NovelToon NovelToon
Takdir Diantara Cahaya Dan Kegelapan

Takdir Diantara Cahaya Dan Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Diam-Diam Cinta / Iblis / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Kutukan
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: `AzizahNur`

Di dunia yang dikuasai oleh kultivasi dan roh pelindung, seorang putri lahir dengan kutukan mematikan—sentuhannya membawa kehancuran. Dibuang oleh keluarganya dan dikhianati tunangannya yang memilih saudara perempuannya, ia hidup dalam keterasingan, tanpa harapan.

Hingga suatu hari, ia bertemu dengan pria misterius yang tidak terpengaruh oleh kutukannya. Dengan bantuannya, ia mulai membangkitkan kekuatan sejatinya, menyempurnakan kultivasi yang selama ini terhalang, dan membangkitkan roh pelindungnya, **Serigala Bulan Biru**.

Namun, dunia tidak akan membiarkannya bangkit begitu saja. Penghinaan, kecemburuan, dan konspirasi semakin menjeratnya. Tunangan yang dulu membuangnya mulai menyesali keputusannya, sementara sekte-sekte kuat melihatnya sebagai ancaman.

Di tengah pengkhianatan dan perang antar kekuatan besar, hanya satu hal yang pasti: **Pria itu akan selalu berada di sisinya, bahkan jika ia harus menghancurkan dunia hanya untuknya**.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 : Desa yang Tenang, Hati yang Terluka

Hari-hari berlalu dengan perlahan di desa kecil itu. Matahari terbit dengan kehangatan yang lembut, menyorot atap-atap rumah sederhana yang terbuat dari kayu dan jerami. Angin berembus membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang berguguran, mengiringi kehidupan yang berjalan tanpa tergesa-gesa.

Xiaolin masih tinggal di kuil, meski tubuhnya sudah lebih baik. Setiap pagi, dia akan duduk di serambi, menatap langit yang biru tanpa arah tujuan. Dia sering termenung, membiarkan pikirannya mengembara tanpa henti.

Penduduk desa mulai terbiasa dengan keberadaannya, tapi tidak banyak yang berani mendekat. Mereka bisa merasakan ada sesuatu dalam diri Xiaolin—sesuatu yang membuatnya berbeda. Tatapannya sering kosong, seolah jiwanya masih tertinggal di masa lalu yang kelam.

Meski begitu, biksu tua yang merawatnya tidak pernah mendesaknya untuk bicara. Dia hanya memberikan ruang bagi Xiaolin untuk memulihkan diri, baik secara fisik maupun batin.

Namun, seberapa lama pun dia berada di desa ini, ada sesuatu yang tidak bisa sembuh begitu saja—hatinya.

Malam-malamnya masih dipenuhi mimpi buruk. Bayangan masa lalu, darah yang mengalir, jeritan orang-orang yang pernah dikenalnya. Setiap kali dia menutup mata, kegelapan itu kembali menyelimutinya.

Ketika pagi datang, dia hanya bisa terdiam, menatap cahaya yang perlahan menyapu desa, seolah mencari sesuatu yang bisa menghangatkannya. Tapi kehangatan itu tidak pernah benar-benar mencapai hatinya.

Meskipun Xiaolin menjaga jarak, dia tidak ingin hanya menjadi beban. Maka, dia mulai membantu warga desa dengan pekerjaan ringan.

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari naik sepenuhnya, dia akan pergi ke sumur bersama beberapa wanita desa untuk mengambil air. Mereka awalnya ragu membiarkan Xiaolin ikut, tetapi dia hanya mengambil ember dan mulai bekerja tanpa banyak bicara.

Ketika matahari mulai meninggi, Xiaolin bergabung dengan para petani di lumbung untuk menumbuk padi. Tangannya yang dulu hanya terbiasa bertahan hidup kini mulai mengenal kerja keras yang lebih damai. Dia tidak keberatan dengan kesederhanaan itu—justru, dalam pekerjaan berulang seperti ini, pikirannya bisa sedikit tenang.

Kadang-kadang, dia juga membantu merawat tanaman di ladang. Mengangkat keranjang, menyiram tanaman, atau sekadar membantu anak-anak mengumpulkan daun kering.

Warga desa mulai menyukainya. Mereka mengagumi kerja keras dan ketekunan Xiaolin, meskipun gadis itu jarang tersenyum. Namun, mereka juga merasakan sesuatu yang membuat mereka tidak bisa benar-benar mendekat.

Xiaolin tetap menjaga jarak.

Setiap kali seseorang mencoba terlalu dekat, dia akan mundur, memberikan batasan yang tidak terlihat. Dia membalas sapaan, tapi tidak pernah berbincang lebih dari yang diperlukan. Jika ada yang bertanya tentang masa lalunya, dia hanya diam atau mengalihkan pembicaraan.

Mereka tidak tahu bahwa Xiaolin sedang mencoba melindungi mereka.

Karena dia tahu, meskipun dia ingin menjalani kehidupan sederhana di desa ini, kutukan yang ada di dalam dirinya tidak akan pernah hilang.

Dan dia tidak ingin ada korban lagi.

Hari-hari berlalu seperti aliran sungai yang tenang, membawa Xiaolin ke dalam ritme kehidupan desa yang sederhana. Namun, ketenangan itu tidak serta-merta menenangkan hatinya.

Setiap pagi, suara ayam berkokok membangunkan desa. Asap tipis mengepul dari dapur rumah-rumah kecil, menandakan para ibu telah mulai memasak untuk keluarga mereka. Anak-anak berlarian di antara rumah-rumah, tertawa riang saat mereka bermain kejar-kejaran di jalan tanah yang masih basah oleh embun pagi.

Xiaolin duduk di beranda kuil, mengamati semuanya dengan diam. Cahaya matahari yang lembut menyinari wajahnya yang masih pucat, tetapi dia tetap merasa ada dinding tak kasatmata yang memisahkannya dari kehidupan yang normal ini.

Di malam hari, saat desa mulai sunyi dan hanya suara jangkrik yang terdengar, Xiaolin tetap terjaga. Matanya menatap ke langit yang dipenuhi bintang, tetapi pikirannya terperangkap dalam kenangan yang tak ingin ia ingat.

Kadang-kadang, dia menggenggam dadanya, merasa sesak oleh sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Luka di tubuhnya memang sudah mulai pulih, tapi luka di dalam hatinya terasa semakin dalam.

Meski begitu, dia tetap berusaha menjalani hari seperti biasa.

Karena dia tahu, di tempat sekecil ini, tidak ada tempat bagi seseorang yang hanya ingin tenggelam dalam kesedihan.

1
Sie
Terima kasih kak othor, semangat ya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!