naresh membenci nara, begitu pun sebaliknya. tapi apa jadinya jika keduanya menikah karena tak sengaja kepergok tidur bersama?
pernikahan kilat itu membuat naresh marah besar karena satu bulan lagi dia akan menikahi kekasihnya.
dengan keadaan pernikahan yang buruk, bagaimana nara menjalani pernikahan nya apalagi dengan naresh yang malah bertunangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cekcok
Naresh menekan pelan tombol tombol pintu itu dengan jari besarnya, sampai terbuka dan dia masuk dengan dua langkah.
Niat hati ingin melampiaskan amarahnya pada nara, urung saat dia cium wangi aroma masakkan. Naresh lepas sepatunya, berjalan gontai menuju dapur mini apartemen itu.
Dark brown nya menangkap wanita yang kini makan sendiri seraya menonton film lewat ponselnya yang dibuat miring. Dengan ekspresi datar dia coba panggil.
“Nara!”
Wanita berambut coklat gelap itu menoleh, berdesak sebal dan dia layangkan tatapan tajam. Apa apaan pria itu mengganggu rutinitas wajibnya?
“Apa?” dia bertanya dengan tajam.
“Makanan buat gue mana?”
Nara mengerdikan bahunya tinggi tinggi seraya memalingkan wajahnya. “Ya mana gue tahu. Kalau lo mau makan ya masak aja sendiri, ogah gue masakin. Lagian lo kan pemilik kafe, kenapa gak makan aja disana? Heran” nara menggerutu nan cerewet. Pikirnya logis, pernikahan ini tidak mereka rencanakan sedikit pun.
Pun pria itu memiliki kafe bercabang cabang, hanya memakan nasi nan lauknya sedikit saja takan membuatnya rugi. Kecuali memang pria itu pelit.
“Gue suami lo nara” naresh mengingatkan pun dengan nada agak kesal.
Nara mendelik tajam, sepertinya pria ingin mendapat lebam. “Gak usah sebut suami. Lo pikir gue mau nikah sama lo, kenapa lo gak nolak sih hah? Malah mau mau aja di suruh ijab kabul. Gue gak suka sama lo” dia berucap blak blakkan.
Naresh terkekeh ringan, kering nan tajam. Langsung berubah ekspresi nya menjadi datar tanpa senyum. Dia pun tak mau menikah dengan gadis itu, semuanya hanya karena keluarga.
“Dengerin gue nara natasya! Gue pun gak pernah mah menikahi lo kalau bukan karena keluarga gak mungkin gue ucapin ijab kabul. Asal lo tahu, sebulan lagi gue udah nikah sama vania, tapi gara gara lo sekarang vania mutusin gue secara sepihak”
Tanda naresh tegas pun pelan pelan, tanpa emosi tapi tampak nada beratnya pun rasa kecewanya.
Nara tak terima di salah kan, dia banting sendok yang di gunakan nya ke atas piring kasar pun sampai terdengar bunyi nyaring. Bibirnya terlipat dan dia bangkit dari duduknya, berdiri tegas di depan pria itu.
Dengan jarak satu meter, atensi nya tajam tajam tatap dark brown seraya mendongak. Berpandangan mereka kini, saling menguarkan rasa tak suka, kebencian pun ketidak nyamanan.
“gak usah lo nuduh gue naresh, kalau bukan karena adek lo yang jatuhin tas sampai ketuker kunci, lo yang masuk kamar gue tanpa izin, lo yang bikin jejak najis di leher gue gak mungkin kita nikah. Gue gak sudi, sampai kapan pun. Hubungan lo sama vania hancur bukan karena gue, tapi lo sendiri!” tandas nara tegas tegas.
Memelotot matanya tajam menatap pria jangkung di depannya, pun mimik wajahnya yang datar penuh kebencian. Menguarkan aura hitam yang selama ini selalu dia sembunyikan.
Naresh akui kini nara cukup berani, tatapan menantang pun membantah secara bersamaan nan dia rasakan pula aura nya.
Bibirnya tertarik ke atas sebelah kanan, menampilkan seringaian tajam penuh siasatnya. Perlahan dia melangkah maju, mendominasi tanpa peduli gadis di depannya yang terus melangkah.
Sampai tubuh nara terjebak di kitchen bar, naresh simpan tangannya di kiri dan kanan tubuh gadis itu. Terkurung tubuh besarnya, nara memundurkan kepalanya agar berjarak dengan pria itu.
Tatapannya tampak tak gentar, tanpa sedikit pun bergeser. Datar ekspresi pria itu, rahang nya mengeras pun jakunnya naik ketat. Dia tarik nafas sengaja pun dia hembuskan pada gadis di depannya.
“Kau lupa? Yang membuat adikku jatuh adalah kakak mu. Andai saja jika dia tak menabrak tubuh adikku sampai terjerembab pada meja, takan mungkin kunci kita tertukar, gue salah kamar sampai bikin jejak gila di leher lo. Lo boleh salahin adik gue tapi jangan lupa akar penyebab nya adalah kakak lo sendiri”
Putus dia berucap, tegas dan kendurkan raut wajahnya. Kaki jenjangnya perlahan dia tarik mundur, cukup membuat nara tertegun.
Naresh menjentikan jari telunjuk nan jempolnya, dia tatap datar datar gadis di depannya yang bermulut banyak. “Gue tunggu di depan tv” ujarnya mengakhiri keterkejutan gadis itu.
Nara pegangi dadanya yang berdebar kencang, dengan napas terputus putus dia meraih kepala kursi dan duduk di meja. Bukan rasa kekaguman yang di rasakannya, tapi keterkejutan tak terduga. Nara mengusap berkali kali dadanya pun matanya tak lepas menatap kepergian pria itu. Ada rasa aneh yang tiba tiba hinggap.
naresh ketemu nara yh sdg jalan sm adam..posisi jadinya seri ya naresh
lanjut thor