Pernikahan Rocky dan Brigita rupanya menjadi awal munculnya banyak konflik di hidup mereka. Brigita adalah bawahan Rocky di tempat kerja. Mereka harus menikah karena satu alasan tertentu.
Statusnya sebagai seorang janda yang mendapatkan suami perjaka kaya raya membuat gunjingan banyak orang.
"Aku harus bisa mempertahankan rumah tanggaku kali ini,"
Apa dia berhasil mempertahankan rumah tangganya atau justru lebih baik berpisah untuk kedua kalinya?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 - Arti di Balik Senyum Itu
Lena yang hendak naik ke lantai dua, berpapasan dengan Dyandra yang akan turun. Mereka berdua bertemu di tengah anak tangga.
"Kak, Mood Pak Rocky lagi bagus nggak?" tanyanya pelan, mencegah Dyandra turun.
Tapi ia hanya mendapat senyuman yang tak biasanya.
Sebagai Asisten Finance, pekerjaan Lena berkaitan langsung dengan Rocky meski seharusnya banyak pekerjaan yang juga semestinya di kerjakan Dyandra sebagai Leader Finance.
"Isssh, nyebelin banget!" gumam Lena saat tidak mendapatkan jawaban.
Tok!
Tok!
"Masuk!" suara parau khas Rocky menyambutnya.
"Permisi, Pak. Apakah saya bisa lakukan pengecekan terkait laporan-laporan nya sekarang?"
"Silahkan,"
Lena mulai membuka laptopnya dan mulai melakukan pekerjaan harian nya, yang diawasi langsung oleh Rocky.
"Len, jika saya tidak salah seharusnya tahun ini jadi tahun terakhir kamu kuliah kan? Setelah ini kamu lulus?" tanya Rocky tiba-tiba.
Lena menoleh dan mengangguk.
"Saya lihat kerjamu bagus, banyak yang kamu pahami sebagai Finance. Dedikasikan saja ilmu kamu di sini, meski di luar sana banyak perusahaan yang lebih baik tapi kamu besar di sini," ungkapnya.
Lena Andriana sudah bekerja kurang lebih empat tahun di B Style Hotel Lounge, statusnya masih sebagai karyawan kontrak. Karena dia juga merupakan mahasiswi. Parasnya cantik dan terlihat kalem.
"Saya senang sekali jika di berikan kesempatan menjadi karyawan tetap di salah satu Lounge yang Bapak kelola," jawab Lena tersenyum senang.
Di banding dengan lainnya sebenarnya Lena lah yang paling dekat dengan Rocky. Selain karena kinerja nya yang bagus, Rocky melihat sosok Lena adalah sosok pekerja keras.
"Baiklah nanti coba saya pikirkan dan saya bicarakan dengan owner lainnya,"
.
.
Setelah turun dari ruangan Rocky, Dyandra tampak mendapat pandangan sinis dari Brigita. Tak seperti biasanya, pandangan itu menyiratkan arti.
"Belum juga mulai, apa dia sudah menaruh curiga padaku?" gumamnya.
Dyandra tampak panik dan mondar-mandir melihat Brigita dan timnya sedang rapat. Ia beberapa kali ke pantry hanya untuk melihat dari kejauhan.
Tiba-tiba ia terbesit satu rencana.
Sampai rapat itu selesai, ia segera masuk ke dalam ruangan itu dan kebetulan sekali Brigita masih pada posisinya di sana.
"Aku boleh duduk sebentar?” tanya Dyandra sambil membawa cangkir kopi.
Brigita yang sedang menata berkas-berkasnya mengangguk pelan. “Silakan.”
Dyandra duduk, memasang wajah seperti biasa. Ramah. Profesional. Tapi Brigita bisa menangkap nada pembukaannya berbeda dari biasanya.
“Kamu tahu, aku tuh senang banget kamu sekarang jadi bagian dari hotel dan lounge ini bukan cuma sebagai karyawan,” katanya sambil tersenyum tipis. “Tapi juga… istri dari Pak Rocky.”
Brigita menoleh, setengah heran. “Kenapa begitu?”
“Karena itu artinya kamu sekarang punya peran penting. Sebagai istri direktur, kamu pasti juga ingin menjaga nama baik dan suasana kerja yang sehat, kan?”
Brigita mulai merasa ada sesuatu di balik kalimat itu. “Maksud kamu?”
Dyandra menyesap kopinya sejenak sebelum berkata lebih pelan. “Aku cuma mau bilang… kamu sekarang perlu sedikit peka, biasanya seorang pria yang sudah menikah menjadi incaran banyak wanita.”
Brigita mengernyit. “Aku masih ngga paham maksud kamu?!”
“Nggak mau menuduh, sih,” Dyandra berujar, pura-pura ragu. “Tapi… kamu kan baru satu tahun bekerja di sini, orang yang paling dekat dengan Pak Rocky itu Lena. Dan kamu tahu sendiri, Lena itu masih muda, pintar, cantik juga.”
Brigita menghela napas pendek, mencoba tidak langsung bereaksi.
“Kamu menuduh mereka selingkuh?”
“Bukan! Astaga, bukan begitu…” Dyandra cepat menyangkal, lalu merendahkan suaranya, seolah khawatir ada yang mendengar. “Aku cuma… merasa kamu berhak tahu. Kadang hal kecil kayak gitu bisa jadi besar kalau dibiarkan. Aku cuma temen yang peduli.”
Brigita diam. Matanya menatap lurus ke depan, kosong. Sementara Dyandra pura-pura menyesap kopi, tapi ekor matanya memperhatikan reaksi perempuan di sebelahnya.
“Kalau aku salah… ya syukur. Tapi kalau benar, setidaknya kamu nggak terlalu terlambat untuk sadar,” ucap Dyandra lagi, seperti menancapkan belati terakhirnya sebelum pergi.
"Tapi Lena itu sahabat kita, dia juga bawahan kamu. Aku juga tahu dia bukan orang seperti itu!" ucap Brigita.
Dyandra berdiri, tersenyum manis, lalu pergi seolah tak ada yang terjadi.
Dan Brigita, yang dari awal sama sekali tidak menaruh curiga pada Lena mulai berpikir hal lain.
"Apa benar yang di katakan Dyandra? Secara dia sudah menikah lebih dari sepuluh tahun... tapi Lena?" batinnya berkecambuk.
"Tidak mungkin, dia wanita muda yang baik dan juga teman yang baik." batinnya lagi.
Brigita menata mejanya kemudian keluar dari ruangan menuju Lounge yang masih berada di satu lantai. Hanya tinggal melewati lorong-lorong saja.
.
Beberapa jam sudah berlalu, tapi Lena masih berada di ruangan Rocky. Jika pekerjaan nya sudah selesai biasanya dia akan turun untuk melihat operasional Lounge.
Brigita hendak berdiri dari kursinya dan berniat naik ke lantai dua.
"Git, ini minum dulu. Kamu sepertinya kelelahan setelah bulan madu. Kenapa ngga cuti satu hari lagi?" Tiba-tiba Sera datang membawakan satu gelas bir.
"Tau sendiri Titi bawelnya seperti apa, gimana mungkin cuti sehari lagi." jawabnya sambil meminum bir tersebut.
Mereka terkekeh bersama, tapi pandangan nya masih menoleh kanan kiri mencari keberadaan Lena dan suaminya. Di antara mereka berlima yang paling muda memang lah hanya Lena.
Sesaat kemudian Lena turun bersama dengan Rocky, seperti biasa Rocky mengajarkan banyak hal pada Lena termasuk operasional.
Brigita dan Sera menatap mereka.
"Eh, menurut kamu Lena terlalu deket nggak sih sama Bapak?" tanya Brigita tiba-tiba.
Sebutan Bapak sudah lekat di mereka—karyawan Rocky.
"Biasa aja sih aku lihatnya, ada apa? Kamu curiga sama Lena?"
Brigita memilih diam tidak menjawab.
"Lena itu sedang di bentuk Pak Rocky untuk nantinya memegang salah satu Lounge yang beliau kelola," suara seorang pria menyahut dari belakang.
Zoel, asisten Rocky. Pria berbadan gempal dan tinggi itu bersifat netral dan sering menyelesaikan perselisihan antar karyawan.
Brigita membulatkan bibirnya saat mendengar jawaban dari Zoel.
"Tapi memang pantas sih, dia itu masih muda tapi jiwanya pekerja keras sekali. Lagi pula dia pintar," sahut Sera.
Ada sedikit rasa malu ketika Brigita menaruh kecurigaan pada Lena dan hal itu ia sampaikan pada teman-teman nya. Sedangkan tidak ada satupun orang yang mencurigainya.
"Kamu kelelahan menurutku sih, kalau memang pekerjaanmu sudah selesai istirahat saja di ruangan." ucap Zoel.
"Eh tapi kenapa Lena itu lebih banyak kerjaan nya dari pada Dyandra ya?" Brigita bertanya penasaran.
Sera menyahut dengan cepat. "Dyandra sudah bekerja di sini lebih dari delapan tahun, Lena baru empat tahun. Biasalah senioritas, dia itu sudah malas kerja menurutku."
Brigita melihat momen yang tepat, Lena sedang sendirian. "Aku harus menanyakan nya langsung!"