karna dalam pengaruh obat, membuat Ameena terpaksa menghabiskan malam dengan pria asing yang tidak dikenalnya.
Pria itu adalah Satria Wijaya, seorang kurir paket yang kebetulan akan mengantarkan barang ke hotel tempat Ameena menginap.
Kehidupan Ameena setelah malam itu berubah 180 derajat. Ameena terpaksa menikah dengan Satria karna telah tumbuh kehidupan baru dalam rahimnya.
Bagaimana kisah selanjutnya? ikuti terus kisah Ameena dan Satria ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Salahkan Aku
"Kau itu percaya diri sekali ya! Papaku pasti tidak akan mengizinkan aku menikah dengan pria sepertimu!" ucap Ameena dengan ketus.
"Kenapa memangnya? Apa papamu sama sepertimu? Hanya memandang orang lain dari status mereka saja?" tanya Satria dengan nada meledek.
"Apa salahnya jika papaku bersikap seperti itu? Dia hanya tidak mau aku hidup susah jika menikah dengan pria miskin sepertimu." balas Ameena.
"Kita lihat saja besok, papamu akan menerima aku untuk menjadi menantunya atau tidak?" ujar Satria penuh dengan rasa percaya diri.
"Walaupun papaku mengizinkan aku menikah denganmu, tapi belum tentu aku mau menikah denganmu!" cicit Ameena.
"Kau tidak punya pilihan lain selain menikah denganku Ameena. Atau kau mau anak kita nanti lahir tanpa hadirnya seorang ayah?"
Deg!
Jantung Ameena seakan mau melompat dari tempatnya saat mendengar ucapan Satria. Ameena terdiam, tak kuasa membalas kata-kata pria itu lagi.
"Kenapa kau diam saja? Jawab Ameena! Apa seperti itu yang aku inginkan?" cecar Satria.
"Kita bicarakan hal ini lain kali saja! Aku ngantuk aku mau tidur!" Ameena mengalihkan pembicaraan.
"Aku akan tidur di atas ranjang, dan kau tidur di lantai saja ya!" titah Ameena.
"Enak saja! Ini kamarku, jadi aku yang akan tidur di ranjang! Kau saja yang tidur di lantai." Satria langsung naik ke atas ranjangnya tanpa peduli dengan tatapan tajam dari Ameena.
"Dasar pria tidak punya perasaan! Aku ini perempuan, kau tega sekali menyuruh aku tidur di lantai." kesal Ameena.
"Kalau begitu kau tidur di sini saja, ranjang ini cukup luas untuk kita berdua kok." Satria menepuk sisi ranjang di sebelahnya yang masih kosong.
"Ini sudah malam, jangan terlalu banyak berpikir." Satria menarik tangan Ameena, membuat Ameena kehilangan keseimbangan hingga terjatuh di atas tubuhnya.
"Otot pria ini kekar sekali? Apa dia rajin berolah raga?" Batin Ameena saat tanpa sengaja memegang perut sixpack Satria.
"Ternyata dia cukup tampan juga, sayangnya dia sangat miskin." Ameena terus membatin.
"Kalau tidak sedang marah-marah, ternyata Ameena sangat cantik." batin Satria pula.
Netra Ameena dan Satria saling terkunci untuk beberapa saat.
"Ameena?" Satria memecah keheningan.
"Hem?" jawab Ameena tanpa memutus tatapannya dari pemilik perut sixpack itu.
"Apa kau sudah tidak merasa mual lagi saat melihat wajahku?" tanya Satria pula.
"Oe!" Ameena menutup mulutnya karna tiba-tiba terasa mual.
"Ck kau ini!" umpat Satria.
"Tadinya aku sudah tidak merasa mual, tapi setelah kau mengingatkan tiba-tiba aku jadi merasa mual lagi!" Ameena beranjak dari tubuh Satria.
"Ini tempat tidur bagianku! Dan di sana itu tempat tidur bagianmu! Ingat, jangan melewati batas! Kalau tidak, habis kau!" Ameena membuat pembatas untuk mereka berdua dengan menggunakan bantal dan guling milik Satria.
"Lihat saja besok siapa yang akan melewati batas." balas Satria dengan santainya.
"Satu lagi! Kita tidur saling membelakangi saja. Agar aku tidak merasa mual karna melihat wajahmu!" saran Ameena.
"Ok!" Satria mengubah posisi tidurnya jadi menghadap ke arah dinding.
Ameena melakukan hal yang sama dengan Satria. menghadap ke arah jendela hingga posisi tidur mereka jadi saling membelakangi.
Namun entah siapa yang memulai, karna beberapa saat kemudian keduanya sudah tidur dengan posisi saling memeluk.
***
***
"Kau lihat sendirikan Daniel? Aku tidak menyangka, ternyata Ameena tidak selugu yang kita pikirkan selama ini. Pasti Ameena sudah lama memiliki hubungan dengan kurir itu." Dera terus memanas-manasi Daniel dengan cara menunjukan foto dan video kedekatan Ameena dan Satria yang baru saja ia ambil menggunakan ponselnya.
Bruk!
Bukannya terpancing dengan ucapan Dera, Daniel malah melempar ponsel wanita itu hingga jatuh ke atas lantai.
"Daniel! Apa yang kau lakukan?!" pekik Dera kala reaksi Daniel tidak seperti yang ia harapkan.
"Dengar ya! Ameena memiliki hubungan dengan pria ini atau tidak. Aku sama sekali tidak peduli! Yang jelas Ameena hanya akan menikah denganku! Jadi, kau tidak usah melakukan hal seperti ini lagi! Menjijikan!" peringati Daniel dengan rahangnya yang mengeras.
"Buka matamu Daniel! Selama ini Ameena tidak pernah mencintaimu! Dia mau menikah denganmu demi menjaga perasaan orang tuanya saja." ucap Dera.
"Aku tidak peduli!" balas Daniel dengan ekspresi yang datar.
"Ada wanita yang benar-benar tulus mencintaimu selama ini, tapi kau tidak pernah melihatnya." ujar Dera dengan suara bergetar.
"Siapa wanita itu? Apa kau?" Daniel mencengkram rahang Dera dengan kuat.
"Ya aku! Aku sudah menyukaimu sejak kita masih sekolah dulu. Dulu kau juga menyukaiku Daniel. Kau mulai berubah sejak Ameena datang dan menghancurkan segalanya." Dera mengingatkan.
"Dasar gila!" umpat Daniel.
"Walaupun wajahmu lumayan cantik, tapi kau tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan Ameena. Jadi jangan pernah berpikir untuk menggantikan posisi Ameena di hatiku lagi karna kau tidak layak!" Daniel menghempaskan tubuh Dera, hingga wanita itu terjatuh di atas lantai.
"Setelah kau tahu kebenarnya, kenapa kau tetap lebih memilih Ameena daripada aku Daniel? Apa lebihnya dia dariku? Apa yang bisa Ameena lakukan sedangkan aku tidak? Bahkan aku lebih baik darinya dalam segala hal? Tapi kenapa selalu dia yang mendapat pujian semua orang? Kenapa Daniel?" tangis Dera pecah.
"Karna kau bukan putri keluarga Bagaskara, sedangkan Ameena iya. Apa alasan itu belum cukup membuatmu mengerti?" tanya Daniel
Hati Dera terasa sakit mendengar ucapan pria yang dicintainya itu.
"Daniel! Kau itu kejam sekali!" suara Dera bergetar, cairan bening lolos begitu saja membasahi kedua pipi mulusnya.
"Satu hal lagi. Jangan kau pikir aku tidak tahu siapa orang yang telah mencampurkan obat ke dalam minuman Ameena malam itu! Kalau Ameena sampai tahu, bagaimana reaksinya ya?" ucap Daniel seraya berlalu pergi.
"Arghhh!!!" teriak Dera histeris.
"Ameena! Setelah semua yang aku lakukan selama ini, semua orang masih saja lebih memilihmu dari pada aku!" umpat Dera dengan tangan terkepal erat.
"Jadi jangan salahkan aku kalau aku melakukan hal yang lebih kejam dari ini!" Dera tersenyum smirk.
Bersambung.