NovelToon NovelToon
Uang Kaget Bergetar

Uang Kaget Bergetar

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

bagaimana rasanya ketika kamu mendapatkan sebuah penawaran uang kaget?

Rara di hina dan di maki selama hidupnya.

Ini semua karena kemiskinan.

Tapi ketika dia merasa sudah menyerah, Dia mendapatkan aplikasi rahasia.

Namanya uang kaget.

Singkatnya habis kan uang, semakin banyak uang yang kau habiskan maka uang yang akan kamu kantongi juga akan semakin banyak.

Tapi hanya ada satu kesempatan dan 5 jam saja.

Saksikan bagaimana Rara menghasilkan uang pertama kali di dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25

Rara sedang berdiri di dekat meja minuman, mengatur napasnya dan tetap tersenyum. Namun, ketenangan itu tiba-tiba buyar ketika sekelompok gadis dengan gaun berkilau dan riasan sempurna menghampirinya dengan senyum yang tidak benar-benar ramah.

"Eh, Rara! Wah, kamu datang juga ternyata," ucap salah satu dari mereka, Nadine, dengan suara nyaring dan tatapan meneliti dari ujung rambut hingga ujung kaki Rara.

"Aku pikir kamu terlalu sibuk… mengurus urusan keluarga yang sedang... ya, kamu tahulah," timpal Hana, dengan tawa kecil yang sengaja dibuat mengejek.

Rara mengerutkan kening, berusaha tetap tenang meskipun dadanya terasa sesak. Dalam batinnya, ia bertanya-tanya,"Kenapa mereka seperti ini? Aku bahkan tak pernah menyakiti siapapun dari mereka"

Nadine mendekat sedikit. "Btw, ini gaun terbaru dari koleksi Paris, limited edition. Cuma bisa didapat kalau kamu punya koneksi langsung ke butik utama. Mama yang beliin kemarin waktu kami di Milan."

Hana menimpali dengan tertawa sambil menunjukkan tas mungil bermerk mahal.

"Keluargaku sih memang rutin ke luar negeri tiap liburan. Katanya, bisa menjaga kewarasan biar nggak stres mikirin bisnis."

Kalimat terakhir itu jelas ditujukan untuk menusuk Rara. Tapi Rara masih menahan diri. Matanya tak berkedip, dan bibirnya tetap berusaha melengkung tipis.

"Teman atau lawan, biasanya terlihat saat seseorang sedang jatuh. Dan aku sedang jatuh… tapi aku tidak akan merendahkan diri untuk balas menyakiti"batinnya getir.

Namun suasana tak sepenuhnya membeku. Dua gadis Anin dan Cilla mendekat dan berdiri di sisi Rara.

"Sudahlah, Nadine. Kamu tahu sendiri prestasi Rara lebih dari cukup. Dia bahkan mewakili sekolah untuk lomba debat kemarin. Kalian iri, ya?" kata Anin lantang.

"Dia mungkin tidak kaya, tapi dia pintar dan baik. Itu lebih dari cukup untuk kita berteman," timpal Cilla sambil menatap mereka tajam.

"Hah kita,Lo aja kali!"timpal Nadine sinis.Siapa yang sudi berteman dengan orang miskin,ih bikin geli seluruh tubuh.

"Jangan deh,miskin ini sama dengan virus menular,Chika kau tidak mau tertular miskin kan?" tambah nya lagi.

"Nadine kau...kau...

Tapi sebelum percakapan itu bisa berkembang lebih jauh, sebuah suara laki-laki memotong dengan dingin.

"Biarkan saja. Orang yang kehilangan segalanya memang sebaiknya tahu tempatnya."

Semua mata menoleh ke arah suara itu.

Dia adalah Adrian Mahendra.

Salah satu siswa paling populer di sekolah.

Tampan, cerdas, anak dari pengusaha besar yang namanya sering muncul di majalah bisnis. Rara pernah mengaguminya dalam diam, bahkan diam-diam berharap bisa berteman. saat itu dia pikir berteman dengan orang seperti Adrian Mahendra bisa membantu bisnis papanya.

 Tapi sekarang... tatapan dinginnya menusuk lebih tajam dari apapun.

"Orang seperti kamu, Rara, tetap nggak akan bisa cocok di sini. Mau sepintar apapun kamu, tempat ini bukan untuk kamu," lanjut Adrian, nada bicaranya datar namun penuh penghinaan.

Rara terdiam.

Hatinya ngilu. Tapi bukan karena kata-kata Adrian saja.

 Melainkan karena rasa kecewa yang tiba-tiba menyergap , Adrian Mahendra yang dulu hanya diam dan tak pernah ikut menghakimi, tapi kini berdiri paling depan menghancurkan harga dirinya.

Apakah menjadi miskin menyeramkan itu?

Anin mengepalkan tangan, tampak marah, tapi Rara menahan tangannya pelan.

"Tidak apa-apa," bisik Rara, suaranya hampir tak terdengar. Sorot matanya masih terang—belum mati. Masih ada api yang membara, meski kecil.

Dan di balik semua cemoohan yang mengelilinginya,… ini bukan akhir. Ini hanya lah awal dari sebuah kisah yang kelak akan membuat semua orang menoleh kembali,bukan karena kasihan, tapi karena hormat.

Oke.

Nadine ,Hana dan Adrian Mahendra kan.

Catat ini.

Ruang kelas tiba-tiba dipenuhi suara langkah sepatu berhak ketika Cika dan Nadia masuk dengan penuh percaya diri. Keduanya mengenakan pakaian baru yang jelas bukan dari toko biasa. Cika dalam balutan dress elegan dari Merk ternama.Sementara Nadia mengenakan blouse dan rok dari Merk yang sama.Kainnya jatuh sempurna di tubuh mereka, menampilkan kesan mahal dan berkelas.

Begitu matanya menangkap sosok Rara yang duduk santai di bangkunya, Cika langsung memutar tubuhnya dengan anggun, seakan-akan tengah memamerkan gaun di atas catwalk. Dia menyeringai kecil sebelum akhirnya berjalan mendekat.

"Eh, Rara," katanya, suaranya dibuat semanis mungkin tapi penuh sindiran. "Terima kasih, ya, udah bayarin baju kami. Wah, seleramu bagus juga ternyata!"

Selera yang dimaksudkan bukanlah selera tentang pakaian namun tentang sesuatu yang lain.Chika tersenyum dengan penuh ejekan.

Rara hanya menatapnya dengan santai.

"Tapi sayang sekali," lanjut Cika, nada suaranya lebih tinggi agar semua bisa mendengar. "Itu bukan dari dompet pribadimu, kan? Ada orang kaya di belakangmu yang bayarin semua ini, ya?"

Nadia yang sejak tadi berdiri di samping Cika, terlihat tidak nyaman. Ia melirik Rara yang tetap tenang, lalu mendekat dan berbisik dengan wajah malu, "Maaf, Rara... aku nggak bermaksud ikut-ikutan." Dengan cepat, dia menarik tangan Cika, berusaha menghentikan ledekan itu.

Namun, Cika justru melepaskan genggamannya dan berkata dengan suara lebih keras, "Yah, gimana pun, hidup pasti lebih mudah kalau punya sugar daddy buat jadi ATM pribadi, ya kan Ra?"

Sekejap, suasana kelas menjadi hening.

 Beberapa siswa saling berbisik, sementara yang lain menahan tawa tapi tidak terkejut. Jelas semua orang melihat apa yang terjadi di live streaming kemarin.

Hampir semua orang berpikir seperti itu. Jika tidak ada seseorang yang mendukung rara saat ini, bagaimana mungkin dia bisa membeli barang mewah.

Bahkan beberapa guru yang berada di dekat pintu ikut melirik ke arah mereka.

Rara masih tidak bereaksi, hanya melipat tangannya di dada sambil tersenyum penuh percaya diri. Tatapan matanya sama sekali tidak terganggu oleh ucapan Cika.

Beberapa siswa mulai ikut bersuara, menambahkan lelucon-lelucon lain yang menyinggung Rara. Namun, ketika suasana semakin panas, Rara akhirnya berbicara, suaranya tenang tapi cukup jelas untuk didengar semua orang.

"Kalau kalian mau, aku bisa kasih nomor sugar daddy ku," katanya ringan, nyaris terdengar seperti sebuah tawaran serius.

"Dia memiliki harta yang melimpah kupikir dua atau tiga baby lagi nggak bakalan bikin dia bangkrut kok"tambah Rara lagi.

hahaha.

Tawa kecil mulai terdengar di antara para siswa. Beberapa orang menganggap ini adalah sebuah pengakuan dari sisi Rara. Tapi ada juga beberapa gadis yang merasakan itu sebuah pamer yang terselubung.

 Namun, yang paling menarik perhatian adalah ekspresi Cika. Matanya sempat berbinar, hampir terlihat ingin menjawab "iya" sebelum akhirnya ia buru-buru menutup mulutnya dengan cepat.

Sayangnya, gerakan refleks itu sudah terlanjur tertangkap oleh beberapa teman sekelas mereka.

Seketika suasana berubah. Tawa yang tadi ditujukan kepada Rara kini berbalik ke arah Cika.

"Eh, Cika, tadi kamu mau bilang iya, ya?" salah satu teman mereka berseru, disusul tawa lainnya.

Chika memiliki latar belakang keluarga orang kaya tapi itu tidak menjamin jika uang sakunya benar-benar membuat dia menjadi seseorang yang bebas secara finansial. lagi pula Chika juga memiliki cara pergaulan bebas di mana dia tidak pernah membatasi keinginan teman prianya.

Jika ada teman pria yang ingin membelikan dia barang mewah kenapa dia harus munafik.

Ngomong-ngomong ini adalah rahasia umum di sekolah ini. Di mana beberapa gadis memang berperilaku seperti itu .Namun latar keluarga mereka tidak sangat bagus sehingga perilaku ini tertutupi dengan sempurna.

Salah satu Gadis itu adalah Chika.

"Jangan-jangan kamu juga mau, nih?!" ledek yang lain.

Wajah Cika yang tadi penuh kemenangan mulai berubah merah. Ia menggeleng cepat berusaha untuk menyangkal, tapi semakin ia membela diri, semakin keras tawa teman-temannya. Bahkan Nadia pun hanya bisa menunduk malu, tak berani membela Cika lagi.

Rara tetap tersenyum, menikmati bagaimana permainan ini berbalik arah. Dia tidak perlu membela diri, karena kadang, orang yang suka menyerang justru akhirnya terjebak oleh kata-kata mereka sendiri.

Suasana kelas mulai berangsur normal setelah sorakan dan tawa tadi.

 Rara melirik sekilas ke arah Anin dan Cila, dua orang teman yang tadi sempat berada di pihaknya.

Namun saat ia mendekat, Anin buru-buru tersenyum canggung.

"Ra, kita mau keliling dulu, ya," katanya cepat sambil menunjuk ke arah sekelompok teman mereka yang lain.

"Iya, mau sekalian nyapa-nyapa," tambah Cila, suaranya ringan tapi jelas menghindari ketegangan yang masih menggantung.

Rara mengangguk paham. "Iya, nggak apa-apa. Terima kasih, ya, udah tadi..."

Dia sengaja tidak melanjutkan kalimatnya, cukup memberikan senyum hangat sebagai bentuk penghargaan sebelum membiarkan mereka pergi.

Belum sempat Rara kembali ke tempat duduknya, seorang panitia acara menghampirinya.

"Rara, kamu diminta ke ruang belakang panggung sekarang. Ada yang harus dikonfirmasi soal penghargaan nanti," katanya sambil setengah berbisik.

Rara mengikuti tanpa banyak tanya. Dia sudah bisa menebak,seperti tahun lalu, dirinya akan menerima predikat "Siswa Berbakat". Tahun lalu, dia hampir melompat kegirangan, merasa mimpinya dihargai.

Namun sekarang, semua terasa hambar.

Paling-paling hanya bagian dari rutinitas tahunan.

Mereka berjalan melewati lorong menuju ruang persiapan di balik aula. Di sana, sudah berkumpul beberapa orang termasuk Nyonya Felicia.

Begitu melihat kepergian Rara, Nyonya Felicia menegakkan tubuhnya dengan kaku. Matanya menyipit, penuh penilaian tajam. Di sampingnya, beberapa wali kelas lain saling bertukar pandang.Meski mereka mencoba menyembunyikannya, ekspresi jijik di wajah mereka terlalu jelas untuk diabaikan.

"Apa tidak ada siswa lain yang lebih pantas menerima penghargaan ini?" bisik Nyonya Felicia, nadanya menusuk.

"Anak itu..." bisik seorang wali kelas, setengah menahan geram, "Dia hanya tahu cari muka. Semua tahu dari keluarga mana dia.Huh Tidak sebanding dengan anak-anak kita."

Lagi lagi menilai oleh orang dengan standar mereka sendiri.

"Anak miskin sok pamer," gumam wali kelas lain.Suara mereka samar tapi cukup terdengar di telinga Rara yang sudah terbiasa dengan sikap semacam itu.

Senyum tipisnya tetap bertahan, meski di dalam hatinya, rasa dingin mulai merambat pelan.

"Kalau kalian tidak suka, kenapa tidak dari awal saja mengganti?" kata Nyonya Felicia.

dia yang awalnya ingin membeli predikat ini untuk putrinya sudah gagal . Tapi itu bukan berarti wali kelas lain tidak memiliki kemampuan untuk itu.

siapapun boleh berdiri di panggung dengan predikat itu tapi bukan gadis miskin seperti Rara.

ini sangat memalukan jika dipikir lagi.

Masa iya anak mereka yang notabene adalah Putri kaya ,harus kalah saing dengan Gadis miskin yang bahkan rela menjadi pelacur kecil.

Ini sangat-sangat tidak bisa diterima.

Karena pembicaraan yang diawali dengan Nyonya Felicia, wali kelas yang lain mulai membicarakan ide ini dengan meriah

Rara tidak tahu apa yang terjadi di belakang punggungnya. Saat ini dia sedang mendengarkan apa yang dibicarakan oleh seorang panitia acara di belakang layar.

"Rara," kata panitia acara "nanti begitu namamu dipanggil, kamu tinggal naik ke panggung seperti biasa, ya. Setelah itu ada sesi foto bersama."

"Apakah memerlukan sudah menyiapkan pidatomu atau memerlukan bantuan,?"tanya staf panitia lagi.

Rara menggelengkan kepala dan berkata ,"aku akan melakukannya sendiri.

"bagus jika begitu kami akan sibuk dulu dan bersiap-siaplah ,oke"

"Baik," jawab Rara singkat.

Tidak ada rasa bangga.

Tidak ada semangat seperti dulu.

Hanya sebuah formalitas yang tidak penting.

Dari sudut matanya, Rara menangkap bagaimana Nyonya Felicia masih memandangnya seolah dia adalah noda yang tidak pantas ada di acara istimewa anak-anak orang kaya ini.

Tapi Rara sudah terlalu sering menghadapi pandangan seperti itu sejak perusahaan Mahesa bermasalah.

Dia hanya menegakkan punggungnya sedikit lebih lurus, membiarkan mereka melihat bahwa dia berdiri di sini ,bukan karena belas kasihan siapa pun.

Kalau keberadaannya saja sudah membuat mereka gelisah, mungkin itu artinya dia cukup penting untuk diperhitungkan.

Nyonya Felicia mulai masuk ke dalam daftar incaran Rara setelah ini.

1
Wanita Aries
Duh gemess
Apa mngkin rara menghancurkan bisnis mereka sprt arya lakukan
Wanita Aries
Bagus thor, suka jalan ceritanya
🌻nof🌻
jadi ini target selanjutnya
🌻nof🌻
semoga segera terungkap kalau rara gak punya sugar glider 😂😂😂
Eni Leva
ceritanya bagus saya suka
🌻nof🌻
wah telak banget malunya
Wanita Aries
Awas lhooo kaget dan pingsan 😁
🌻nof🌻
wah pembalasan akan dimulai😂
🌻nof🌻
semoga mama padanya lekas sembuh
Dewiendahsetiowati
semoga dengan kejadian ini membawa Doni menjadi orang yang lebih baik lagi dan bertobat tidak sombong lagi.
🌻nof🌻
pelajaran yang sangat berharga
Dewiendahsetiowati
mampus kamu Doni,makanya jangan kacang lupa kulitnya.waktu susah dibantu giliran yang bantu susah malah dihina.
Disty Aulya Syamlan
dibalas kontan beserta bunganya
🌻nof🌻
bangkrut dalam semalam, mantap
Wanita Aries
Gmn doni rasanya bangkrut? Langsung dbayar kontan yaa
Dewiendahsetiowati
bagus Arya biar mantan temenmu laknat yang bernama Doni segera jadi gembel.
Wanita Aries
Mantap arya..
dasar si doni masa si rara mau dbeli emangnya barang🥴
🌻nof🌻
wih sombongnya
Wanita Aries
Semangat rara selesaikan semua masalah
🌻nof🌻
semoga deposito nya lancar dan bs diandalkan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!