Pengembaraan seorang pendekar muda yang mencari para pembunuh kedua orang tuanya.Ia berkelana dari satu tempat ketempat lain.Dalam perjalanannya itu ia menemui berbagai masalah hingga membuat dirinya menjadi sasaran pembunuhan dari suatu perguruan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertarungan di Hutan 1
Benturan senjata itu membuat Jaran kempong dan Permana tersentak, mereka tidak menyangka kalau kekuatan wanita itu sangatlah kuat.Jauh dari penampilannya yang sangat sederhana.
Jaran kempong dan Permana segera menarik pedangnya kembali dan menyerang wanita tua itu dari arah lain.
Serangan yang cukup gencar mereka kirimkan kepada wanita tua berambut putih itu. Tidak tanggung tanggung jurus pedang semeru pun langsung mereka gunakan untuk bisa secepatnya membunuh Nyai Damah alias Tirani itu.
Melihat kedua lawannya menggunakan jurus pedang semeru tahulah Nyai Damah kalau kedua orang tersebut ingin sekali menyelesaikan pertarungannya.
Serangan pedang yang begitu rapat membuat Nyai Damah harus hati hati, karena jurus pedang semeru adalah salah satu jurus pedang nomor satu saat ini.Jika ia bertindak tidak cermat bisa bisa tubuhnya dicincang cincang oleh mereka berdua.
Nyai Damah menekuk tubuhnya ke belakang dan kemudian bergerak ke samping untuk menghindari serangan pedang yang begitu deras menerpanya.
Jaran kempong merasa bersemangat sekali melihat orang tua yang dipanggilnya Tirani itu mulai terdesak.Begitu pula dengan Parmana, ia semakin mempercepat serangannya sampai membuat nyai Damah semakin terlihat keteteran.
Nyai Damah melesat jauh ke belakang menjaga jaraknya sekitar sepuluh meter dari kedua orang itu.
"Hai orang tua sebaiknya menyerahlah! "teriak Parmana.
"Menyerah pada kalian, jangan membuat aku tertawa kau, apakah kalian ini merasa cukup mampu untuk menghadapi ku, hah..!"Ejek nyai Damah dengan mata melotot tajam.
"Bangsat sudah jelas jelas mau mati masih berlagak sombong kau Tirani..!"Teriak Jaran Kempong.
Jaran Kempong segera mengusap pedangnya dan seketika itu pedangnya pun menyala kemerahan yang disertai hawa panas yang begitu menyengat.
"Mampuslah kau pembunuh kejam hiaaat..!"Weeees... sreeet... sebuah Sinar merah meluncur lurus ke arah Nyai Damah yang ada di depannya itu duaaarrr....! Serangan jarak jauh itu langsung meledak di tempat nyai Damah berdiri.
"Hehehehe.... pedang Semeru memang berbahaya,tapi di tangan kalian jurus itu tidak jauh beda dengan jurus mainan anak anak,"kembali terdengar ejekan dari mulut Nyai Damah ,hingga membuat telinga Jaran Kempong semakin merah.
"Bangsat hina, Pramana cepat satukan pedang kita,"ucap Jaran Kempong.
"Baiklah mari kita binasakan orang tua sombong itu,"sahut Pramana.
"Ayo keluarkan semua yang kalian miliki,"ucap Nyai Damah dengan nada mengejek.
Jaran Kempong langsung menyatukan pedangnya dengan posisi menyilang.Dan dari pedang yang disatukan itu keluarlah cahaya merah yang membara panas.
Hiaaat...! Weeees....! Sinar merah dari kibasan pedang itu kembali menyerang nyai Damah secara bertubi-tubi.
Duaaarrr....! Duaaar..! Duaaar...! Nyai Damah bergerak cepat menghindarinya.Serangan berantai itu terus memburunya kemanapun ia pergi.Tapi serangan yang Jaran Kempong dan Permana lancarkan itu tidak satupun mengenainya.
"Hehehe...! apakah cuma begini saja jurus pedang semeru yang tersohor itu, sungguh mengecewakan,"maki nyai Damah.
"Sungguh terlalu, kau sangat merendahkan Perguruan Semeru Tirani..! " teriak Jaran Kempong
"Kakang serang dia terus jangan biarkan dia untuk mengambil nafas walaupun untuk sejenak. " ucap Parmana.
Kedua orang orang pun terus melancarkan serangannya,dalam sekejap saja kebakaran besar pun terjadi di hutan itu.
"Dasar orang orang biadab kalian berdua rasakan ini...! "
Ciiiiaaaat.. wess... sebuah pisau meleset ke arah Jaran Kempong dan Permana., tapi gerakan pisau itu terlihat menjauh dari mereka berdua.
"Cuma lemparan orang putus asa saja kakang ayo kita terus serang dia, " teriak Permana, begitu melihat lemparan pisau nyai Damah kearah lain.
"Tunggu.. Parmana..!" teriak Jaran Kempong.Ketika ia mendengar bunyi dengung pisau terbang datang ke arahnya.
"Awas... Permana.. !"teriak Jaran Kempong, sambil bergerak ke samping setelah mendengar bunyi dengung pisau semakin dekat.
Kress..!!Aaaaah...!! Pisau itu menancap ke leher bagian belakang Pramana yang tadi tidak sempat untuk menghindarinya.
Brruuuuk...!! Permana pun terjatuh dengan leher bagian belakang tertusuk pisau itu.
"Parmana..!!" teriak Jaran Kempong, setelah melihat temannya tewas dengan leher tertembus pisau.
"Bangsat kurang ajar..!! Dasar iblis pencabut nyawa ku harus mati di tangan ku Tirani."Teriak Jaran Kempong.Dengan kemarahan yang menjadi jadi ia kembali menyerang Nyai Damah.
Sementara itu , Antasena terus berlari dengan sangat kencangnya menghindari orang orang yang mengejarnya itu.Ia sesekali menoleh ke belakang untuk melihat sampai di mana orang orang itu.
Ternyata ketiga orang yang mengejarnya tersebut sudah sekitar dua puluh meter di belakangnya.
"Tidak bisa terus menerus seperti ini ,bisa celaka kalau aku tertangkap mereka ."ucap Antasena, begitu melihat ketiga orang itu menyusulnya.
"Berhenti kau, percuma saja kau lari dari kami...!!"teriak salah satu orang itu yang bernama Baron.
Antasena tidak menggubris teriak mereka dan terus berlari menggunakan ilmu ringan tubuhnya.
Namun secepat apapun Antasena berlari ketiga orang itu tetap saja masih mampu untuk mengejarnya.Karena ilmu yang Antasena kuasai masih belum sempurna.
"Jangan biarkan pemuda itu lolos,kejar terus...!teriak Praja.
"Awas saja kalau nanti ketangkap akan aku patahkan tulang kakinya."ucap Sani yang merasa geram dengan pemuda yang dianggap menyusahkan itu.
Melihat Antasena semakin cepat dan tidak mau menyerah, Praja langsung melemparkannya pedangnya ke arahnya weeees..!!!
Pedang Itu meluncur sangat cepat ke arah Antasena weeees..!
Antasena yang merasakan adanya serangan dari belakang, langsung berbelok kearah yang lain, membuat lemparan pedang Praja itu tidak jadi menemui sasarannya.
"Sialan, padahal aku sudah yakin kalau lemparan pedang ku pasti mengenainya,"ucap Praja dengan geram.Antasena terus berlari dan tanpa sadar ia sudah mengubah arahnya. Bukannya jalan yang menuju ke kampung Parang sari tapi malah menuju ke tempat lain.
Bagi Antasena jelas tidak mungkin jika harus menghadapi mereka bertiga secara bersamaan mengingat mereka adalah para pendekar yang sudah berpengalaman.
Dalam pelarian itu pikiran Antasena terbayang terus dengan ibunya saat ini.Apakah dia mampu menghadapi dua orang itu atau tidak.
"Kau mau lari kemana anak muda cepat berhenti...!!"teriak Sani.
Antasena menoleh ke belakang dan betapa terkejutnya dia,setelah melihat jarak mereka semakin dekat.
Hiiiaaaaat... wuss.... wuss.... wuss...!!!
Serangkaian serangan jarak jauh meluncur deras ke arah Antasena secara tiba-tiba.
Duaaarrr...duuuar...!!! Pohon pun langsung tumbang seketika begitu terkena serangannya jarak yang tiga orang tadi lepaskan.
Ledakan yang cukup besar itu membuat Antasena terpental beberapa meter jauhnya.
Aaakh..!!! Antasena merasakan sakit pada punggungnya karena terjatuh cukup keras.
"Kalau mereka terus menerus melakukan serangan jarak jauh seperti itu ,cepat atau lambat pasti serangan itu akan mengenai ku,"ucap Antasena dengan segera berdiri kembali.
Antasena menengok ke belakang tapi tidak melihat adanya tiga orang itu,ia kemudian cepat cepat bersembunyi di balik pohon yang cukup besar sambil mengawasi mereka.
"Kalian harus terima pembalasanku."bisik Antasena sambil mempersiapkan busur panahnya.
Sesaat kemudian Praja,Baron dan Sani pun tiba ditempat ledakan itu.
"Dimana anak sialan itu,"ucap Baron sambil mengedarkan pandangannya.
"Apakah dia sudah tewas akibat pukulan kita tadi Baron?"tanya Praja.
"Entahlah , mungkin dia tertindih oleh pohon besar yang tumbang itu biar aku yang memeriksanya."sahut Baron.
"Sebaiknya kita menyebar untuk mencarinya, kalau dia sudah tewas pasti ada mayatnya di sini,"ucap Sani.
Di bawah pohon besar yang ditumbuhi oleh semak semak Antasena memperhatikan mereka bertiga dengan jelas.Berpencarnya mereka sangat menguntungkan bagi Antasena untuk melancarkan serangannya.