Javier dan Jihan, 2 pasangan yang sudah menjalin hubungan sejak duduk di bangku sekolah menengah atas itu terpaksa harus kandas karena tidak mendapatkan restu dari orang tua Javier.
" jika mereka tidak menerima mu, maka aku akan pergi. kita akan pergi bersama jauh dari mereka"
" tidak Javier, kita tidak akan melakukan itu"
" kita akan melakukannya"
" kamu harus menikah dengan wanita pilihan keluarga mu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 7
" dasar lemah, gitu aja sampai demam tinggi" ledek Tasya.
sekarang sudah pagi, dan di rumah sakit hanya ada Tasya dan Javier. Tentunya Tasya di tugaskan untuk menjaga Javier.
" Lo nggak ngerti" ujar Javier yang tidak terima di katakan lemah.
dia itu pria kuat, buktinya dia jarang sakit. Hanya saja sekali sakit ya harus di infus.
" Halah! Gw aja kemaren baik baik aja tu pas putus sama pacar gw. Gw malah datang ke pernikahan dia" ujar Tasya.
Tasya bangga pada dirinya sendiri karena tidak sampai hancur karena cinta. bahkan dia sanggup mendatangi acara pernikahan mantannya itu dan memberikan kata selamat.
" itu karena pilihan Lo sendiri" ujar Javier " coba aja Lo tinggal kek gw ini. Yakin gw Lo bakal jadi pasien rumah sakit jiwa"
Tasya berdecih" sorry to say ya mas suami" ujar Tasya " tapi istri mu ini tidak selemah itu"
Javier memutar mata malas" cewek kan emang gitu, kalo nggak gila cowok yang gila harta "
plak
Tasya memukul kepala Javier sehingga Javier meringis kesakitan mengusap kepalanya. gila! baru juga mendingan udah di pukul aja di kepala.
" gw bukan gila harta yang anjing" ujar Tasya tidak terima di tuduh gila harta " Lo yang Paling tahu kenapa gw begitu ambisius untuk dapati tu warisan"
" iya iya" jawab Javier ogah ogahan.
" eh ja, Lo serius ngatain Jihan gila cowok?" tanya Tasya.
" nggak " jawab Javier" gw bisa lihat dari mata dia itu kalo dia sama tersiksanya kek gw, dia juga rindu sama gw. Tatapan mata dia itu nggak berubah sama sekali dari dulu sampai sekarang "
Javier yakin jika Jihan masih mencintainya. bisa saja Jihan sengaja menikah untuk melupakannya kan? atau mungkin mereka menikah paksa karena keluarga. atau......
" nggak mungkin" seru Javier menyingkirkan pikiran nya.
" apanya yang nggak mungkin?" tanya Tasya heran karena Javier tiba tiba berseru tidak mungkin sambil menggelengkan kepalanya.
" menurut Lo, kenapa Jihan sampai nekat buat menikah tanpa rasa cinta" tanya Javier serius.
" pede amat Lo bilang gitu, siapa tahu dari awal Jihan nggak cinta sama Lo" ujar Tasya.
bukan tanpa alasan dia berbicara seperti itu pada Javier. dia ingin Javier perlahan-lahan melupakan Jihan agar Javier bisa menjani hidupnya dengan kebahagiaan.
" gw serius sya, menurut Lo kenapa mereka menikah?" tanya Javier.
Javier tetap yakin jika Jihan memang mencintai nya sampai sekarang. Javier sama sekali tidak meragukannya.
" menurut Lo kenapa?" tanya Tasya balik.
" di jodohin sama pamannya?" ujar Javier tidak yakin.
" Lo pikir semua orang memiliki pemikiran kulot seperti orang tua Lo dan Oma gw?" tanya Tasya.
" karena Jihan ingin melupakan gw? "
" kalo iya, berarti Jihan udah lama lupain Lo"
" karna....." Javier sedikit ragu untuk mengatakannya" Jihan hamil anak cowok itu di luar nikah?"
" nah ini masuk akal" seru Tasya seraya menjentik jari.
" bisa aja kan? Jihan merasa prustasi seperti Lo pas awal kalian pisah. Terus dia ke bar minum minum sama seperti Lo. terus dia mabuk dan..."
" nggak mungkin " seru Javier membantah. Meskipun kemungkinan besar itu benar adanya" Jihan bukan tipe orang yang suka minum minum "
Yaa, Javier ingat dengan jelas jika Jihan bukan tipe wanita yang suka mabuk mabukan. Ke bar saja Jihan tidak pernah. Jihan itu cewek baik baik, dan yang merusak Jihan juga Javier.
Javier tersenyum senyum mengingat moments pertama kali dia dan jihan melakukan itu.
Pas itu Jihan menolak keras, dia merasa takut. Jihan takut hamil dan takut jika Javier akan meninggalkannya setelah mengambil kesucian nya.
tapi berkat kepintaran Javier dalam merayu orang, dia berhasil menyakinkan Jihan. Javier berhasil menghilangkan ketakutan Jihan hingga sempat beberapa kali malah Jihan yang meminta duluan.
" ngapain Lo senyam senyum kek orang gila?" tanya Tasya merinding melihat Javier tersenyum senyum tidak jelas.
" kepo Lo" ujar Javier.
∆∆∆∆∆
Hari ini Jihan kembali berkerja, namun dia tidak membawa Naira. Naira dia titipkan pada sepupunya, Siska.
tentunya Siska sangat bahagia karena dia bisa bermain dengan Naira seharian. Naira juga pasti bahagia karena dapat teman seperti Niko, anaknya Siska yang seumuran dengan Naira.
" ini laporan keuangan bulan ini Bu" ujar sekretarisnya Jihan menyerahkan satu buah map.
" letakkan saja Disini" ujar Jihan.
Wanita itu meletakkan map tersebut di atas meja kerja Jihan. Lalu dia berpamitan untuk keluar " saya permisi dulu Bu"
Jihan mengangguk, dia sedang fokus pada laptopnya dan beberapa berkas yang harus dia periksa.
Sekitar satu jam kemudian, sektretaris nya kembali lagi " maaf Bu, satu jam lagi anda ada jadwal makan siang dengan pimpinan perusahaan A"
" tidak bisa di batalkan?" tanya Jihan.
Pekerjaan nya sangat banyak, dia berencana untuk menghabiskan waktunya di ruangan kerjanya menyelesaikan semua pekerjaan nya.
" tidak bisa Bu, beliau akan kembali ke Jerman nanti sore"
Yaa, orang yang mengundangnya makan siang adalah salah satu rekan kerja mendiang ayahnya yang berasal dari Jerman.
" apa tidak bisa mengirimkan perwakilan saja?" tanya Jihan lagi.
" tidak bisa Bu, beliau meminta untuk bertemu dengan anda lansung "
tidak heran, karena memang kebanyakan orang orang pasti ingin bertemu lansung dengan pemilik perusahaan atau tidak yang dengan pemimpinnya.
Jihan menghela nafas pelan. Terpaksa dia harus datang " baiklah" ujar Jihan.
" baik Bu, saya permisi dulu" pamit wanita itu lalu pergi.
Tiba tiba ponsel Jihan berdering. dia melihat layar ponselnya yang menampilkan sederet nomor tanpa nama.
" siapa ya?" gumam Jihan.
Jihan merasa asing dengan nomor itu, namun dia tetap menjawabnya takut jika ada yang penting.
" hallo, siapa ya?" tanya Jihan.
" Hay , Jihan" sapa suara di seberang sana.
Deg
Jantung Jihan berdetak kencang. dia sangat mengenali suara tersebut. Itu adalah adalah suara ayahnya Javier.
" a-ada apa ya om?" tanya Jihan gugup.
" kenapa kau kembali? kau ingin merusak kebagian putra saya lagi?" tanya sandi " saya sudah memperingatkan mu untuk menjauhi putra saya, atau kau akan menyesal"
Jihan terdiam, nafasnya memburu, tangannya bergetar meremes kuat ponselnya. Matanya berembun menatap tajam ke depan.
Apa yang Jihan lakukan masih kurang? dia pergi meninggalkan tanah kelahirannya selama 5 tahun itu masih kurang untuk mereka?
" saya tidak pernah mencoba mendekati putra Anda lagi" Jawab Jihan dengan suara bergetar.
" lalu kenapa kau kembali ke Indonesia jika bukan untuk merusak kebagian putra ku?"
" saya kembali karena ini adalah tanah kelahiran Saya "
" saya tidak peduli itu, yang perlu kamu ingat adalah jatuhi putra saya atau kau akan kehilangan Putri mu untuk selamanya "
Tut
Panggilan terputus. Air mata jihan kembali luruh, rasanya selama dia bertemu Javier dus terus menangis.
Tangan Jihan terjatuh lemas di atas mejanya. Tubuhnya bersandar pada sandaran kursi. Dia harus tenang, sebentar lagi dia ada pertemuan makan siang.