Demi menjalankan misinya mencari tahu mengenai pelaku pembantaian massal keluarga Anthony, dengan rela Tuan Vigor menikahkan putri tunggalnya dengan seorang mafia yang merupakan putra sahabatnya untuk melancarkan misinya dan mendapatkan harta yang ia inginkan. namun lain halnya dengan si mafia, yang mempunyai tujuan lain dengan adanya ia masuk kedalam keluarga elit itu untuk bisa menguasai dan mengendalikan keluarga itu lewat Calon istrinya yang saat ini mendapat julukan Bloody Queen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vionnaclareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dongeng sebelum tidur
20 tahun yang lalu
Sebuah ruang makan yang hangat diterangi oleh cahaya lembut dari lampu gantung kristal, di mana empat orang menikmati hidangan malam bersama. Meja makan kayu mahoni yang besar menjadi pusat perhatian, dengan piring-piring berisi sisa-sisa makanan lezat dan gelas-gelas anggur merah yang setengah kosong. Suasana akrab dan santai terasa kental, diiringi obrolan ringan dan tawa kecil.
Vigor mengambil sepotong apel dan meletakkannya di atas piring seorang anak laki laki yang sedari tadi begitu murung, seakan akan dunianya kini benar benar hancur, ia sama sekali tidak mengucapkan satu kalimat pun dan hanya memakan 2 sendok nasi untuk mengisi perutnya.
"Varo, ini makanlah yang banyak, lihatlah paman sudah menyuruh para maid itu untuk membuat makanan kesukaan mu." Ucapnya pada anak laki laki yang saat ini masih berumur 7 tahun dan baru saja kehilangan kedua orang tuanya 2 hari yang lalu.
"Jangan terus menerus bersedih, lihatlah berat badanmu nanti bisa semakin turun, jika kau menginginkan sesuatu bilang saja pada paman." Lanjutnya dengan menampilkan senyuman hangat nya.
"Kak Varo jangan sedih, kan Yoona masih ada disini, Yoona akan selalu menemani kakak untuk bermain, kalau kak Varo sakit siapa yang akan Yoona ajak bermain." Celoteh gadis berumur 5 tahun yang saat ini sedang duduk di samping kakak kesayangan nya itu.
"Yoona, kau melupakan papa disini sayang." Sahut Vigor yang berusaha untuk menciptakan suasana baru disana.
"Papa kan selalu sibuk, papa jarang mau main sama Yoona." Marahnya sembari memanyunkan bibirnya dan berhasil membuat anak laki laki itu sedikit tersenyum melihat nya.
"Kakak, jangan sedih terus, ayo makanlah yang banyak, apa mau Yoona suapi." Lanjutnya sembari mengambil potongan apel yang Vigor berikan tadi dan menyodorkannya pada anak laki laki yang ada di sampingnya.
Varo tersenyum sembari menatap adiknya yang saat ini ingin menghibur nya itu. "Kakak tidak sedih Yoona, kau lah yang harus banyak makan biar cepat besar mengerti." Ucapnya sembari mengambil potongan apel itu dan memasukannya ke dalam mulut kecil Yoona.
"Kakak jangan sedih, Kalau Yoona besar nanti Yoona akan selalu menemani dan melindungi kakak biar orang orang jahat itu tidak memukul kakak nanti." Celoteh nya.
"Yoona kenapa kau harus melindungi pria yang sudah dewasa, sudah jangan banyak bicara dan cepat habiskan makananmu." Sahut Evie.
"shutt sudahlah, kenapa kau mempermasalahkan hal semacam itu, Yoona masih kecil wajar kalau suka nglantur, biarkan saja lihatlah yang penting keponakan mu itu bisa tersenyum lagi." Lerai Vigor.
"Sudah sayang jangan dengarkan mama mu itu, cepat habiskan makananmu agar kau bisa cepat bermain." Lanjut Vigor pada putri kecilnya itu.
"Kak Varo, setelah ini ayo bermain petak umpet lagi, nanti yang kalah harus membacakan dongeng sebelum tidur."
"Meskipun kau yang kalah, tetap kakak yang membacakan dongeng untukmu Yoona."
"Kali ini serius kalau kakak menang Yoona akan membacakan dongeng sebelum tidur nanti janji" jawabnya yang seketika membuat anak laki laki itu tertawa kecil mendengarnya.
"Umm paman setelah ini aku ingin mengunjungi makam mama dan papa boleh kan?" Tanyanya.
"Besok saja Varo, sekarang sudah mau malam, besok pagi paman akan mengantar mu kesana." Bujuk Vigor sebab kini jam sudah menunjukan pukul 5 sore.
"Tapi Varo mau sekarang paman." Rengeknya yang membuat Vigor terdiam melihatnya.
Evie meletakan alat makannya dan menatap keponakan nya itu. "Baiklah kalau Varo mau sekarang, tapi nanti diantar oleh supir oke, karena paman Vigor setelah ini ada urusan penting, biar Yoona yang menemani mu." Ucapnya.
Yoona mengangguk cepat menanggapi perkataan mamanya itu. "Nanti kakak pergi ke rumah paman Oliver sama Yoona saja, papa biar dirumah berkerja." Sahutnya.
"Sayang kau membiarkan mereka pergi sendiri, bagaimana jika terjadi apa apa nanti." Lirih Vigor yang sedang mengkhawatirkan putri kecilnya itu.
"Apa yang kau khawatirkan Yoona sedang bersama kakak laki lakinya, jadi apa yang perlu kau khawatirkan, biarkan mereka pergi sementara kita selesaikan urusan kita yang belum selesai." Bisiknya pada suaminya itu.
Sementara itu Yoona yang kegirangan senang itu langsung beranjak turun dari tempat duduknya dan berlari keluar dari ruang makan itu. "Sayang kau mau kemana." Panggil Vigor.
"Yoona mau ngajak Lulu keluar papa." Teriaknya sembari berlari ke arah kamar miliknya.
Itulah makan malam dan momen terakhir Varo, sebab karena perjalanan itulah senyum ceria Yoona seketika menghilang begitu juga dengan Varo yang benar benar menghilang dan menjadi dongeng sebelum tidurnya Yoona setiap malam.
...***...
Kini jam sudah menunjukan pukul 8 malam dan mereka masih terjebak di dalam mobil dan masih belum juga sampai di tempat tujuannya. Setelah Berjam jam menempuh jalanan hutan akhirnya kini mobil mereka masuk ke area kota. Luca dengan begitu hati hati mengemudikan mobil milik tuannya itu agar tuannya itu merasa nyaman.
Sementara itu Yoona masih belum juga sadarkan diri, ia masih pingsan tidak sadarkan diri di dalam pelukan hangat Leo dan berselimut jaket parasut milik Leo. "Kenapa demamnya tidak turun juga." Ucap Leo yang resah sebab setelah gadis itu jatuh pingsan tiba tiba saja suhu tubuhnya naik drastis, entah apa yang terjadi padanya hingga membuat nya mendadak demam tinggi.
Pria itu sudah mematikan semua pendingin mobil, dan menutup semua jendela mobil agar angin dingin tidak masuk, namun tetap saja telapak tangan istrinya itu masih terasa dingin meskipun dahinya terasa panas.
Pria itu terus menggenggam erat tangan Yoona dengan tujuan agar istrinya itu cepat sadar dari pingsannya. "Luca apa masih jauh, kenapa kita tidak juga sampai di rumah sakit." Tanyanya.
"Mungkin sekitar 15 menit lagi tuan."
"Sedikit percepat mobilnya."
"Baik tuan." Jawabnya yang langsung menambah kecepatan mobil milik tuannya itu.
Luca begitu fokus pada jalanan didepannya namun ia juga sesekali melihat ke arah bangku penumpang melalui cermin mobilnya.
'baru kali ini tuan Leo terlihat begitu khawatir.' batinnya ketika melihat tuannya yang terus menatap khawatir wajah istrinya itu sembari terus menyeka keringat yang keluar dari keningnya.
Sebab ia sudah kenal tuannya itu lebih dari 10 tahun lamanya, ia bahkan tidak pernah melihat tuannya itu tersenyum, menangis ataupun mengasihi seseorang, dan ini pertama kalinya ia tahu bawahannya tuannya itu jugalah manusia seperti dirinya.
Kedua kelopak mata Yoona mulai bergerak menunjukan tanda tanda akan kesadaran nya. "Kakak" ucapnya yang seketika membuka kedua matanya, gadis itu seketika bangkit dari posisinya saat menyadari dirinya berada di dalam sebuah mobil, seakan akan mimpi yang baru saja ia alami terulang kembali.
"Yoona." Panggil Leo yang membuat gadis itu seketika menatap ke arahnya.
"Leo."
Leo menghela nafas panjang sembari memperbaiki jaket parasut yang Yoona kenakan,"semuanya sudah berakhir Yoona, tenanglah."
Leo perlahan menarik gadisnya itu kembali ke dalam pelukannya,"tenanglah, jangan takut." Lanjutnya sembari menepuk pelan pundak kanan istrinya itu.
"Bersabarlah sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit."
"Aku mau pulang Leo, ayo pulang." Potong Yoona dan membuat pria itu mengangguk begitu saja.
"Tuan..." Panggil Luca sembari menyodorkan sebotol air pada tuannya itu.
Leo meraih botol air itu dan membukanya, ia memasukkan sedotan didalam botol itu dan menyodorkannya ke arah Yoona. "Minumlah, agar kau bisa lebih tenang." Ucapnya namun Yoona hanya menggeleng tipis menolaknya.
"Apa kau lapar, apa kau mau mampir makan sebentar." Tawarnya namun gadis itu tetap menggeleng menolaknya.
Sementara itu Luca sedari tadi terus melirik ke arah belakang seakan akan ia tidak ingin melewatkan momen langka tuannya itu 'wahh momen yang sangat langka.' kagumnya dimana Yoona yang selalu bersikap keras seketika melemas karena sakit sementara Leo yang awalnya bersikap begitu dingin seketika begitu hangat entah karena mungkin merasa bersalah.
"Kepalaku sangat sakit Leo, jadi langsung pulang saja." Ucapnya.
Cupp
Satu kecupan singkat mendarat di bibir gadis itu dan membuat luca seketika membelalakkan matanya tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Kalau begitu makanlah, aku tadi memberimu roti bukan, makanlah lalu tidurlah hmm."
"Luca nanti berhentilah di apotek aku ingin membeli beberapa obat dan alat kompres." Lanjutnya.
"Baik tuan, sepertinya di depan ada apotek saya akan berhenti disana." Jawab Luca dan Leo mengangguki nya begitu saja.
"Leo,,," panggilnya yang langsung menarik kerah baju pria yang sedari tadi memeluknya itu lalu melumat bibir pria yang ada di depannya itu, seakan akan ia benar benar tidak bisa menahan rasa sakitnya itu.
Sementara Leo pun merespon baik tindakan istrinya itu dan membalas semua sentuhan lembut Yoona sembari menarik tengkuk lehernya agar semakin dekat dengan nya.
'astaga ya tuhan.' batin Luca sembari perlahan memberhentikan mobilnya di depan sebuah apotek yang ia maksud.
Tanpa pamit Luca langsung keluar dari dalam mobil tuannya begitu saja sebab ia tidak ingin mengganggu suasana baik itu.
Luca berjalan masuk kedalam apotek yang saat ini memang cukup ramai, ia dengan begitu sabar menunggu antrian sembari beristirahat memainkan ponselnya.
"Apa ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya salah satu pegawai apotek disana.
"Aku ingin mencari obat sakit kepala dan demam, oh iya sama kompres penurun demam." Ucap Luca dan membuat pegawai itu langsung pergi mencari obat yang diminta pelanggan nya itu.
"Tuan kita punya dua jenis alat kompres, bentuk plester dan juga kantong tuan mau yang mana?" Tanyanya.
"kenapa kau malah membuat ku bingung hmm, yang kantong saja, dan iya sama plester Luca juga" Jawab Luca mengingat dahi noonanya tadi sama sekali belum terobati.
Setelah semua pesanan nya lengkap Luca pun segera membayar barang belanjaannya itu. Luca bergegas keluar dari dalam apotek itu namun langkah nya terhenti ketika mendekati mobil tuannya itu.
"Mungkinkah aku masuk sekarang, atau mungkin aku beri mereka waktu sebentar lagi." Gumamnya yang membuatnya mengurungkan niatnya dan memutar arah ke arah penjual kimbab.
Setelah merasa cukup dengan waktu yang ia berikan Luca pun masuk kembali kedalam mobil itu. Pria yang saat ini hanya mengenakan kaos berwarna putih dan celana jeans itu membuka pintu mobil tuannya itu dan melihat posisi kedua majikannya sedikit berbeda dari sebelumnya.
"Apa yang membuat mu Begitu lama sekali Luca" tanya Leo pada asistennya itu.
"Umm aku mampir membelikan Noona kimbab tuan." Ucapnya sembari menyodorkan semua barang belanjaannya.
Leo meraih semua barang pesanannya itu termasuk kimbab yang Luca maksud. "Ini makanlah lalu minum obatmu." Ucapnya sembari memberikan makanan itu pada istrinya.
Yoona menerima makanan pemberian suaminya itu, sementara Leo mulai mengompres kening Yoona menggunakan alat kompres yang Luca beli tadi.
"Coba lihat tanganmu"
"Tanganku?" Tanya Yoona yang langsung melihat telapak tangannya sendiri, melihat hal itu Leo langsung menarik pergelangan tangan Yoona dan mengompres nya agar tetap hangat.
'wahh kira kira bagaimana reaksi nyonya besar saat melihat adegan ini.' batinnya yang hanya bisa menatap tuannya saat saat ini benar benar mode menjadi suami.