kisah tentang kehidupan Kanaya yang terpaksa menjadi single mom ketika masih belia. Dia menjadi korban ambisi karyawan ibunya yang ingin menjebak ayah tirinya.
Kanaya terpaksa hidup terpisah dari orang tuanya, untuk menyembunyikan ketiga anak kembarnya. Ia berhasil hingga akhirnya menjadi istri seorang pengusaha sukses dan kaya raya.
Cobaan seakan tiada henti menerpanya, ketika ia sudah bahagia, hantaman terberat dalam hidupnya adalah ketika ia harus kehilangan salah satu putra tercintanya.
Bagaiamanakah Kanaya menjalani hidupnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arnesh Yadha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Singapore, I'am comming
Di basecamp Marsya akhirnya mengakui semuanya, dia bilang bahwa dari awal melihat zio dia sudah terobsesi. Wanita yang kini telah duduk terikat dikursi itu mengatakan apapun caranya dia akan tetap merebut zio dari tantri. Zio sudah muak, akhirnya diapun mengirimkan rekaman CCTV dihotel ketika wanita itu memasukkan obat ke minuman zio hingga pengakuannya di basecamp ke nomor kanaya. Zio pun meninggalkan basecamp dan kembali kekantor. Sementara Marsya sekarang digilir oleh anak-anak ice dragon kecuali aga dan Nero, mereka berdua merasa jijik dengan wanita itu karena bukannya jera malah jelas-jelas menikmati dan melayani mereka bersama-sama.
*
*
*
Kanaya kembali pulang ke rumahnya ketika sang mama tadi menghubunginya dari Bandung. Dia beralasan kalau kangen sama papanya makanya nginep di apartemen. Tantri memang rencananya malam ini akan tiba dirumahnya, sebab urusannya di bandung sudah selesai. Kali ini dia sedang termenung di balkon menikmati senja yang mulai bergulir. Dia memang sangat menyukai senja, karena baginya seolah memberi kenyamanan dalam hatinya.
Mbok yem mengetuk pintu kamar kay, dia mengabarkan bahwa makan malam sudah siap, kay pun bergegas merapikan kain sholatnya dan keluar dari kamarnya. Di depan kamarnya dia berpapasan dengan zio yang baru saja masuk hendak membersihkan dirinya. Tak ada tegur sapa, dia melenggang begitu saja dan nampak dingin. Zio menghela nafas, sepertinya kay tak akan pernah memaafkannya.
Selesai membersihkan diri zio turun dan bergabung di meja makan, baru saja duduk Tantri datang dan langsung menghampiri mereka.
" Assalamu'alaikum.... Selamat malam semua..!! " Ucapnya sambil menyalami tangan suaminya dan mengecup kedua pipinya lalu dibalas kecupan didahinya oleh sang suami, kemudian berpindah merangkul dan mengecup putrinya secara bertubi-tubi. Itulah kebiasaan Tantri setiap pulang dari luar kota.
" Maa... Cukup... Please.. Aku laper banget nih.. Ga akan kenyang kalau mama terus menjajah wajahku.. " Rengek kay sambil memanyunkan bibirnya, ekspresi nya berubah seperti dulu ketika bersama mamanya. Suasana makan malam kali ini kembali ramai dengan cerita ibu dan anak itu. Zio haya tersenyum menanggapi mereka, dia tak berani menimpali karena takut kay akan berubah lagi.
Ternyata benar, begitu makan malam selesai, kay kembali dingin, wajah nya krmbali datar dan meninggal kan tempat itu menuju ruang keluarga. Sementara Tantri dari tadi sudah berada dikamarnya untuk ganti pakaian. Melihat Tantri turun baru zio menyusul bergabung bersama mereka.
Kay nampak sangat manja kepada mamanya, seolah dia sangat rindu kepada sang mama. Sebenarnya dia bukan rindu melainkan sedang menutupi kegundahan hatinya.
" Ada kabar baik buat kalian berdua... Mau tau tidak?? " Ucap Tantri memecah keheningan
Kay langsung mendongakkan wajahnya menatap mamanya penuh rasa penasaran. Dari tadi dia bergelayut manja di tangan mamanya. Zio pun mengernyit menatap istrinya. Tantri mengeluarkan amplop putih dari saku piyamannya, lalu menyerahkan kepada suaminya. Zio membuka amplop itu dan matanya berbinar, dia pun menghambur ke istrinya lalu memeluk sambil mengecup bertubi-tubi wajah sang istri.
" Terimakasih sayang... Terimakasih banyak.. "
" Iiihhh... Appa... Apaan sih ah kok Kay didorong, Kay masih kangen sama mama..! " Pekik Kay kemudian merampas kertas yang ada di tangan appanya.
Kay menjerit heboh lalu ikut memeluk mamanya dari sisi satunya. Dia menyandarkan kepalanya dibahu sang mama sembari tangannya mengelus perut mamanya. Kemudian Kay melayangkan kecupan terhadap perut itu, namun tanpa terasa air mata membasahi matanya, dia merasa miris mengingat apa yang telah terjadi.
" Dedek... Selamat datang ya, sehat-sehat didalam sana jangan buat mama capek ya.. Muuaach.. " Suaranya sedikit bergetar, menyadari hal itu Tantri merengkuh putrinya kedalam dekapannya, dia mengira putrinya teringat dengan masa lalu dimana dia kehilangan calon adik kembarnya. Tangis Kay pecah dalam pelukan sang mama, zio pun hanya diam, senyum yang tadi menghiasi wajah nya kini sirna, zio tau yang dirasakan Kay saat ini. Sesaat dia merasa menjadi lelaki brengsek karena telah melakukan itu bersama keduanya.
" Sayang.... Sudah... Jangan nangis lagi nak... " Ucap Tantri menenangkan putrinya.
" Gapapa ma ini tangis bahagia kok... " Ucap Kay sambil mengusap matanya yang sembab.
Suasana kembali hening mereka bertiga tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Setelah berulang kali menarik nafas, Kay kembali membuka suara. Kali ini dia memohon ijin kepada mamanya untuk pindah sekolah keluar negri. Mamanya kaget mendengar permintaan putrinya.
" Kenapa Kay... Kenapa kamu tiba-tiba minta pindah, kamu ada masalah disekolah?! "
" Enggak maa... Kay gak ada masalah kok disekolah... "
" Lalu kenapa tiba-tiba mau pindah, kenapa ga nunggu lulus aja dulu baru pindah?! "
" Kay ingin belajar mandiri ma... Kalau Kay bareng mama terus, kapan Kay mandirinya? "
" Ya tapi kenapa sekarang sayang...??! "
" Tenang sayang... Mungkin yang dikatakan Kay benar, biarkan saja, lebih baik kita support dia. Kay... Sebenarnya appa juga kurang setuju.. Tapi... Semua keputusan ada ditangan kamu... "
" Tapi mas... Dia baru 16 tahun lho... "
Perdebatan panjang pun terjadi, Tantri belum mau melepaskan anaknya. Kay pun tidak mungkin mengatakan alasan yang sebenarnya, dia tak mungkin menyakiti hati mamanya. Apalagi sekarang mamanya tengah hamil, dan dia pun takut kalau akibat kejadian malam itu dia juga hamil. Kay terpaksa meminta bantuan appanya untuk membujuk mamanya. Akhirnya mamanya pun luluh, dia rela melepas putrinya asalkan dia yang menentukan negara tujuan putrinya. Serta masih banyak syarat lainnya. Kanaya menyanggupi dan menyetujuinya. Zio pun mengurus semua administrasi yang dibutuhkan keesokan harinya.
Satu Minggu telah berlalu, semau berkas administrasi yang diperlukan telah lengkap. Kanayapun diantarkan kedua orang tuanya ke bandara, suasana baru menyelimuti kepergian gadis cantik itu. Dia pun memeluk mamanya dengan erat seraya berpamitan. Ada rasa canggung menyergap kala dia memeluk zio. Debaran rasa takut kembali menghujam dadanya. Kilasan peristiwa malam kelam itu kembali menyeruak dalam ingatannya. Tubuhnya bergetar ketika zio dengan erat merengkuh tubuh gadis itu. Trauma itu ternyata menyebabkan tubuhnya secara spontan bereaksi.
" Tolong jaga mama... Appa.. Ini terakhir kalinya kita bertemu... Aku harap setelah ini appa benar-benar melepaskan ku... Apapun yang terjadi jangan pernah sekalipun appa diam-diam mencari ataupun menemuiku disana.... Hhuuhhft... Aku harap appa tetap menjadi pelindung mama, tetap cintai dan sayangi mama... " Ucapnya dengan suara bergetar menahan tangis yang hampir pecah.
Zio merasakan tubuhnya anak sambungnya semakin bergetar, dia sedikit mengendurkan pelukannya untuk menyamarkan gerakan tubuh gadis itu. Dia menangkup wajah sembab Kay lalu menganggukkan kepalanya. Ingin dia memberikan kecupan di puncak kepala putrinya namun ia tahan karena tak ingin membuatnya semakin takut.
" Ehemm.. Lama amat pelukannya, mama kan jadi cemburu dikacangin kayak gini," Goda Tantri sambil cekikikan,mengurai ketegangan kedua orang itu . Dengan cepat dan hanya sekilas, zio pun mengecup puncak kepala Kanaya, lalu menghampiri istrinya. Kay melambaikan tangannya dan segera menuju boarding pass.
Didalam kabin pesawat pikiran Kay kembali menerawang jauh, kebetulan posisi duduknya dekat jendela, sehingga lamunannya pun terbang ke dalam awan. Kembali dia tersadar kala seorang wanita menepuk punggung tangannya. Wanita berniqab itu nampak tersenyum dibalik niqabnya terlihat dari matanya yang sedikit menyipit.
" Assalamu'alaikum ukhti... " Sapanya lembut
" Wa'alaikummussalam... Umi... " Jawab Kay sembari tersenyum
" Panggil saja saya umi fatimah... Ukhti namanya siapa, kalau memang berkenan bisa disebutkan"
" Saya Kanaya umi, biasa dipanggil Kay.. "Ucap Kay dengan suara sedikit bergetar
" Jangan bebankan masalah mu pada awan, berserahlah pada rabbmu jika masalah itu terasa berat. Tak ada ujian yang tak mampu dihadapi oleh umat-Nya.. "
Genggaman hangat tangan wanita yang memperkenalkan dirinya sebagai umi Fatimah itu. Suara merdu nan lembutnya mampu menghangatkan hati Kanaya yang tengah dilanda kegundahan. Perkenalan singkat mereka sedikit membuat hati Kanaya damai. Dia berharap bisa bertemu dengan wanita itu lagi .
Kanaya keluar dari bandara internasional changi Singapura. Dia langsung menuju ke sebuah taksi dan meminta diantarkan ke schoot tower di kawasan Orchard Road. Kawasan hunian mewah yang dibelikan mamanya atas bantuan zio. Awalnya Kay menolak namun mamanya memaksa Kay menerimanya. Mamanya bilang anggap aja itu hadiah dari appa nya. Sebuah apartemen dengan tiga kamar tidur yang super mewah berada di lantai 30 gedung tersebut.
Kay dibantu oleh security membawa barang bawaannya menuju lantai huniannya. Diapun memasuki ruangan luas dan bersih yang tertata rapi. Memilih salah satu kamar dan menempatinya untuk beristirahat selepas perjalanan nya diudara. Dia masih terbayang dengan umi fatimah. Dia sangat ingin berjumpa lagi dengan wanita lembut itu. Diapun terlelap dengan nyamannya disana.
Malam pun tiba, Kay mulai membuka matanya ketika merasakan kamarnya sudah mulai gelap. Dia bergegas bangkit, menyalakan lampu lalu membersihkan dirinya. Setelah merasa segar diapun mau berbelanja kebutuhan sehari-hari, kebetulan tempat tinggalnya berada di pusat keramaian yaitu Orchard Road sehingga tidak perlu terlalu jauh untuk berbelanja.
Disaat keluar dari apartementnya dia berpapasan dengan orang yang beberapa jam lalu berkenalan dengannya.
" Lho.. Umi.. Antum tinggal disini juga " Sapa Kay sembari mencium telapak tangan wanita itu
" Iya Kay, itu disebelah sana... Kamu tinggal disini juga? "Menyambut dengan pelukan hangat. Kay hanya mengangguk membalas pertanyaan wanita itu.
" Terus ini mau kemana? "
" Mau belanja umi, sekalian makan malam, Kay sedang malas masak, lagian juga masih belum tersedia bahan untuk dimasak, tadi aku langsung tidur.. Hehee.. "
" O... Begitu. Emm.... Bagaimana kalau kamu makan ditempat umi aja, kebetulan pembantu umi masak banyak tadi.. "
" Terimakasih umi nanti merepotkan.. "
" Oh.. Tak apa, temani umi makan soalnya umi tinggal sendirian.. Dan pembantu umi sudah pulang! "
Tak menerima penolakan Kay, umi fatimah merangkul gadis itu dan membawanya ke huniannya. Sampai didalam umi membuka niqabnya, nampak wajah cantiknya dengan hidung mancung, dagu lancip serta wajah indonya yang kentara. Dia tersenyum melihat Kay yang nampak terkesima menatap dirinya.
*
*
*
Marsya dipanggil keruangan Tantri, disana zio sudah menunggu sambil duduk dikursi kerja Tantri. Zio ingin membuktikan bahwa Marsya tak layak dipertahankan diposisinya. Video ketika di hotel bersama Rio bahkan ketika dia digilir anak-anak ice dragon sudah ditunjukkan kepada Tantri, namun itu belum kuat, hingga akhirnya dia bersembunyi diruang khusus dalam kantor itu. Marsya benar-benar memulai aksinya, secara terang-terangan dia menggoda zio, sementara zio hanya diam, ketika dia hendak merangsek kearah zio maka keluarlah Tantri dari balik tembok. Tantri langsung menampar wanita itu. Akhirnya Marsya pun dimutasi ke perusahaan zio di makassar.
*
*
Waktupun berlalu, kini Kay sudah kembali ceria. Kedekatannya dengan umi fatimah, membuatnya bangkit kembali menata hidupnya. Dia memilih sekolah online saja, disamping itu dia juga membantu umi fatimah diresto miliknya. Umi fatimah ternyata hidup sendiri juga disana, kedua anaknya tinggal di Mesir dan dubai bersama keluarga masing-masing. Pertemuan nya dengan kayana membuatnya melepaskan rindu terhadap kedua buah hatinya. Dia menganggap Kanaya sebagai anaknya sendiri.
Pagi ini Kay merasa badannya kurang nyaman, dia merasa pusing dan lemas. Dia tak sanggup untuk bangkit dari tempat tidurnya. Dia menghubungi umi fatimah meminta izin untuk tidak keresto hari ini. Tak berapa lama umi fatimah datang, dia langsung masuk karena tadi Kay sempat bilang dia tidak bisa bangun, oleh sebab itu dia memberitahu kan pin kunci pintunya.
" Astaghfirullah... Kay... Kamu kenapa nak..kita kedokter ya umi antar.. "
Kay hanya bisa pasrah, umi fatimah membopong gadis itu dibantu asisten rumah tangganya. Baru saja akan mencapai pintu Kay langsung muntah, tubuhnya semakin lemas hingga akhirnya kembali dia dibaringkan ditempat tidurnya. Monty wanita paruh baya asisten rumah tangga umi fatimah segera membersihkan muntahan Kay tadi, sementara umi fatimah mengelap keringat dingin di dahi Kay, diapun menghubungi dokter pribadinya.
Kay diperiksa, sebuah kabar mengejutkan mereka Terima. Seketika Kay menangis ditempat tidurnya, kejadian malam itu kembali terlintas dipikirannya. Umi fatimah bahagia mendengar kabar itu, dia tidak tau adanya peristiwa kelam di balik kehamilan kayana. Iya, Kanaya dinyatakan hamil. Detik itu juga dunia Kanaya seakan hancur. Namun umi fatimah menguatkannya dengan beberapa wejangan setelah Kanaya menceritakan semua peristiwa kelam itu.
Setelah satu minggu, Kay baru bisa kembali melanjutkan hari-harinya. Dia memenuhi permintaan mamanya untuk terus berkomunikasi dengannya, setiap hari mereka selalu melakukan video call, Kay pun menceritakan tentang umi fatimah kepada mamanya.
Selama satu minggu ini dia tidak pernah lagi merasakan morning sickness namun tiba-tiba pagi ini dia kembali merasakan perutnya mual. Dia segera meminum obat yang diberikan dokter kepadanya. Ternyata obat itu tak berefek apapun, hingga dia kembali berulang kali muntah. Dia semakin merasa resah tak tau kenapa, Tiba-tiba dia merasakan rindu terhadap appanya. Dia menepis rasa itu namun semakin lama rasa itu semakin besar. Akhirnya diapun membuka ponselnya melihat galeri foto pribadinya. Dia menemukan fotonya bersama mama dan appanya.
Seketika sedih menyeruak dalam hatinya dia menangis dalam kamarnya.