya om iya, aku ikut om aja," Fira langsung menyambar kuenya dan berlari kecil ke arah mobil Bara.
"Duduk depan kan om?" tanya Syafira.
"Kamu pikir saya..."
"Iya tahu, om bukan sopir, makanya saya tanya duduk di depan kan,"
"Kalau udah tahu kenapa tanya, pintar!" sindir Bara.
"Makasih om pujiannya," Syafira menunjukkan senyum kecutnya.
"Masuk!"
"Bentar om, mau meletakkan kuenya di kursi belakang. Bukain om pintunya,"
Bara mengusap wajahnya kasar, baru kali ini dia di suruh-suruh seperti itu, oleh seorang gadis pula. Namun anehnya dia tetap saja menuruti ucapan gadis tersebut.
"Enggak usah pasangin seat beltnya om, saya bisa sendiri, sering lihat di televisi," ucap Syafira ketika sudah berada dalam mobil.
"Siapa juga yang mau pasangin, GR!" gumam Bara kesal.
"Pelan-pelan om jalannya, nanti kuenya rusak,"
"Ini mobil, bukan siput. Kalau mau pelan sekali, naik siput sana,"
"Hahaha om lucu, remuk kali saya yang segede ini naik siput, kasihan siputnya, om bisa ngelawak juga yah ternyata," Syafira terkekeh.
"Diam dan jangan banyak bicara, atau saya lakban mulut kamu dan saya lempar ke Pluto," kesal Bara, bagaimana bisa gadis itu menanggapi kekesalannya sebagai candaan.
"Asal enggak ke Surga aja om, saya masih pengen hidup,"
Bara sudah kehabisan kata-kata, ia memutuskan untuk diam dan tidak bicara lagi, atau ia akan semakin pusing dengan ocehan Syafira.
Sesampainya di kediaman Osmaro, Syafira terkejut melihat kemewahan dan luasnya rumah tersebut. Membuatnya berpikir keras, siapa sebenarnya laki-laki yang dia panggil om duda tersebut.
"Apa dia bos mafia kaya raya kayak di novel dan film? atau bisnis ilegal yang menghasilka banyak sekali uang? ," batin Syafira menggedik ngeri membayangkan.
Saat hendak melewati pintu, Syafira berhenti sebentar, ia ingin melepas sepatunya. Bara yang melihatnya kembali mengernyit.
"Jangan norak!"
"Eh...?" Syafira menoleh ke arah Bara.
"Tidak usah di lepas, katanya sering lihat di televisi," gumam Bara sambil melenggang masuk menuju ke aula rumah, tempat di selenggarakannya pesta. Dan Syafira hanya mengekorinya dari belakang, ia tampak heran melihat para staff rumah tangga yang selalu menundukkan kepala mereka ketika berpapasan dengan Bara dan dirinya.
🌼🌼🌼
💠Jangan lupa like, komen dan votenya, terima kasih 🙏🙏
Salam hangat author🤗🤗 ❤️❤️💠
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.