"Ayah bukanlah ayah kandungmu, Shakila," ucap Zayyan sendu dan mata berkaca-kaca.
Bagai petir di siang bolong, Shakila tidak percaya dengan yang diucapkan oleh laki-laki yang membesarkan dan mendidiknya selama ini.
"Ibumu di talak di malam pertama setelah ayahmu menidurinya," lanjut Zayyan yang kini tidak bisa menahan air matanya. Dia ingat bagaimana hancurnya Almahira sampai berniat bunuh diri.
Karena membutuhkan ayah kandungnya untuk menjadi wali nikah, Shakila pun mencari Arya Wirawardana. Namun, bagaimana jika posisi dirinya sudah ditempati oleh orang lain yang mengaku sebagai putri kandung satu-satunya dari keluarga Wirawardana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35.
Keberadaan Arya belum diketahui oleh orang lain, kecuali orang terdekat dan bisa dipercaya. Dia harus menjalani pengobatan agar bisa segera pulih kembali.
Pak Darmawan melaporkan kepada polisi akan penemuan mobil Arya di tengah hutan. Berita yang beredar mengatakan kalau Arya sudah meninggal dunia. Terjadi kehebohan di dalam negeri. Portal berita semuanya dipenuhi oleh berita tentang kecelakaan yang menimpa pengusaha terkaya di ibu kota.
Ada tiga orang polisi mendatangi kantor pusat perusahaan AW GRUP. Mereka membawa kabar duka kepada Silvia dan para jajaran stap eksekutif.
"Papa!" jerit Silvia ketika mendapat kabar berita itu. Wanita itu jatuh terduduk dengan berderai air mata. "Kenapa Papa harus meninggalkan aku sendiri?"
"Nona, yang sabar. Sebaiknya kita doakan kebaikam untuk Pak Arya."
Pak Darmawan menunjukkan rasa sedih. Dia harus bersikap dan menunjukan sebagaimana orang pada umumnya jika kehilangan orang terdekat.
"Kita belum berhasil menemukan kerangka mayat Pak Arya," kata salah seorang polisi.
"Papa hilang sudah enam bulan lebih. Pastinya kerangka mayat sudah berceceran ke mana-mana. Mungkin sudah dicabik-cabik oleh hewan-hewan yang ada di hutan," kata Mario dengan tatapan dingin. Diam-diam dia tersenyum tipis, senang mendengar kabar ini.
Mario mengira kalau Arya sudah mati dan dia akan menguasai seluruh harta milik Arya setelah menyingkirkan Silvia. Baginya hal itu sangat mudah.
"Pak Polisi! Apakah pelaku sudah diketahui?" tanya Silvia.
"Kita sedang memburu pemilik mobil yang sudah menabrak mobil Pak Arya. Kebetulan ada kamera CCTV yang berhasil merekam kejadian ketika mobil Pak Arya dikejar oleh beberapa mobil sedan. Kita sudah mengantongi nomor plat mobilnya," jawab Pak Polisi.
"Ternyata tepat sekali aku menjual mobil itu, dulu," batin Mario. "Sehingga mereka tidak akan bisa menangkapnya."
Pak Darmawan diam-diam memerhatikan Mario. Dia juga memasang beberapa kamera tersembunyi untuk jadi bahan analisis nanti. Sepertinya kejadian barusan, tidak akan ada yang tahu jika tidak diamati dengan seksama seperti apa ekspresi Mario.
Jika Pak Darmawan sibuk dengan urusan kecelakaan yang menimpa Arya, maka Zayyan sudah mulai menyusun pengusutan kasus kecelakaan yang menimpa kepada Almahira dan Athila. Karena kejadiannya di luar ibukota, dia mengajukan cuti untuk menyerahkan bukti atas kejahatan yang dilakukan oleh Widuri.
Zayyan mempercayakan penjagaan Shakila kepada David dan Alex. Gadis itu selalu mendampingi Arya di rumah sakit dalam menjalani pengobatan dan terapi.
"Pak Wira, kumpulkan bukti atas kejahatan yang dilakukan Mario dalam memalsukan dokumen pemindahan pemilik saham. Juga ubah nama atas kepemilikan beberapa aset milikku menjadi nama Shakila," perintah Arya kepada pengacara baru. Dia takut kalau menggunakan jasa pengacara langganan akan terbongkar keberadaannya.
Arya juga mencurigai ada pengkhianat dari orang yang selama ini dipercaya olehnya. Mengubah nama kepemilikan saham bukanlah hal mudah dan membutuhkan waktu. Namun, apa yang terjadi di perusahaan hanya berselang dua atau tiga hari. Jelas ini sudah direncanakan jauh sebelumnya.
"Papa, aku tidak menginginkan harta. Tidak apa-apa aku tidak dikasih. Aku hanya ingin pengakuan dari Papa dan nanti bisa menjadi wali nikah," kata Shakila dengan tatapan hangat.
Perebutan harta selalu berujung pada musibah atau celaka. Karena rasa ketamakan membuat orang berani melakukan segala cara untuk mendapatkannya.
Shakila ini hidup damai tanpa memiliki musuh. Bisa berkumpul bersama keluarga dalam keadaan sehat dan bahagia, sudah cukup baginya.
Selagi selalu bersyukur dengan apa yang kita punya dan menggunakan harta dengan bijak, Shakila merasa itu sudah cukup. Dia tidak perlu hidup mewah dan menggunakan barang branded atau limited edition, bagi Shakila yang penting itu fungsi atau kegunaannya.
Hati Arya bergetar. Dia tidak menyangka kalau Shakila punya pemikiran seperti itu. Almahira juga tidak mengambil sedikit pun harta kekayaan Kakek Gunadarma ketika pergi.
"Kamu anak yang baik. Betapa beruntungnya Alma punya kamu," ucap Arya dengan ekspresi sendu.
Menyesal? Pastinya dirasakan oleh Arya. Jika dahulu dia menerima perjodohan dengan lapang dada, mungkin hidupnya tidak akan sekacau sekarang ini.
***
Silvia merasa ada kendaraan yang mengikuti mobilnya. Dia bisa melihat dari kaca spion, ke mana pun melaju, sedan berwarna hitam dan motor besar itu mengikutinya.
"Siapa dia?" batin Silvia. "Jangan-jangan mereka itu adalah pelaku kejahatan yang membunuh papa dan sedang mengincar aku?"
Karena merasa tidak aman, Silvia mengendarai kendaraan ke jalanan yang ramai agar para pelaku tidak berani bertindak sembarangan kepadanya. Dia sudah salah dalam mengambil tindakan. Wanita itu sibuk mencari keberadaan Shakila dan memikirkan bagaimana caranya menyingkirkan Mario. Namun, lupa dengan cara melindungi diri dari musuh.
"Mario! Aku yakin mereka adalah orang suruhan Mario," gumam Silvia dengan geram.
"Tidak akan aku biarkan kau membunuhku dan menguasai harta kekayaan keluarga Wirawardana." Silvia sangat benci kepada Mario begitu juga sebaliknya.
Mobil yang dikendarai Silvia terlihat mengebut sampai kena hujatan dan bunyi klakson dari para pengguna kendaraan. Orang-orang yang melihat dikira sedang syuting sinetron.
Silvia mulai terlihat panik karena mobil dan motor terus mengikutinya. Jarak mereka juga mulai terkikis tinggal beberapa meter.
Ketika di jalan pertigaan tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang memotong. Mobil yang mengikuti Silvia kini terhenti karena ke blok kendaraan lain.
"Terabas saja! Kita sudah tidak punya waktu lagi?" teriak orang yang duduk di atas motor.
"Oke!" Orang itu pun melaju tanpa takut akan menabrak kendaraan lain demi mengejar target.
Silvia yang sempat merasa lega karena pengejaran sempat terhenti, kini terserang kepanikan lagi. Dia takut kalau terjadi kecelakaan.
"Tidak ...!" teriak Silvia yang terus menancapkan gas berusaha menjauh dari kejaran mereka.
***
si miranda udah tuwir masih aja gatel 🤦♀️🤭
Tetap Shakilla prioritas mu pk Arya