NovelToon NovelToon
Hanum: Istri Cacat Dari Desa

Hanum: Istri Cacat Dari Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Konflik etika / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tinta Hitam

Demi menghindari perjodohan, Cakra nekat kabur ke sebuah vila- milik keluarga sahabatnya yang terletak di daerah pelosok Bandung.

Namun, takdir malah mempertemukannya dengan seorang gadis dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna bernama Hanum.

Terdesak karena keberadaannya yang sudah diketahui, Cakra pun meminta pada Hanum untuk menikah dengannya, supaya orang tuanya tak ada alasan lagi untuk terus memaksa menjodohkannya.

Hanum sendiri hanyalah seorang gadis yatim piatu yang sangat membutuhkan sosok seorang pelindung. Maka, Hanum tidak bisa menolak saat pria itu menawarkan sebuah pernikahan dan berjanji akan mencintainya.

Lalu, apa yang akan Cakra lakukan saat ia mengetahui bahwa perempuan yang akan di jodohkan dengannya itu adalah sosok yang ia cintai di masa lalu?

Lantas bagaimana nasib Hanum kedepannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesedihan Hanum

Hanum segera menyeka air matanya saat mendengar suara pintu terbuka. Tanpa melihatnya pun Hanum sudah tahu Cakra lah yang masuk.

"Hanum?" panggil Cakra pelan setelah menutup pintu. Cakra berdiri di sana seraya menunggu Hanum meresponnya. Namun, istrinya itu hanya diam saja seraya membelakanginya.

Cakra tahu Hanum sedang menangis.

Jelas saja, siapa yang tidak akan menangis jika keberadaan kita tidak diterima oleh mertua?

Jika Cakra ada di posisi Hanum, sudah pasti ia pun akan merasakan sedih yang sama dan teramat.

Bahkan di posisinya yang sekarang pun, Cakra tetap ikut merasakan kesedihan itu.

Dengan wajah sedih yang pekat akan rasa bersalah, Cakra melangkah pelan mendekati Hanum yang terduduk di sofa.

Kemudian duduk di belakang istrinya itu seraya meraih kedua pundaknya. Dapat Cakra rasakan tubuh istrinya ini bergetar pelan menahan tangis.

"Maaf," ucapnya lirih. Hanya itu yang mampu Cakra katakan.

Hanum sejenak terhenyak saat merasakan sentuhan itu, kemudian ia berusaha bersikap biasa lagi dan tetap tak merespon.

"Maafin aku," Cakra kembali bersuara karena masih tak mendapat tanggapan. Perlahan tangannya turun lalu memeluk Hanum dari belakang, lalu Cakra menempelkan keningnya pada bagian belakang kepala Hanum. Memejamkan matanya disana seraya terus me-lirihkan kata maaf.

"Maaf untuk apa?" tanya Hanum pelan nyaris berbisik.

"Atas ucapan mama," jawab Cakra.

Hanum tersenyum kecut. Ucapan ibu mertuanya memang membuatnya sedih, tapi ada hal lain yang lebih membuat Hanum merasakan lara.

"Apa yang mama kamu bilang gak salah kok. Kamu seharusnya emang gak nikah sama aku-"

"Enggak! Jangan dengerin omongan mama. Please," potong Cakra cepat.

"Lebih lebih, seharusnya aku sadar diri. Seharusnya waktu itu aku nolak ajakan kamu aja." lanjut Hanum.

"Please! Jangan ngomong kayak gitu, Hanum!" Cakra menaikkan suaranya seraya melepas pelukannya- menatap Hanum, marah?

Sejujurnya Hanum terkejut, tapi ia tetap berusaha tenang.

"Kenapa? Yang aku bilang gak salah kan?"

"Salah, Hanum, salah!"

"Bagian mananya yang salah?" tantang Hanum seraya membalikkan tubuhnya.

Cakra berusaha tidak terpancing emosi. Lantas ia mengendurkan kembali ekspresi wajahnya yang sempat menegang.

"Please, Hanum. Kamu hanya perlu percaya sama aku." pinta Cakra, meraih kedua tangan Hanum dan menggenggamnya erat.

Melarikan tatapannya ke lain arah, Hanum berkata, "tapi aku takut." tak terasa air matanya menetes kembali tanpa Hanum sadari.

"Takut kenapa, hm?" Cakra menyeka air mata itu.

Hanum kembali menatap kedua netra itu yang entah sejak kapan begitu Hanum kagumi. "Aku takut- aku takut kamu berubah pikiran dan memilih perempuan yang mau di jodohin sama kamu." ucapan Hanum yang ter-patah dan terisak-isak, begitu terdengar menyayat hati.

Cakra lantas membawa Hanum ke pelukannya. Mengusap rambut istrinya dengan begitu sayang. Matanya memerah menahan tangis.

"Enggak akan. Aku gak akan menerima perjodohan itu. Kamu harus percaya sama aku. Aku gak akan pernah menerimanya." bantah Cakra.

Hanum melepaskan diri, beberapa saat ia hanya menatap kedua mata Cakra untuk mencari keyakinan di sana. "Apa kamu bisa janji?"

Cakra langsung mengangguk, "tanpa berjanji pun, aku tetap gak akan pernah menuruti permintaan mereka, karena bagi aku menikah itu cukup sekali seumur hidup aku." ucap Cakra.

Hanum melihat keyakinan di mata itu. Lantas Hanum pun tersenyum saat rasa lega hadir melingkupi perasaannya.

Melihat senyuman itu, Cakra pun ikut merasakan plong. Reflek, Cakra menarik punggung serta tengkuk Hanum, lalu melabuhkan sebuah kecupan lama di bibir istrinya. Hanum terkejut, namun, tidak berusaha menolak.

Karena tidak mendapat penolakan, Cakra pun merubah kecupan itu menjadi sebuah ciuman yang semakin lama semakin dalam dan panas.

"Kriyuuk.."

Sontak Cakra- yang lebih mendominasi dalam ciuman itu, menghentikan aksinya saat mendengar suara itu.

Cakra menatap bertanya pada Hanum yang wajahnya sudah memerah.

Ya Ampun. Cakra sampai lupa kalau mereka belum makan. Nasi Padang yang mereka beli pun sepertinya tergeletak begitu saja di dekat sofa, bersama barang belanjaan.

"Kamu lapar?" pertanyaan tak penting itu keluar.

Hanum dengan perasaan malunya pun mengangguk. "Astaga, maafin aku ya. Gara-gara kedatangan mama, kita sampai lupa makan." sesal Cakra.

"Gapapa, kok. Lagian kan, kita gak tau bakalan ada mama kamu di sini." respon Hanum.

"Mama kita." tegas Cakra. "Sekarang mama aku, mama kamu juga."

Hanum melipat bibir. Tapi mama kamu gak nerima kehadiran aku, Cakra.

"Jangan mikir yang enggak-enggak. Aku tau, sekarang, mungkin mama belum terima keberadaan kamu. Tapi, aku yakin suatu saat pasti mama bakalan terima dan sayang banget sama kamu. Kamu harus percaya aku, aku kenal mama kayak gimana."

Hanum tidak menjawab apapun, juga tak ingin terlalu berharap. Mungkin sekarang ia hanya perlu percaya pada suaminya ini.

"Makan, yuk!" ajak Hanum kemudian. Mencoba mengalihkan pembicaraan.

Cakra yang sadar istrinya tengah mengalihkan pembicaraan pun, hanya mengiyakan saja. Tak mencoba untuk membantah.

"Tapi kayaknya nasi padang yang kita pesen tadi udah dingin. Aku panasin dulu ya?" kata Cakra.

Hanum mengangguk. "Ikut,"

Aih? Cakra terkejut melihat Hanum merentangkan kedua tangannya seperti minta di gendong dengan suara yang terdengar ... manja?

Ekspresi Cakra langsung sumringah. Ah, jadi seperti ini ya manjanya seorang Hanum? Cakra suka sekali. Kalau bisa setiap hari saja istrinya seperti ini.

Seraya terkekeh, Cakra pun mengangguk lalu membawa Hanum ke gendongannya ala bridal. Hanum pun langsung mengalungkan kedua tangannya di leher suaminya ini.

Hanum yang malu-malu dan Cakra yang tersenyum kesenangan. Mereka pun berlalu meninggalkan kamar dengan perasaan yang sulit untuk di jelaskan.

Dengan asal, Cakra memarkirkan mobilnya di garasi yang sangat luas itu. Beberapa jenis mobil yang sering digunakan oleh para pengusaha terlihat ada di sana, tapi yang lebih mendominasi adalah keberadaan banyaknya mobil sport dengan beragam bentuk dan warna di sana. Milik siapa lagi kalau bukan milik seorang Cakrawala Haristanto?

Tapi untuk kali ini Cakra tak mempedulikan koleksi mobil-mobilnya itu.

Cakra hanya ingin bertemu sebentar dengan kedua orang tuanya, terutama dengan mamanya yang siang tadi memintanya untuk tinggal di rumah ini.

Jangan tanyakan seberapa mewahnya rumah- atau yang lebih tepatnya disebut mansion ini. Sangat mewah dengan arsitektur Eropa modern.

Warna catnya yang lebih di dominasi oleh warna putih, membuat bangunan dengan luas 1500 meter ini terlihat semakin 'wah' untuk di pandang.

Memasuki ruang keluarga, Cakra langsung disambut oleh keberadaan enam orang yang sedang duduk di sana, tengah bercanda ria.

Namun, keberadaan satu orang yang sangat Cakra kenali, tapi bukan anggota keluarganya, langsung membuat Cakra mematung.

Kenapa dia ada disini? Kenapa bisa dia kenal dengan keluarganya?

"Wah, kebetulan sekali anak mama pulang." ucap Liliana yang tengah duduk di samping orang itu. "Sini, nak. Mama mau kenalin kamu sama seseorang."

Cakra tidak mengindahkan ucapan mamanya. Ia tetap menatap orang itu dengan tatapannya yang kini mulai menajam. "Ara, ngapain disini?"

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN

1
Marwan Hidayat
lanjut kak semakin seru ceritanya 🤩
Tinta Hitam: siap kak, maksih ya
total 1 replies
Marwan Hidayat
lanjutkan thor
Tinta Hitam: siap kak, terimakasih sudah membaca ceritaku ini
total 1 replies
Marwan Hidayat
lanjut kak
Tinta Hitam: siap kak
total 1 replies
Marwan Hidayat
ceritanya sangat bagus, rekomendasi deh buat yang suka baca novel
Tinta Hitam: terimakasih
total 1 replies
Lina Zascia Amandia
Tetap semangat.
Lina Zascia Amandia: Sama2.
Tinta Hitam: makasih kak sudah mampir 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!