Inara Early Wijaya atau kerap di sapa Nara,gadis berusia 21 tahun yang sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas ternama, selain mahasiswi dia adalah seorang CEO di wijaya grup milik sang Ayah, kedua orang tua Nara meninggal karena kecelakaan maut 4 tahun lalu yang menimpanya. setelah ke dua orang tuanya meninggal Nara lebih memelih tinggal di jogja karena salah satu peristiwa.
Nara tinggal di sebuah apartemen miliknya, namun juga sering menginap di tempat sang paman yang ia panggil Abi, yang memiliki sebuah pesantren yang cukup terkenal.
Tanpa di ketahui Nara sebelum kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya ,Nara sudah di nikahkan oleh seorang anak kiyai kerabat Paman Nara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
" Maaf Gus" lirih Nara sambil menundukan kepalanya.
" untuk?"
" Permintaan konyol Ayah dan Bunda"
Atlas menghampiri sang istri dan duduk di sebelah sang istri kemudian menakup kedua pipi sang istri yang sudah basah dengan air matanya.
" Dengar Early, saya sudah meminta pertunjuk dengan sholat Istikhoroh, dan langsung mendapat 2 jawaban dari mimpi dan keyakinan saya, permintaan ayah bukanlah hal yang konyol, saya tidak bisa berjanji apa- apa sama kamu, tapi saya akan selalu berusaha yang terbaik buat kamu, jadi mari kita mulai semuanya dari awal " ujar Atlas.
" saya takut gus" lirih Nara.
" apa yang kamu takutkan?"
" saya terlalu takut untuk segalanya" gumam Nara yang semakin deras mengeluarkan air matanya. dengan cepat Atlas memeluk sang istri.
" kamu tidak perlu takut saya akan selalu di samping mu" Atlas mencoba untuk menenangkan sang istri.
Nara melonggarkan pelukanya dan tersenyum kepada Atlas " lebih baik anda melanjutkan pekerjaaan anda gus"
...****************...
Tepat pukul 12 siang Atlas dan juga Nara tiba di Kediri, setelah sholat Shubuh tadi Atlas dan juga Nara berpamitan kepada Kiyai Rahman dan juga Nyai Hilya. sesampainya di Kediri Atlas dan juga Nara menuju ke rumah sakit dimana Nyai Fatimah di rawat.
" awas pelan- pelan" ujar Atlas saat membantu Nara keluar dari mobil.
" anda ngapain jongkok di situ gus?" tanya Nara saat Atlas jongkok Tepat di depannya.
" naik" pinta Atlas pada Nara.
" hah?"
" ayo naik"
" enggak ah gus, saya masih bisa jalan kok" Nara kemudian berjalan pelan.
Atlas dari belakang menggendong Nara ala ala bridal Shower.
" ehh Gus turunin gak gus, malu di lihat banyak orang" Nara memberi berlawanan pada Atlas.
"kamu lupa,kaki kamu kan masih sakit" balas Atlas .
" Iya tapi gak perlu di gendong juga, malu di liat banyak orang" Gerutu Nara, Kemudian Atlas menurunkan Nara di lobby rumah sakit.
" duduk dulu" pinta Atlas.
" mau kemana Gus?" tanya Nara saat melihat Atlas.
Atlas tak mendengarkan pertanyaan Nara dan berjalan ke arah resepsionis, Nara tak mau ambil pusing memilih membuka ponselnya banyak sekali notifikasi dari Nayya dan juga Anala, Nayya yang marah- marah karena ia tak pamit dengannya. dan juga Anala yang menanyakan kabar Nara yang beberapa hari ini sulit untuk di hubungi.saat sedang asik membalas pesan dengan Anala, Nara di kagetkan dengan deheman seseorang.
" ekhmmm"
" Gus, ngapain Gus bawa kursi roda?" tanya Nara saat melihat sang suami kembali dengan mendorong kursi roda.
" buat kamu katanya gak mau di gendong, ya sudah saya ambil kursi roda" balas Atlas.
Nara menepuk pelan dahinya " Ya Allah gus, saya masih bisa jalan, gak perlu kursi roda " protes Nara.
" sutt tidak usah banyak protes, ayo kita sudah di tunggu sama Nia" Balas Atlas sambil menggendong Nara untuk ke kursi roda.
Atlas pun mendorong kursi roda yang di naikin Nara ke lantai 4 dimana Nyai Fatimah di rawat.di sepanjang jalan banyak sekali perawat yang menyapa Atlas, karena memang Nyai Fatimah di rawat di mana Atlas bekerja.
" siang dokter Atlas" sapa salah satu perawat saat mereka berada di lift.
" siang sus" Balas Atlas dengan begitu ramah.
" Adiknya kenapa dok? "tanya Suster tersebut.
" kesleo sus, mari sus saya duluan yaa" pamit Atlas saat pintu lift sudah terbuka.
Nara dan Atlas kemudian menuju kamar di mana Nyai Fatimah di rawat, saat sudah menemukan Atlas kemudian masuk ke dalam.
" Assalamualaikum " Salam Nara dan Atlas secara bersamaan.
"Waalaikumsalam " jawab mereka yang berada di kamar inap Nyai Fatimah.
Terlihat beberapa pengajar, dan juga kakak Atlas dan juga abang iparnya sudah berada di ruang rawat inap.
" Ya Allah dek, kamu kenapa kok pakek kursi roda segala dek?" tanya Ning Aziza kakak Atlas yang tampak panik.
Mendengar itu Nyai Fatimah juga tampak panik dan mengalihkan pandangannya ke arah Nara dan juga Atlas " Astagfirullah kamu kenapa nduk?" tanya Nyai Fatimah yang tampak sedikit lemas.
" hmm ini Nyai kemarin Nana jatuh di selokan" Ujar Nana yang tampak gugup, karena ada beberapa orang asing, ia takut mereka mengetahui pernikahannya dan juga Atlas, walaupun sudah mulai menerima takdirnya, tapi Nara masih takut jika banyak orang yang mengetahui pernikahannya dengan sang suami, apalagi sang suami terkenal dengan banyak sekali penggemarnya.
" kamu gimana sih Tlas, kenapa gak di jaga is...." gerutu Ning Aziza namun di potong oleh Nara.
" ohh ini bukan Salah Gus Atlas kok Ning, kemarin Nana aja yang gak hati- hati." ujar Nara.
" Gus " sapa salah satu perempuan di barisan pengajar yang menjenguk Nyai Fatimah.
" Ning Silma" gumam Atlas.
" Ning Silma sekarang ngajar di pondok Tlas" ujar Gus Rofiq abang ipar Atlas.
" oalah"
" Maaf sebelumnya kali begitu kami pamit dulu nggeh Bu nyai, Ning Aziza, Gus Rofiq, Gus Wildan dan Adek manis " pamit Ustad Farhan, salah satu Ustadz muda yang terkenal dengan kehumorisannya dan juga kehumble nanya.
" istri saya ini Tadz" ketus Atlas.
" ohh maaf Gus, saya tidak tau, saya fikir sepupu antum" Ustdz Farhan memohon maaf.
" kalo begitu kami pamit Waalaikumsalam "
" istri?" tanya Ning Silma di dalam hatinya sebelum keluar dari kamar inap Nyai Fatimah.
Setelah beberapa pengajar menjenguk Nyai Fatimah keluar, Atlas mendorong Nara untuk lebih dekat ke ranjang milik Nyai Fatimah.
" Bagaimana keadaannya Bu Nyai?" tanya Nara kepada Nyai Fatimah.
Nyai Fatimah tersenyum kepada Nara, kemudian mengusap punggung tangan Nara, yang menggenggam tangan Nyai Fatimah.
" panggil Umma saja nduk, kamu itu kan sudah menikah dengan Atlas, jadi kamu juga anak Umma" ujara Nyai Fatimah.
" hmm i- iya Bu nyai eh Umma maksud Nana" balas Nara dengan gugup.
...****************...
sedangkan di pesantren Al Fath, Nayya sedang menggerutu karena sepupunya, yang pergi tak pamit dan juga ia harus menggantikan sang sepupu untuk mengajar bimble anak pondok.
" hiks awas aja kamu Na, kalo kamu balik aku bakal ngambek sama kamu" gerutu Nayya dalam hati.
" Assalamualaikum " Salam seseorang dari depan pintu kelas.
" Waalaikumsalam " jawab seluruh santri dan juga Nayya.
Degh
Jantung Nayya berhenti sejenak, saat melihat pria yang selama ini ia kagum secara diam,.hanya Nara yang mengetahuinya.
" hmm maaf Ning Nayya, mengangu saya mau cari Miss Nara" ujar Pria tersebut.
" ohh maaf Ustad Wahab, Miss Nara tadi pagi pamit ke Kediri,mertuanya masuk ke rumah sakit" balas Nayya, ingin melihat reaksi Ustad Wahab yang di ketahui menyukai sepupunya itu.
Suara kelas yang awalnya hening kini menjadi riuh, karena ternyata Guru idola mereka sudah menikah, karena mereka berharap Nara bisa bersama dengan Ustad Wahab salah satu Ustadz idola juga di pesantren ini.
" wohh.. gitu nggeh Ning, kalo begitu saya mau nitip ini saja Ning, kisi- kisi untuk ujian " ujar Ustad Wahab kemudian menyerahkan beberapa lembar kertas.
" nggeh Tad, nanti kulo( aku) sampaikan ke Miss Nara" balas Nayya.
" terimakasih Ning, kalo begitu saya permisi dulu, Assalamualaikum " pamit Ustadz Wahab.
" Waalaikumsalam "
" wahh pasti Ustad wahab galau berat nih"
" ada yang patah hati"
" pasti banyak nih yang galau dengar miss Nara sudah nikah"
beberapa bisikan dari para santri yang di dengar oleh Nayya.
" aku harap kamu bisa bahagia Na, sama Gus Atlas"
Bagus ceritanya☺️🤍