NovelToon NovelToon
Menantu Bar-bar Itu Aku

Menantu Bar-bar Itu Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Selingkuh / Mengubah Takdir / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Chicklit
Popularitas:17k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Ainun

menikah dengan laki-laki yang masih mengutamakan keluarganya dibandingkan istri membuat Karina menjadi menantu yang sering tertindas.
Namun Karina tak mau hanya diam saja ketika dirinya ditindas oleh keluarga dari suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Aku mau sama mama

Seorang anak laki-laki kecil yang bertabrakan dengan Karina tadi memandangnya dengan mata yang polos dan khawatir. "Huhuhu... Mama sakit," katanya dengan suara yang terdengar sedih.

"Yaampun nak, maafin Tante ya. Tante nggak sengaja. Ayo, Tante anterin, dimana mama kamu?" katanya dengan nada yang khawatir.

Namun, anak kecil itu malah memeluk tubuh Karina yang hendak membantunya berdiri. Ia memeluk Karina dengan erat, seolah-olah Karina adalah mamanya. Karina terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa, namun ia berusaha untuk tetap tenang dan memeluk anak kecil itu dengan lembut.

"Mama, jangan tinggalin Aldo," kata anak kecil itu dengan suara yang terdengar sedih dan khawatir. Karina kaget dan terkejut, tidak mengerti mengapa anak ini memanggilnya "Mama".

Karina melepaskan pelukan anak itu dan berusaha untuk menjelaskan. "Hallo anak manis, Tante bukan mama kamu," katanya dengan nada yang lembut dan sabar. "Dimana orangtua mu? Biar Tante antarkan kamu."

Anak laki-laki itu menggelengkan kepalanya sambil sesenggukan, seolah-olah ia tidak ingin berpisah dengan Karina. Ia memandang Karina dengan mata yang besar dan polos, membuat Karina merasa kasihan dan ingin membantu anak itu.

"Siapa namamu?" tanya Karina dengan nada yang lembut.

"Aldo, mama," jawab anak kecil itu dengan suara yang polos.

Karina tersenyum dan berusaha untuk menjelaskan. "Hey Aldo, anak ganteng, jangan panggil mama ya. Panggil Tante saja."

Aldo memandang Karina dengan mata yang besar dan polos, seolah-olah tidak mengerti. "Kenapa memangnya, ma?" tanyanya dengan nada yang penasaran.

Karina menghela napas panjang, berusaha untuk menjelaskan dengan cara yang sederhana. "Karena Tante bukan mamanya Aldo ya."

Namun, Aldo tidak menerima penjelasan Karina. Ia menggelengkan kepalanya dengan keras dan berteriak, "Mama, mamanya Aldo!" Seolah-olah ia tidak ingin menerima kenyataan bahwa Karina bukanlah mamanya.

Karina bingung harus bagaimana, karena di sisi lain dirinya sedang ada janji dengan Rima. Ia takut kalau Rima sudah menunggunya. Karina menoleh ke sekeliling taman, berharap menemukan orang tua dari Aldo. Namun, sepertinya tidak ada orang tua yang kehilangan anaknya.

Saat Karina sedang berpikir apa yang harus dilakukan, tiba-tiba seorang wanita paruh baya muncul dari arah yang tidak terduga. "Aldo, yaampun nak. Oma cariin kamu kemana-mana ternyata disini," ucap wanita itu dengan nada yang lega dan bahagia.

Wanita itu berlari menuju Aldo dan memeluknya dengan erat. Aldo juga memeluk wanita itu dengan gembira, seolah-olah ia telah menemukan orang yang dicarinya. Karina memandang adegan itu dengan lega, karena Aldo telah menemukan orang tuanya. Ia kemudian berpikir untuk mencari Rima, karena ia tidak ingin membuat Rima menunggu lebih lama lagi.

"Oma, Aldo nemuin mama. Aku kangen sama mama, tapi mama nggak mau aku panggil mama," kata Aldo dengan suara yang polos dan khawatir. Wanita paruh baya tersebut menoleh ke arah Karina, membuat Karina menjadi tidak enak dan merasa terjebak.

Karina takut dikira orang yang mau menculik Aldo, sehingga ia berusaha untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya. "Ma-maaf Bu, saya tadi tidak sengaja menabrak Aldo. Saya tanya dimana orang tuanya, niatnya mau nganterin. Tapi Aldo cuma menggelengkan kepalanya dan malah memanggil saya dengan sebutan mama," kata Karina dengan nada yang sopan dan menjelaskan.

Karina berharap bahwa wanita paruh baya tersebut dapat memahami situasi yang sebenarnya dan tidak menuduhnya sebagai penculik. Ia berusaha untuk menunjukkan bahwa ia tidak memiliki niat jahat dan hanya ingin membantu Aldo menemukan orang tuanya.

"Siapa namamu?" tanya wanita paruh baya tersebut dengan nada yang ramah.

"Karina Bu," jawab Karina dengan sopan.

Tanpa disangka, wanita yang mengaku sebagai Omanya Aldo malah mendekat dan menatap wajah Karina dari jarak yang lumayan dekat. Ia memandang Karina dengan mata yang tajam, seolah-olah mencari sesuatu yang familiar.

"Karina... nama yang sangat cantik. Secantik orangnya," kata wanita itu dengan nada yang mengagumi. "Maafkan cucu saya ya, dia memanggilmu mama karena wajah kamu benar-benar mirip sekali dengan almarhumah mamanya Aldo."

Wanita itu berhenti sejenak, seolah-olah mengenang kenangan lama. Ia kemudian memandang Karina lagi, dengan mata yang terlihat sedih dan rindu.

"maksudnya, mamanya Aldo sudah.." Karina tidak menyelesaikan kalimatnya, karena wanita tersebut sudah mengangguk dengan mata yang sedih dan berduka.

"Ya, mamanya Aldo sudah meninggal," kata Lusi dengan suara yang lembut dan penuh emosi. Ia berhenti sejenak, seolah-olah mengenang kenangan lama.

Lusi kemudian memperkenalkan dirinya dengan senyum yang lembut. "Oh ya, sebelumnya perkenalkan nama saya Lusi." Ia memandang Karina dengan mata yang tajam, seolah-olah membandingkan wajah Karina dengan wajah mamanya Aldo.

"Waktu pertama kali saya melihat wajah nak Karina, jujur saya juga syok," kata Lusi dengan nada yang mengagumi. "Wajah nak Karina dengan mamanya Aldo benar-benar mirip, bagaikan pinang dibelah dua. Kemiripan kalian hampir 90 persen."

Karina mengangguk mengerti, wajar saja jika Aldo memanggil dirinya dengan sebutan mama. Ia dapat membayangkan betapa besar kehilangan yang dialami oleh Aldo dan keluarganya, sehingga Aldo dapat memanggil orang lain sebagai mama.

"Terimakasih ya, sudah mau menjaga Aldo. Kalau begitu kami permisi pulang dulu ya. Aldo, ayo sayang kita pulang," kata Lusi dengan nada yang lembut dan persuasif.

Namun, Aldo tidak mau meninggalkan Karina. Ia menggelengkan kepalanya dengan keras, lalu berlari ke arah Karina dan memeluknya dengan erat. "Nggak mau Oma! Aku maunya sama mama," katanya dengan suara yang terdengar sedih dan khawatir.

Lusi mencoba untuk menjelaskan kepada Aldo bahwa Karina bukanlah mamanya. "Sayang, Tante ini bukan mama Aldo. Mukanya saja yang mirip. Ayo Aldo, kita pulang ya. Nanti takut papa marah," ajak Lusi dengan nada yang sabar dan lembut.

Namun, Aldo tidak mau mendengarkan. Ia semakin menangis keras dan berteriak, "wuaaaaaaa.. Aku nggak mau pulang! Aku mau sama mama pokoknya." Ia memeluk Karina dengan erat, seolah-olah tidak mau melepaskannya.

"Aduh, gimana ini nak Karina," kata Lusi dengan nada yang khawatir dan bingung.

Karina berpikir sejenak, lalu menawarkan solusi. "Gimana ya Tante, saya juga bingung. Maaf, bagaimana kalau Aldo biar ikut saya dulu, Tan? Nanti sore bisa dijemput dirumah saya. Tapi saya masih ada urusan sebentar dengan teman saya, setelah itu akan langsung pulang," kata Karina dengan nada yang sopan.

Lusi tampak bingung dengan penawaran Karina. Ia memandang Karina dengan mata yang tajam, seolah-olah mencoba untuk membaca pikiran Karina. Biar bagaimanapun, dirinya baru mengenal Karina, tidak mudah untuk langsung percaya begitu saja. Lusi ragu-ragu, apakah harus mempercayai Karina atau tidak.

Karina yang mengerti akan keraguan Lusi pun mengeluarkan KTP-nya dari dompetnya. "Begini saja, saya tau Tante tidak mungkin langsung percaya dengan saya. Biar bagaimanapun Tante juga baru mengenal saya," kata Karina dengan nada yang sopan dan mengerti.

Ia menyerahkan KTP-nya kepada Lusi, yang kemudian memeriksa kartu identitas tersebut dengan teliti. "Ini KTP saya, disitu ada alamat rumah saya Tante," kata Karina, berharap bahwa dengan menunjukkan identitasnya, Lusi akan merasa lebih percaya diri.

Lusi memandang Karina dengan mata yang lebih lembut, seolah-olah ia telah memutuskan untuk mempercayai Karina. "Maaf ya nak Karina, kalau saya sempat meragukan nak Karina," kata Lusi dengan nada yang khawatir. "Tapi, apa Aldo tidak merepotkan nak Karina?" tanyanya, masih khawatir tentang keselamatan dan kenyamanan Aldo.

Karina menggelengkan kepalanya dengan lembut, tersenyum manis menatap Aldo yang masih memeluknya dengan erat. "Tidak Tante, kebetulan juga saya belum memiliki anak. Jadi kehadiran Aldo sama sekali tidak mengganggu saya, justru saya malah senang karena ada teman," kata Karina dengan nada yang hangat dan penuh kasih sayang.

Lusi memandang Karina dengan mata yang lebih lembut, ia telah memutuskan untuk mempercayai Karina. "Baiklah, KTP nak Karina saya bawa nggak apa-apa ya," kata Lusi dengan nada yang khawatir.

"Tidak apa-apa Tante," jawab Karina dengan sopan.

Lusi kemudian berpaling kepada Aldo dan memberikan nasihat. "Aldo, jangan nakal ya kalau ikut Tante Karina."

Aldo mengangguk dengan penuh semangat, matanya berkilauan dengan harapan. "Aku nggak akan nakal Oma. Aldo akan jadi anak yang baik, biar mama nggak pergi lagi dari Aldo," katanya dengan suara yang polos dan penuh harapan.

Lusi tersenyum lembut, tangannya mengelus-elus pucuk kepala Aldo dengan penuh kasih sayang. "Kalau begitu Oma pulang dulu ya. Nak Karina, saya pulang dulu ya. Titip Aldo, nanti sore biar dijemput papanya," kata Lusi dengan nada yang hangat dan penuh kepercayaan.

Karina mengangguk dengan sopan, senyumnya menemani Lusi yang berpamitan. "Iya Tante, hati-hati ya," kata Karina dengan nada yang ramah, mengucapkan selamat jalan kepada Lusi yang berangkat meninggalkan mereka.

Lusi berbalik dan memandang Aldo dengan mata yang penuh kasih sayang, sebelum akhirnya berpamitan dan berjalan meninggalkan Karina dan Aldo.

****

Setelah mencari kesana kemarin, akhirnya Karina menemukan Rima, sahabatnya yang telah lama tidak bertemu. Kini, Karina, Aldo, dan Rima sedang duduk bersama di sebuah tempat makan yang nyaman, terletak di dekat taman kota yang indah. Suasana tempat makan tersebut sangat menyenangkan, dengan aroma makanan yang lezat dan suara-suara riang dari pengunjung lainnya.

"Ini anak kamu, Karin?" tanya Rima dengan penasaran, matanya memandang Aldo yang duduk di sebelah Karina.

Karina tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Bukan, anak orang," jawabnya singkat.

Rima mengernyitkan keningnya, tidak mengerti mengapa Karina membawa anak orang lain. "Terus, kok ikut sama kamu?" tanyanya lagi, nada suaranya menunjukkan keheranan.

Karina memulai menceritakan semua yang terjadi kepada Rima, dari saat ia tidak sengaja menabrak Aldo hingga Aldo memanggilnya "mama" karena kemiripan wajah mereka. Rima mendengarkan dengan saksama, ekspresi wajahnya berubah dari heran menjadi terkejut.

Rima mengalihkan pandangannya kepada Aldo, yang sedang memandangnya dengan mata yang polos dan penasaran. "Hallo anak ganteng, namanya siapa?" tanya Rima dengan nada yang ramah dan menyenangkan.

"Aldo Tante," jawab Aldo dengan suara yang polos dan manis.

Rima tersenyum dan mengangguk. "Nama yang bagus. Nama Tante Rima," katanya, memperkenalkan dirinya kepada Aldo.

Aldo memandang Rima dengan mata yang penasaran, seolah-olah mencoba untuk memahami hubungan Rima dengan "mamanya". "Tante Rima, temannya mama ya?" tanyanya dengan suara yang polos.

Rima tersenyum dan mengangguk. "Iya, Tante temannya mama Karin," katanya, menjelaskan hubungannya dengan Karina.

Rima kemudian berpaling kepada Aldo dan bertanya, "Oh ya, Aldo mau es krim?"

Aldo menoleh ke arah Karina, yang kemudian mengangguk. "Kalau Aldo mau, boleh kok," katanya, memberikan izin kepada Aldo untuk memilih es krim.

Aldo beralih menatap Rima dengan mata yang berbinar-binar. "Mau Tante. Aku mau rasa strawberry ya," katanya dengan suara yang polos dan penuh harapan.

Rima tersenyum dan mengangguk. "Oke anak ganteng. Sebentar ya Tante beliin dulu," katanya, sebelum berjalan menuju ke tempat penjualan es krim yang terletak tidak jauh dari mereka.

Tak lama kemudian, Rima kembali dengan membawa es krim strawberry yang segar dan menggugah selera. "Ini es krim strawberry untuk Aldo," katanya, menyerahkan es krim tersebut kepada Aldo.

Aldo memandang es krim tersebut dengan mata yang berbinar-binar, sebelum mengucapkan terima kasih dengan suara yang gembira. "Wuahhh... Terimakasih banyak Tante," katanya, tidak sabar untuk menikmati es krim tersebut.

Rima tersenyum dan mengangguk. "Sama-sama sayang. Yasudah dimakan ya," katanya, mendorong Aldo untuk menikmati es krim tersebut.

Aldo kemudian mulai menyendokkan es krim kedalam mulutnya, matanya terpejam karena nikmatnya rasa es krim strawberry tersebut.

"Oh ya, Rim, ada kerjaan nggak buat aku?" tanya Karina dengan nada yang sedikit murung, seolah-olah mencari sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya dari masalah yang sedang dihadapinya.

Rima memandang Karina dengan mata yang penasaran. "Kok tiba-tiba nyari kerjaan, Rin?" tanyanya, nada suaranya menunjukkan keheranan dan kekhawatiran.

Ditanya Rima begitu, tiba-tiba wajah Karina menjadi sendu, seolah-olah sedang menghadapi kesedihan yang mendalam. Matanya terlihat murung, dan suaranya terdengar lembut dan bergetar.

Ingin rasanya Karina bercerita, selama ini masalah dalam hidupnya Karina pendam sendirian, karena tidak memiliki tempat untuk bercerita. Ia merasa terisolasi dan tidak memiliki siapa pun untuk berbagi beban hidupnya.

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Karina menceritakan semua tentang kehidupan rumah tangganya dengan Rudi beserta keluarga toxic suaminya. Suaranya terdengar bergetar, dan matanya terlihat berkaca-kaca, seolah-olah sedang menghadapi kesedihan yang mendalam.

Rima mendengarkan dengan saksama, ekspresi wajahnya berubah dari heran menjadi terkejut dan prihatin. Ia dapat merasakan kesedihan dan kefrustrasian yang dialami oleh Karina, dan ia berharap dapat membantu sahabatnya tersebut.

"Yaampun Rin, aku pikir selama ini kamu baik-baik saja dan hidup bahagia bersama suamimu," kata Rima dengan nada yang terkejut dan prihatin, matanya terlihat lebar dan penuh kekhawatiran.

Rima kemudian menyarankan Karina untuk kembali ke rumah orangtuanya. "Kalau begitu lebih baik kamu kembali ke rumah orangtuamu saja," katanya dengan nada yang lembut dan penuh harapan.

Namun, Karina menghela napas panjang, menunjukkan bahwa masalahnya tidak semudah itu. "Kamu tahu kan, setelah aku memutuskan untuk menikah dengan Mas Rudi, orangtuaku sudah tidak menganggap aku sebagai anak lagi," kata Karina dengan suara yang sedih dan bergetar.

Rima mencoba untuk memberikan harapan kepada Karina. "Aku yakin orangtuamu tidak benar-benar mengatakan itu dari hatinya. Mungkin karena emosi sesaat saja," katanya dengan nada yang lembut dan penuh pengharapan.

Namun, Karina masih ragu-ragu. "Sepertinya untuk kembali ke rumah orangtuaku, aku belum bisa, Rim. Banyak pertimbangan yang harus aku pikirkan," katanya dengan suara yang berat dan penuh kekhawatiran, matanya terlihat murung dan sedih.

"Yasudah, insyaallah nanti aku tanyakan ke suamiku ya, ditempat kerjanya ada lowongan tidak," kata Rima dengan nada yang optimis dan penuh harapan, matanya terlihat berbinar-binar dengan keinginan untuk membantu Karina.

Karina mengangguk dengan rasa syukur, "terimakasih ya Rima. Maaf aku malah merepotkan kamu."

Rima tersenyum dan mengangguk. "Tidak masalah Karin. Jangan sungkan sama aku pokoknya," katanya dengan nada yang hangat dan penuh persahabatan.

Karina dan Rima kemudian mengobrol ringan, berbagi cerita dan pengalaman, hingga tak terasa sudah satu jam lebih mereka ngobrol. Waktu terasa berlalu begitu cepat ketika mereka berdua bersama.

Akhirnya, mereka berdua memutuskan untuk mengakhiri pertemuan kali ini. Karina memandang jam tangannya dan mengangguk. "Wah, sudah jam segini ya? Aku harus pulang nih," katanya dengan nada yang santai dan penuh kesadaran.

"Mama kita mau pulang ke rumah mama ya?"

"Iya sayang, kita pulang ke rumahnya Tante dulu ya. Nanti sore biar papa Aldo jemput," kata Karina dengan nada yang lembut.

Namun, Aldo malah mengeluarkan protes dengan suara yang keras dan penuh keinginan. "Aku nggak mau dijemput! Aku mau sama mama terus pokoknya," katanya dengan wajah yang murung.

Karina tersenyum dan mencoba untuk menenangkan Aldo. "Yasudah, kita pulang saja dulu, ya."

Aldo mengangguk patuh, meskipun masih terlihat sedikit kecewa. Ia memandang Karina dengan mata yang polos dan penuh kepercayaan, seolah-olah berharap bahwa Karina akan selalu bersamanya.

****

Karina pulang menggunakan ojek lagi, kini ojek yang Karina tumpangi telah sampai di depan rumahnya. "Berapa pak?" tanya Karina dengan nada yang sopan.

"30 ribu neng," jawab tukang ojek dengan nada yang ramah.

Karina kemudian memberikan uang kepada tukang ojek. "Ini uangnya ya pak," katanya dengan senyum yang lembut.

Tukang ojek menerima uang tersebut dan memberikan kembalian kepada Karina. "Terimakasih ya neng, ini kembaliannya," katanya sambil memberikan kembalian 20 ribuan.

Karina dan Aldo kemudian masuk ke dalam rumah, namun baru saja sampai di teras, sudah dicegat oleh Bu Marni, mertua Karina. Bu Marni berdiri di depan pintu dengan wajah yang tidak bersahabat, seolah-olah sedang menunggu Karina dan Aldo.

Huh, mertua Karina ini seperti jalangkung saja, datang tak diundang, pikir Karina dengan perasaan tidak nyaman.

"Darimana saja kamu Karin? Kelayapan terus, rumah nggak diurusin," kata Bu Marni dengan nada yang keras dan penuh tuduhan, matanya terlihat tajam dan tidak bersahabat.

Karina masih sabar dan mencoba untuk menjelaskan. "Habis ketemu teman sebentar, Bu," ucapnya dengan suara yang lembut dan penuh hormat.

Namun, Bu Marni tidak percaya dan langsung menuduh Karina dengan nada yang kasar. "Ketemu teman? Sejak kapan kamu punya teman? Jangan bohong ya kamu! Pasti kamu selingkuh kan?" katanya dengan wajah yang merah dan mata yang berapi.

Dituduh mertuanya selingkuh, sontak membuat Karina melototkan matanya karena kesal dan terkejut. Ia merasa tidak terima dengan tuduhan yang tidak berdasar tersebut.

"Ibu, kalau ngomong jangan asal nuduh ya. Mana buktinya aku selingkuh?" tanya Karina dengan nada yang tegas dan penuh keberatan, matanya terlihat tajam dan tidak mau kalah.

"Mama, dia ini siapa?" tanya Aldo dengan suara yang polos dan penuh keheranan, tidak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi di depannya.

Mendengar suara Aldo, Bu Marni langsung mengalihkan pandangannya ke arah Aldo, seolah-olah baru menyadari kehadiran anak kecil tersebut. Baru sadar ternyata ada anak kecil di situ, Bu Marni memicingkan matanya dengan ekspresi yang tidak percaya.

"Ini buktinya ada di sini sekarang," kata Bu Marni dengan nada yang keras dan penuh tuduhan, menunjuk Aldo dengan jarinya. "Anak ini memanggil kamu mama, dia pasti anak selingkuhanmu kan, ngaku kamu Karina!"

Karina melongo, semakin tak percaya dengan pemikiran mertuanya yang tidak masuk akal. Ia merasa terkejut dan kesal dengan tuduhan yang tidak berdasar tersebut. Wajahnya terlihat merah dan matanya terlihat berapi dengan kemarahan.

Bersambung...

1
FLA
iyess Karina
FLA: suruh pegangan ya kak, ntar jatoh lagi🤭
mama Ainun: 😁😁😁 Karina bingung
total 2 replies
Diyah Pamungkas Sari
trauma pernikahan tuh sakit bgt loh. kk ku dlu jg trauma smpe punya keinginan melajang seumur hdp. krn ngeliat sendiri suami nyiksa istri dan itu adlh kerabat dkt.
mama Ainun: iya bener, apalagi kalau sudah kdrt kak.
total 1 replies
FLA
yeah aku setuju Karina ma Andrew
FLA: Aamiin
mama Ainun: semoga berjodoh ya kak☺️
total 2 replies
aries
Iya ih, jangan sampai Andrew ngasih trauma buat Karina lagi. kasihan kan Karina.
mama Ainun: semoga saja Andrew mendengarkan ibunya 🤲🏻
total 1 replies
Rizka_ris
nah kan, di pecat juga akhirnya.
mama Ainun: biar tau rasa 😳
total 1 replies
FLA
jeng jeng, bikin pingsan gak ya tu surat🤣
FLA: hooh deng mending di siksa pelan pelan dulu ya
mama Ainun: wah terlalu cepat kak😳
total 4 replies
wong jowo
siap-siap menderita Rudi
mama Ainun: lagi siapin mental 😁
total 1 replies
Rizka_ris
Rasain tuh Rudi🥱
mama Ainun: karma menanti 🤧
total 1 replies
aries
makan tu istri baru pembawa rejeki 🤣
aries: 🤭🤭🤭🤭🤭🤭
mama Ainun: Weh 😳😁
total 4 replies
FLA
haa emang enak di kibulin, enak amat naik jabatan di pecat lah iye🤣
FLA: hooh dah, kasih aja yg manis manis dulu yak
mama Ainun: 😅😅😅 biar seneng dulu kak
total 2 replies
wong jowo
itu syarat promosi jabatan apa syarat perceraian Thor?😅
mama Ainun: terimakasih banyak kak🙏🏻
wong jowo: 😅😅😅 semangat author
total 3 replies
aries
Weh, Rudi terlalu bodoh. mana ada promosi jabatan kok pakai kk KTP sama buku nikah. jangan jangan ini ide Andrew dan CEO tempat kerja Rudi itu ya sih Andrew ini.
lanjut Thor, penasaran!
mama Ainun: ditunggu 🤫🤫
total 1 replies
Erni Nofiyanti
sama aja kamu yg cerai in Karina.
wong data semua dari kamu
mama Ainun: 😁😁😁 belum sadar
total 1 replies
FLA
hayo lo anak sape tuh
FLA: wah wah dapet sisa nya tu laki nya, ups🤭
mama Ainun: 🤭🤭🤭🤭 maybe kak.
total 4 replies
aries
jangan-jangan Lisa hamil bukan anaknya Rudi
mama Ainun: hayooo😁
total 1 replies
wong jowo
Thor buat hidup Rudi si manusia mokondo sengsara..
wong jowo: oke di tunggu thor
mama Ainun: siap, ditunggu kelanjutannya kak pasti dapat balasan nanti.
total 2 replies
aries
Karina, kamu harus secepatnya bercerai biar bisa hidup bahagia ❤️‍🔥
mama Ainun: ditunggu sampai resmi bercerai ya kak.
total 1 replies
FLA
terima Rin percaya deh, beres pokoknya mah
FLA: uh tentu benar itu, apa sih yg gak bisa kalo uang sudah berbicara
mama Ainun: asal ada uang semua beres ya kak😁
total 2 replies
aries
nah loh, sukurin deh Lisa.
mama Ainun: biar tau rasa...
total 1 replies
Sutri Empik
gimana Lisa enak jadi mantunya buk Marni,,,,,
mama Ainun: menyesal kayaknya 😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!