NovelToon NovelToon
Istri Terhina Menjadi Ibu Susu Bayi CEO

Istri Terhina Menjadi Ibu Susu Bayi CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Ibu Mertua Kejam / Ibu susu
Popularitas:19.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Arsyi seorang wanita sederhana, menjalani pernikahan penuh hinaan dari suami dan keluarga suaminya. Puncak penderitaannya terjadi ketika anaknya meninggal dunia, dan ia disalahkan sepenuhnya. Kehilangan itu memicu keberaniannya untuk meninggalkan rumah, meski statusnya masih sebagai istri sah.

Hidup di tengah kesulitan membuatnya tak sengaja menjadi ibu susu bagi Aidan, bayi seorang miliarder dingin bernama Rendra. Hubungan mereka perlahan terjalin lewat kasih sayang untuk Aidan, namun status pernikahan masing-masing menjadi tembok besar di antara mereka. Saat rahasia pernikahan Rendra terungkap, semuanya berubah... membuka peluang untuk cinta yang sebelumnya mustahil.

Apakah akhirnya Arsyi bisa bercerai dan membalas perbuatan suami serta kejahatan keluarga suaminya, lalu hidup bahagia dengan lelaki baru?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter - 8.

Sinta dan beberapa pelayan di rumah besar milik Rendra tercengang, untuk pertama kalinya nyonya rumah benar-benar dibawa pulang.

Ya, Rendra pulang dengan Raisa dalam dekapannya. Tubuh wanita itu terasa rapuh, matanya bergerak liar penuh cemas saat menjejakkan kaki di rumah megah yang asing baginya.

“Ini… rumah siapa?” bisik Raisa dengan wajah pucat, tangannya mencengkeram erat jas suaminya.

“Rumah baruku, kamu belum pernah datang ke sini.” Jawab Rendra lembut.

Raisa tak menambahkan pertanyaan lain, ia hanya bersembunyi di balik pelukan pria itu seolah seluruh dunianya bergantung pada kehangatan Rendra. Dari belakang, Arsyi menyusul dengan langkah hati-hati sambil menggendong Baby Aidan yang baru terlelap.

Sinta segera menghampiri Arsyi, ia ingin bertanya namun lidahnya kelu. Ia takut, ucapannya akan terdengar sebagai penghinaan.

Para pelayan telah diperingatkan oleh kepala pelayan, sejak Rendra memberitahukan akan membawa pulang istrinya dari rumah sakit jiwa. Kamar khusus sudah disiapkan dengan cermat, Dokter jiwa menyarankan agar Raisa didekatkan dengan orang-orang yang benar-benar mencintainya. Dan satu-satunya orang itu adalah Rendra sendiri.

Meski pernikahan mereka sah secara hukum, kedekatan emosional tak pernah benar-benar terjalin. Namun hari itu, Rendra memutuskan untuk mencoba merawat istrinya di rumah... di sisinya.

Rendra sabar menemani Raisa yang gelisah di kamar. Setiap kali pelayan mencoba membantu wanita itu menolak dengan keras, hingga mereka keluar dengan wajah pucat ketakutan. Raisa tak mengizinkan siapapun mendekat, selain Rendra.

Tak lama kemudian, Rendra keluar dari kamar dengan wajah letih. Ia menugaskan beberapa penjaga berjaga di depan pintu, serta menyiapkan perawat pribadi yang ditempatkan di salah satu kamar khusus.

Sementara itu di ruangan lain, Arsyi tengah menidurkan Aidan setelah bayi itu dibersihkan.

Sinta berbisik, “Aku tak percaya Tuan akhirnya membawa istrinya pulang. Cantik memang… tapi sesuai rumor, sakitnya benar-benar terlihat jelas.”

Arsyi tak menjawab, pandangannya kosong. Ia teringat jelas bagaimana di rumah sakit jiwa tadi, Raisa beberapa kali mencoba menyakiti diri sendiri. Ada rasa iba di hatinya, namun juga ketakutan. Tak terbayang jika suatu saat Raisa kehilangan kendali di dekat Aidan dan akhirnya menyakiti anak itu.

Namun di balik rasa takut itu, lahir sebuah tekad baru. Arsyi menggenggam tangan mungil Aidan yang tertidur pulas. Ia ingin membantu Raisa, demi bayi kecil itu.

Malam itu, Arsyi memberanikan diri mengetuk pintu kamar Raisa. Rendra membuka pintu, menatap Arsyi dengan sorot lelah.

“Boleh saya masuk, Tuan?” suara Arsyi pelan, hampir berbisik. “Saya tahu Nyonya tak menyukai orang lain, tapi mungkin saya bisa mencoba cara lain. Saya hanya ingin membantu...”

Rendra menatap Arsyi lama, seolah mengukur niat yang tersembunyi di balik kata-kata itu. Lalu ia memberi isyarat singkat, mengijinkan Arsyi masuk.

Arsyi melangkah masuk dengan hati-hati, suara langkahnya sengaja dipelankan agar tidak memicu kecurigaan. Namun tetap saja Raisa tersentak, tubuhnya menegang, matanya liar menatap seperti seekor rusa yang terjebak.

“Siapa kau?!” suaranya melengking, penuh ketakutan. Ia mundur ke sudut ranjang, kedua tangannya meremas selimut hingga tampak gemetar.

Arsyi berhenti, menjaga jarak. Ia bisa merasakan hawa tegang yang nyaris membuat napas sesak.

Rendra segera mendekat, mencoba menenangkan namun Raisa lebih dulu berteriak. “Jangan biarkan dia dekat denganku! Aku tidak mengenalnya! Jangan biarkan dia menyakitiku!”

Suara itu mengguncang seisi kamar.

Para penjaga di luar refleks menoleh, Sinta yang mendengar pun terkejut. Aidan yang baru saja tertidur di kamar sebelah pun, hampir terbangun karena suara histeris Raisa.

Arsyi menelan ludah, namun tidak mundur. Ia tahu jika ia kabur sekarang, Raisa akan semakin yakin bahwa dia adalah ancaman. Perlahan, ia meletakkan boneka kain itu di meja kecil. Tidak lebih dari tiga langkah dari tempat Raisa duduk.

“Boneka ini… bukan milikku,” ucap Arsyi dengan nada selembut mungkin. “Ini milik Tuan kecil Aidan. Dia menitipkan… supaya ibunya tidak sendirian malam ini.”

Raisa menoleh tajam, sorot matanya penuh curiga bercampur dengan kebingungan. “Ibunya? Aku… ibu siapa?” suaranya pecah, napasnya tersengal, air mata tiba-tiba mengalir.

Rendra menahan napas, hatinya tersaayyat melihat istrinya terperangkap dalam belenggu sakitnya. Ia ingin mendekap, tapi takut semakin memperburuk keadaan.

“Anda ibunya Tuan kecil Aidan, seorang bayi kecil… yang tidak pernah berhenti menunggu ibunya kembali.”

Tangan Raisa gemetar semakin hebat, namun kali ini ia tidak berteriak. Pandangannya jatuh pada boneka kain di meja, boneka sederhana namun penuh makna. Ia menatap lama, sebelum akhirnya tubuhnya kembali berguncang menahan tangis.

“Aku… aku tidak bisa… aku takut…” suaranya bergetar, tubuhnya meringkuk.

Tegangnya ruangan membuat udara seakan membeku. Rendra hendak mendekat, namun Arsyi lebih dulu mundur perlahan memberi ruang.

“Tidak apa-apa, Nyonya. Saya hanya ingin Anda tahu… ada seseorang yang menunggumu. Seorang bayi kecil menggemaskan, yang sangat membutuhkan ibunya sendiri.”

Lalu Arsyi melangkah ke pintu, memberi isyarat kepada Rendra bahwa ia tidak akan memaksa. Tepat sebelum keluar, ia mendengar isakan lirih Raisa yang terhenti sesaat.

“Bayi kecil… aku punya bayi?” gumam Raisa samar nyaris tidak terdengar, tapi cukup membuat Rendra dan Arsyi saling berpandangan dengan secercah harapan.

Raisa masih terisak, tubuhnya meringkuk di sudut ranjang. Kalimat samar yang keluar dari bibirnya tadi membuat Rendra sempat berharap, tetapi harapan itu segera runtuh ketika mata Raisa kembali menajam penuh ketakutan.

“Tidak… tidak! Aku tidak punya bayi! Aku tidak pernah melahirkan!” teriaknya mendadak, suaranya serak dan histeris. “Jangan bohong padaku! Kalian ingin menjebakku! Kalian ingin mengambil sesuatu dariku!”

Rendra terperanjat, wajahnya menegang. Ia ingin meraih tangan istrinya, namun Raisa menepis dengan kasar. Mata liarnya seperti binatang yang terpojok.

“Aku tidak punya anak! Aku tidak ingin ada anak di sini! Jangan pernah bawa bayi itu dekat denganku!” jeritnya lagi, kali ini dengan amarah yang membuat bulu kuduk berdiri.

Arsyi yang berdiri di pintu menggenggam erat jemarinya sendiri, kata-kata Raisa menussuuk jantungnya. Ia menoleh sebentar ke arah kamar sebelah, tempat Aidan tertidur pulas. Bayi yang sama sekali tidak tahu, bahwa ibu kandungnya sendiri menolak kehadirannya.

Hening menekan ruangan sesaat, hanya terdengar napas Raisa yang memburu bercampur dengan isakan yang pecah-pecah. Rendra menunduk, rahangnya mengeras namun sorot matanya bergetar penuh luka.

“Raisa… dia benar-benar anakmu.” Bisiknya lirih, hampir tak terdengar.

Namun Raisa menutup telinganya dengan kedua tangan, berulang kali menggeleng sambil berteriak. “Tidak! Tidak! Jangan sebut aku ibunya! Aku tidak ingin! Aku takut… aku takut bayi itu akan menghancurkanku…”

Arsyi menarik napas panjang, lalu melangkah keluar sebelum histeria Raisa semakin menjadi. Ia menutup pintu perlahan, menyisakan Rendra yang masih berusaha menenangkan istrinya di dalam kamar.

Di luar, Arsyi berdiri kaku. Sinta mendekat dengan wajah tegang, ia berbisik. “Benar kan, Nyonya berbahaya untuk Tuan kecil Aidan? Apa yang harus kita lakukan?”

Arsyi menatap pintu kamar yang masih bergema oleh suara teriakan Raisa. Hatinya berdesir getir, antara iba dan marah. Namun ia tahu satu hal, Aidan tidak boleh terluka oleh ibu kandungnya sendiri.

Meski di lubuk hatinya yang paling dalam, ada rasa kasihan yang tak bisa ia tolak. Raisa hanyalah jiwa yang retak, tersiksa oleh bayang-bayang gelap yang tak mampu dilawan sendirian.

Arsyi menatap Sinta dengan sorot mata mantap. “Aku tidak akan biarkan dia menyentuh Tuan kecil Aidan… tapi aku juga tidak akan biarkan dia tenggelam sendirian dalam sakitnya. Kalau Tuan kecil bisa jadi ancaman di matanya… maka kita harus menemukan cara agar perlahan-lahan justru Tuan kecil Aidan yang menjadi obatnya.”

Mampukah tekad Arsyi menyembuhkan Raisa?

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
waduh trnyata uang bikin orang berkhianat
Nureliya Yajid
lanjut thor
Nie
kok Daniel mati trus Raisa bagaimana..
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
seru banget ya ceritanya dan bikin tegang bacanya
Dian Rahmawati
rendra semangat menjaga aidan,arsyi,raisya
Siti Zaid
Author..terus..semangat lagi💪💪💪
Nureliya Yajid
lanjut thor
Aditya hp/ bunda Lia
kenapa luka?
Ulla Hullasoh
seru Thor....trims ya
Ma Em
Semoga Arsyi selalu bahagia bersama Rendra cukup hdp Arsyi tersiksa saat menikah dgn Fajar , Thor jgn sampai Arsyi atau Rendra celaka karena dendam Maya mantan pembantu Rendra yg dipecat begitu juga Raisa semoga Daniel bisa melindungi nya dari tuan Erlan papanya Jery.
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
semoga Raisa dan ARSYI bahagia tapi harus dimusnahkanndulu keluarga Jerry
Siti Zaid
Semoga bahagia milik Arsyi dan Raisa...mereka berhak hidup tenang dan damai..dan Rendra pasti akan melindungi mereka berdua...
Tiara Bella
semangat Thor ...
Dian Rahmawati
daniel jodohnya raisa nih
Nureliya Yajid
lanjut thor
Ulla Hullasoh
Raisa sepertinya sudah sembuh cuma pura pura msh g ingat kalau Aidan anaknya
Ma Em
Hendra harus hati2 karena Maya yg diusir sekarang dendam pada Arsyi dan Hendra , semoga kejahatan Maya segera diketahui oleh Hendra , tuan Erlan sdh tau si Jery jahat karena sdh menghancurkan hdp seseorang sekarang anaknya mati malah salahkan orang lain siapa yg berbuat kejahatan pasti dia akan menerima akibatnya begitu juga Jery sekarang dia sdh dapat hukumannya .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!