- Lora sadar bahwa hidupnya telah hancur Karena jebakan kenikmatan sesaat yang di berikan oleh papa tirinya.
-
Dia mencoba untuk kembali ke jalan yang benar, tapi sudah terlambat
-
Lora Jatuh Lebih Dalam dan Lora semakin terjebak dalam kehidupan liar dan kehilangan semua yang dicintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Tegasnya seorang ibu
0o0__0o0
Maya memiliki masa lalu yang pahit, ketika suaminya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat Lora masih kecil. Setelah kejadian itu, Mama Maya merasa sangat kehilangan dan takut kehilangan orang yang dicintainya lagi. Dia menjadi sangat protektif terhadap Lora, satu-satunya anak yang dia miliki.
Maya selalu merasa khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Lora, jika dia tidak selalu berjaga-jaga. Dia menjadi sangat posesif dan tidak ingin Lora melakukan apa pun yang bisa membahayakan Atau merugikan dirinya.
Maya selalu ingin tahu kemana Lora pergi, dengan siapa dia pergi, dan apa yang dia lakukan. Semua kegiatan Lora Berada di dalam kontrolnya.
Seiring berjalannya waktu, sifat overprotektif dan posesif Maya semakin kuat. Dia tidak ingin Lora mengalami kesulitan atau kehilangan seperti yang dia alami ketika suaminya meninggal.
Maya merasa bahwa harus menjaga Lora dengan sangat ketat, dan terus melindungi anaknya dari segala bahaya.
Dan itulah yang menyebabkan Lora tidak akan bisa mengapresiasi dirinya sendiri, akibat over protektif dan posesif dari Mama Maya sendiri.
Namun Maya melupakan satu Hal, sekarang Lora sudah berusia 17 tahun. Lora sudah mulai tumbuh dewasa dan perlu memiliki kebebasan untuk Mengeksplorasi banyak hal. Dia butuh itu untuk Bekal hidupnya di masa depan.
Maya hanyalah seorang ibu pada umumnya, dia hanya ingin melindungi dan membuat aman anak satu-satunya yang sangat berharga. Namun dia tidak menyadari bawah caranya itu salah.
0o0__0o0
Jam 07.10 Pagi, Mereka bertiga masih berada di depan kamar Lora.
Lora Masih setia menundukkan kepalanya, dengan jari tangan memainkan ujung piyamanya. Dia nampak seperti bocah SD yang telat pulang akibat kelamaan bermain.
"Sampai kapan kamu akan menundukkan kepalamu itu, Lora ? Kamu tau kan apa kesalahan kamu hari ini ?". Cecar Maya dengan suara rendah namun terdengar tegas.
Lora mengangkat kepalanya, lalu membalas tatapan Mamanya. Wajahnya Cemberut dengan mata berkaca-kaca. "Aku tahu aku salah karena telat ke sekolah. Tapi, aku tidak sengaja" Jelasnya dengan suara pelan.
"Aku hanya terlalu lelah kemarin malam dan aku tidak bisa bangun pagi ini. Aku berjanji untuk mencoba lebih baik dan tidak telat bangun lagi dan berujung terlambat ke sekolah". Sambung'nya lagi dengan nada sungguh-sungguh.
Maya hanya diam di tempat, Dia tidak bereaksi sama sekali mendengar penuturan dari putrinya itu. Tatapan'nya tidak lepas menatap wajah Lora, Dia mengeraskan hatinya melihat wajah sedih putrinya. Semua Dia lakukan untuk kebaikan Lora.
Lora melangkah maju kedepan, kini dia berdiri tepat di depan Mama'nya. Lora memegang kedua tangan Maya dengan lembut. "Ma, tolong percaya pada Lora, bahwa aku bisa berubah dan menjadi lebih baik" Ucapnya lembut.
"Lora minta maaf karena telat Bangun untuk pertama kalinya dan berakhir terlambat ke sekolah. Aku tahu Aku harus lebih disiplin dan bertanggung jawab. Lora janji kedepan-nya tidak akan seperti itu lagi" Sambung'nya penuh dengan ketegasan.
Mendengar itu hati Maya mulai melunak, Walaupun hanya sedikit. "Ok, tapi kamu harus tetap di hukum". Sautnya Tegas.
Mendengar itu Rico langsung buka suara, "Sayang, kamu jangan terlalu keras sama Lora. Dia sekarang sudah beranjak dewasa, berikan dia sedikit space untuk dirinya sendiri" Ucapan lembut mencoba memberi pengertian untuk Maya.
Rico merasa bersalah pada Lora, karena dirinya semalam membuat Lora telat bangun. Dia merasa harus ikut bertanggung jawab. Dan entah kenapa Dia tidak tega kalau melihat Lora harus di amuk oleh Maya bahkan mau di kasih hukuman.
Maya menatap Tegas ke arah Rico, "Tidak, Lora harus tetap di hukum". Jawabnya mutlak tidak bisa di bantah.
"Sayang K_____"
"Diam-lah dan jangan terus membelahnya" Potong Maya dengan Cepat dan tegas.
Mendengar itu, Rico hanya bisa meng-hembuskan nafas kasar. Dia baru mengetahui sisi lain dari istrinya itu. "Ternyata Dia sangat tegas, jika menyangkut putrinya'' Guman'nya membatin.
Kini tatapan Maya berlari ke arah putrinya, "Dan Hukuman untuk kamu, Mulai hari ini sampai seminggu kedepan. Kamu Cuci baju sendiri dan semua keperluan kamu, Silahkan siapkan sendiri. Dan jangan coba-coba meminta bantuan pelayanan bahkan Papa kamu". Ucapnya dengan tegas.
Wajah Lora sangat masam, Dia ingin protes namun Dia tidak memiliki keberanian. jadi Lora hanya mengangguk patuh. "Iya, Mama" Sautnya singkat dengan nada lemas.
"Sudah kan..?" Selah Rico cepat. Saat melihat Maya Ingin bicara lagi.
Rico langsung maju, Berdiri di tengah-tengah. Lalu menggendong tubuh Lora menuju lantai bawah.
Lora terdiam membeku, akibat gerakan tiba-tiba dari Papa Tirinya itu. Namun entah kenapa ? Dia merasa mulai nyaman.
"Ayo, turun ke bawah, Lora harus sarapan". Ajak Rico pada Maya sambil melangkah duluan, Meninggalkan Maya sendiri di belakang'nya.
Alis Maya mengkerut, Dia mulai merasa sedikit tidak nyaman. Akibat tindakan spontan dari suaminya itu. Entah kenapa dia merasa ada yang janggal.
Maya buru-buru mengejar langkah kaki suaminya yang sudah menuruni anak tangga, Sangking buru-buru nya Maya sampai berjalan dengan high heels yang terpasang di satu kakinya saja.
Maya bertanya dengan suara yang sedikit keras, "Mas, kenapa kamu menggendong Lora ?" Tanya Maya sambil mengekori Rico di belakangnya.
"Karena dia lemas habis kamu marahin, Nanti kalau dia jalan sendiri terus jatuh Kamu sendiri yang menyesal" Sautnya Santai.
Mendengar itu, pikiran buruk Maya seketika langsung menguap begitu saja. Apa yang diucapkan oleh suaminya itu ada benarnya juga. Akhirnya Maya Diam tidak menjawab Dan melangkah kakinya lebih ringan.
0o0__0o0
Ruang Makan..!
Setelah insiden drama pagi yang mirip serial Ftv, kini mereka bertiga duduk dengan tenang di kursinya masing-masing.
Berbagai macam hidangan sudah tertata rapi di atas meja makan seperti, nasi goreng, telur mata sapi, ayam goreng, sop buntut, beef rendang, roti bakar dan masi banyak lagi. semua makanan lengkap di atas meja sana.
Lora duduk tenang, namun tidak dengan hatinya. Di bawah sana tangan Papa Tirinya bergerak lembut mengusap pahanya yang terekspos.
Lora melirik sekilas ke arah Papanya yang memberikan senyuman lembut. "Kamu mau makan apa Ora ?" Tanya'nya dengan lembut.
Lora melihat jejeran makanan lengkap yang ada di atas meja makan, semua itu nampak menggiurkan. Namun entah kenapa Lora tidak berselera sama sekali.
"Lora mau makan roti aja, Pa" Sautnya pada akhirnya dengan lesu.
Rico menoleh ke arah Lora, ini tangannya berpindah menggenggam nanti tangan Laura. Namun genggaman itu terasa erat, seolah ini adalah sebuah pertanda hak milik.
"Dari sekian banyak menu kenapa pilih roti ? Ora makan Nasi Goreng aja ya ?" Ucap Rico lembut mencoba membujuk.
Melihat wajah lesu Lora, akhirnya Maya buka suara. "Cepat makan Lora, tidak usah banyak drama. Atau Mama akan tambah hukuman kamu". Ucapnya Lembut namun terdengar tegas di telinga Lora.
Wajah Lora seketika jadi pias "Iya, Ma". Sautnya singkat. Lora melihat sepiring nasi goreng dengan dengan toping lengkap yang ada di depan'nya. Papa Tirinya tadi yang mengambilkan.
"Tambah Telor ceplok sama ayam goreng ya ?" Ucap Rico sambil menaruh satu telor, dan satu ayam goreng ke piring Lora. Tanpa persetujuan-nya.
"Kamu harus makan yang banyak, Biar tumbuh sehat'' Sambung'nya lagi sambil mengelus lembut rambut Lora. Elusan itu hanya sekilas, Namun meninggalkan kesan mendalam untuk Lora.
Lora melirik ke arah Papa Tirinya, Dia memberikan senyuman lembut sekilas. "Makasi Pa, Lora pasti habiskan" Sautnya sedikit semangat.
Entah kenapa perhatian kecil dari Rico, sangat berpengaruh untuknya. Apalagi sekarang mood Lora sedang buruk. Perasaan hangat mulai menjalar ke hatinya.
Kini Tatapan Rico beralih pada sang istri yang duduk di depan. Rico memberikan senyuman lembut dan tatapan teduhnya.
"Kamu juga Hon, Makan yang banyak biar tetap sehat dan kuat. Kamu itu jantung hati di rumah ini" Ucapnya di selingi gombalan di akhir kalimat.
Maya hanya tersenyum malu-malu melihat gombalan suaminya itu. "Ingat umur sayang, Sudah tua juga masih aja suka ngegombal" Sautnya Lembut sambil terkekeh kecil.
MeLihat keromantisan kedua orang tuanya, Entah kenapa mood Lora langsung terjun bebas. Perasaan iri mulai menjalar di hatinya.
Dengan wajah masam, Lora menyendok penuh nasi gorengnya, Lalu dia masukkan ke mulutnya sampai mengembung penuh. Lora mengunyah kasar dengan cepat. Dia mengulanginya terus menerus sampai akhirnya Lora tersedak.
Uuhk..! Uuhk..!
Lora terbatuk-batuk sambil menepuk dadanya, Wajahnya seketika memerah dengan mata berkaca-kaca.
Rico dan Maya jadi panik melihat itu "Minum dulu sayang" Ucapnya sambil menyodorkan segelas air putih ke depan bibir Lora. Tangannya dengan lembut mengusap punggung Lora.
Lora meminum air itu langsung dari tangan Papa Tirinya, Lagi dan lagi. Perhatian Papa'nya membuat rasa hangat menjalar ke dalam hatinya.
"Terima kasih Pa" Ucapnya setelah Lora meminum airnya dan merasa lebih baik.
"Sama-sama Sayang" Sautnya sambil memberikan senyuman lembut.
"Lora makannya pelan-pelan aja, Tidak akan ada yang mengambil makananmu. kamu ini hampir saja buat Mama jantungan" Omelnya. Maya menatap lekat wajah putrinya, Seolah memastikan dia sudah baik-baik saja.
Lora hanya nyengir kaku, "Maaf Ma" Sautnya meminta maaf pada Mama'nya.
"Sudah, Tidak apa-apa. Ora lanjut makan lagi, Tapi pelan-pelan aja" Serobot Rico cepat.
Lora mengganggu patuh dan melanjutkan makannya dengan lebih tenang. Entah kenapa Mood-nya hari ini naik turun seperti roll coaster.
0o0__0o0
Note : "seorang anak membutuhkan sayap-nya untuk bisa terbang, Jadi jangan meng-genggam'nya terlalu erat".