perjalanan anak remaja yang berusaha bekerja keras , namun perjuangannya penuh dengan duri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemandian Puyang Putri
Pak Salman berpikir sejenak, mencoba mengingat ingat apa yang terakhir ia kunjungi
" kalau tidak salah, paman ke Bukit Batu, Ogan Komering Hulu" ucap pak Salman . terakhir ia memang ke bukit batu, menemani saudaranya yang ingin melihat kebenaran dari cerita Serunting atau di pahit lidah . Rangga mengangguk ,
" ada apa nak Rangga !?" tanya pak Salman khawatir,
" paman sepertinya mengunjungi suatu tempat yang di penuhi kabut, dan kabut itu masuk ke dalam badan paman" jawab Rangga . Pak Salman mengangguk ia ingat saat hendak mencari air untuk mencuci kaki di rawa angin tiba tiba berhembus kencang, dan ada kabut samar yang berada di rawa menerpa dirinya , pak Salman mengira itu kabut biasa karena memang di sana akan berkabut bila sehabis turun hujan .
" apa paman bisa mengajak saya kesana?" tanya Rangga lagi" tapi nanti setelah paman sembuh seperti sedia kala." lanjut Rangga agar pak Salman dan keluarga nya tak salah paham .
" bisa ,tentu saja bisa." jawab pak Salman cepat.
Rangga di antar ke kamar tamu oleh Silvia,
" kalau aku melamar kamu di terima ga yah sama keluarga mu?" tanya Rangga , ia berniat menghalalkan wanita yang pernah di gaulinya, walau itu karena pengaruh Nagini tetap ia harus menikahinya ,karena ia juga mencintai mereka , termasuk Lydia.
Silvia memerah mukanya ,
"tentu saja boleh siapa yang melarang " jawab Silvia menunduk sambil memainkan ujung bajunya.
" Kamu kan tahu sendiri, aku ini orang tak punya , apa ayah dan keluarga mu mau menerimaku"ucap Rangga .
" yang menjalani hidup berumah tangga itu kita berdua, bukan mereka!" jawab Silvia, " andai mereka tak menerimamu, aku yang menerimamu " ucap tegas Silvia. Rangga memeluk Silvia,
" ada yang harus aku beritahu" ucap Rangga , ia merasa harus memberitahukan tentang Lydia pada Silvia, agar semua nya terbuka .
" apa itu?" tanya Silvia heran mendengar nada suara Rangga menjadi serius.
" selain kamu ada satu wanita lagi" ucap Rangga , Rangga lalu menceritakan tentang hubungannya Lydia , ia terpaksa mengarang cerita bila kemarin memegang suatu barang yang bisa membuat lawan jenis bergairah, seperti memakan obat perangsang.
Silvia terdiam mencoba mencari kebenaran cerita Rangga , dan ia menyadari, bila kemaren dekat dengan Rangga ia selalu ingin bercumbu , kini perasaan itu tak ada.
" apa sekarang barang itu masih ada?" tanya Silvia curiga
" tidak, sudah ku buang, aku tak mau selalu bergairah saat bertemu dengan lawan jenismu" sahut Rangga .
Di alam bawah sadar Nagini marah marah, mendengar dia di anggap barang .
"Awas kamu , Rangga , kalau aku bisa keluar nanti aku kerjai kamu" geram Nagini . Untuk bisa keluar dari dalam alam bawah sadar Rangga Nagini harus mempunyai kekuatan yang cukup, saat ini dirinya masih lemah jadi tak bisa keluar.
" syukurlah, kalau sudah di buang, aku pikir masih ada" Silvia menghela napas lega.
" tapi bagaimana dengan Lydia??" tanya Silvia kemudian .
" nanti aku coba jelaskan pelan pelan" ucap Rangga memikirkan bagaimana cara membicarakan dengan Lydia .
" ya , kamu istirahat dulu, besok kita jalan jalan di sekitar sini" ucap Silvia Rangga mengangguk .
setelah Silvia pergi, Rangga tak tidur, ia berlatih memperkuat tenaga dalamnya , udara pegunungan yang murni sangat baik untuk berlatih.
Wuuush
Nagini tiba tiba keluar , Rangga sampai terlonjak kaget .
" Kamu sudah bisa keluar?" tanya Rangga ,
" terus yang kamu lihat sekarang apa?, bayangan" ucap Nagini kesal .
" he he he, maaf ,berarti kekuatanmu sudah pulih?" tanya Rangga lagi
" baru separuh, ini inti batu yang ku buat , teteskan darahmu di atasnya " Nagini mengeluarkan satu cincin dengan ukiran naga ,
Rangga walau tak mengerti meneteskan darahnya di cincin itu .
coba konsentrasi dan lihat ada apa di dalam sana" ucap Nagini , Rangga menutup matanya dan berkonsentrasi, ia membuka mata dan tersenyum masam , karena di dalam cincin itu tak ada apa apa alias kosong melompong.
" hi hi hi, isi sendiri " Nagini tertawa kecil melihat wajah kecewa Rangga .
" terima kasih yah"ucap Rangga senang ,karena dengan adanya adanya cincin itu ia tak repot repot membawa barang, ruang cincin itu sangat besar ,sekitar 10 meter persegi. Bus saja bisa di masukan .
" jangan di pikirkan, cari lagi bahan seperti itu, nanti aku buatkan senjata" ucap Nagini.
" apa nama cincin ini?" tanya Rangga penasaran.
" karena bahannya dari luar angkasa sebut saja cincin angkasa." ujar Nagini .
" nama yang bagus " sahut Rangga , ia mencoba memasukan kursi dan mengeluarkan lagi , awal awal sangat sulit tapi lama kelamaan Rangga terbiasa.
" yang ada di tubuh pak Salman kabut apa, kenapa kamu menyerapnya apa ga bahaya buatmu ?" tanya Rangga ,
" itu kumpulan jiwa yang terjebak di satu tempat, itu bisa menguatkan jiwaku, nanti bantu aku menemukan inti dari kumpulan jiwa itu "pinta Nagini .
" maksudnya gmana?" tanya Rangga tak mengerti
" kabut ungu itu, hampir seperti diriku, dari bimatang yang berumur ratusan tahun, dan gagal menghadapi ujian petir khayangan " tutur Nagini menjelaskan.
Setelah berbincang sejenak Nagini kembali ke alam bawah sadar Rangga .
♣️♣️♣️♣️♣️♣️
Karena tidur di subuh hari, Rangga kesiangan bangunnya , saat membuka mata, Silvia sudah ada di kamarnya dengan segelas kopi .
" mandi dulu, udah itu sarapan" ucap Silvia yang melihat Rangga bangun. Saat Rangga mandi ia membereskan tempat tidur bekas Rangga tidur.
Silvia berencana untuk mengajak berjalan jalan di sekitar Pagar Alam, Kota Besemah.
" Kita mau kemana?" tanya Rangga setelah siap akan bepergian
" kita ke pemandian Puyang Putri di Pendopo Lintang , jarai ga jauh dari sini" sahut Silvia
" siap sayang" ucap Rangga senang, setelah berpamitan dengan pak Salman Silvia dan Rangga berangkat menuju Pemandian Puyang Putri .
Pemandian Puyang Putri oleh masyarakat sekitar juga di sebut Ulo Wetong.
Saat sampai di sana, Rangga melihat air yang jernih , mata air nya dari dalam tanah yang terus mengalir tak henti.
sambil menikmati kopi yang ia pesan di warung yang tak jauh dari sana Rangga melihat sekeliling , suasana di pemandian Puyang Putri masih sangat asri, udaranya bersih .
" pak, apa air di sini pernah kering?" tanya Rangga pada pedagang tempat ia memesan kopi ,
" ga pernah de , dulu sewaktu kemarau panjang tahun 1997, air di sini selalu berlimpah dan banyak orang orang dari luar mengambil air di sini." ucap bapak penjual itu menjelaskan.
Menurut kata orang di sana Puyang adalah sebutan untuk leluhur yang melegenda, Puyang Putri yang di sebutkan di sini ialah istri dari Serunting atau yang kita kenal si Pahit Lidah , yang mana ucapannya menjadi kenyataan dalam keadaan marah, di acuhkan oleh sekitarnya. Di tempat ini lah Putri Mayang sari isteri dari Serunting sering mandi. Puyang Putri Mayang sari juga memiliki kesaktian dan juga sangat cantik jelita mempunyai rambut panjang , merupakan salah satu dari tujuh bidadari yang turun di desa sawah .