Hubungan yang telah di jalani selama tiga tahun harus berakhir dengan kekecewaan. 2 tahun menjalin hubungan jarak jauh akibat pekerjaan, nyatanya tidak berakhir bahagia. Bahkan janji yang terucap sebelum perpisahan pun tidak bisa menjadi jaminan akan kesetiaan seseorang.
sakit hati Zea membuatnya berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08
Acara yang akan di hadiri oleh Zea bersama Riki akhirnya tiba juga saatnya. Malam ini Zea di jemput oleh Riki yang ternyata pergi seorang diri karena sang istri yang tidak mau ikut. Anak bungsu mereka sedang kurang sehat meski sudah di periksa oleh Dokter.
Jadi istri dari Riki yang bernama Ana tidak menghadiri undangan itu. Dan akhirnya hanya Riki bersama Zea saja yang datang. Tapi saat tiba di gedung acara, sudah ada Husen di sana yang sedang menunggu keduanya.
Ada Bella yang merupakan istri Husen ikut serta, anak mereka yang bernama Bianca ada di gendongan sang papi.
"Ya ampun, keponakan Tante yang cantik ikut juga ya."
Zea yang baru saja turun dari mobil langsung menyongsong di imut Bianca dan mengambilnya dari gendongan Husen.
Bianca yang di ambil alih oleh Zea bukannya menangis malah tertawa bahagia. Gusinya yang belum di tumbuhi gigi sampai terlihat dan kedua pipi bulatnya membuat bayi 10 bulan itu terlihat sangat menggemaskan.
"Uh gemasnya," kata Zea lalu mengecupi kedua pipi Bianca.
"Sudah Dek, nanti dia nangis susah diemnya," ujar Husen yang memang tahu kalau sang anak sangat tidak suka di cium pipinya oleh orang baru.
Apa lagi Zea yang baru saja pulang dan baru tadi pagi bertemu dengan Bianca. Tidak sempat juga Zea menggendong bayi imut itu karena ia sudah di kepung oleh kakek dan nenek dari kedua orang tua mereka.
"Kamu jangan nangis ya kalau Tante cium, anak yang baik itu gak akan menangis kalau sama Tantenya," ucap Zea menasehati Bianca.
Bayi itu malah merespon ucapan Zea dengan gumaman dan bukan tangisan seperti yang di takutkan oleh Husen. Bela sendiri santai saja kala sang anak bersama tantenya. Nanti kalau anaknya memang menangis baru ia akan turun tangan.
"Wah, Bianca tahu saja kalau lagi di sayang sama Tante." Riki ikutan bersuara saat tidak mendapatkan tangisan dari bayi itu.
Kala kelahiran Bianca dulu, bayi itu tidak mau di gendong oleh siapa pun begitu berada di dekapan kedua orang tuanya. Hingga bayi itu semakin bertambah besar, tidak banyak yang bisa menggendongnya kecuali keluarga dekat yang sering di lihatnya.
"Dia tahu itu kalau Tantenya cantik, jadi gak nangis supaya ketularan cantik juga," kata Bella.
"Bianca, juga cantik kok. Tapi kalau gak menangis jadi semakin cantik seperti Mami ya Nak, ya." Zea ikut menimpali pula.
Kedua perempuan itu akhirnya masuk ke dalam gedung dengan Bianca yang berada di dekapan Zea dengan anteng. Sedangkan Bella berjalan di samping Zea dan kedua pria itu berjalan di belakang keduanya.
Memasuki area tempat pertunangan, Bianca di ambil oleh Bella karena anak itu yang mulai tidak betah. Itu lah Bianca yang sangat sulit lepas dari kedua orang tuanya. Selagi Husen dan Bella masih terlihat oleh bayi cantik itu.
Maka Bianca tidak akan betah bersama yang lain terlalu lama.
"Mas, aku mau ambil minum di sana." Zea menunjuk meja yang berisi banyak minuman yang sudah tersedia. Ia merasa haus dan ingin minum.
"Iya, jangan lama-lama. Nanti ke sini lagi kalau sudah ambil," sahut Riki.
"Iya." Zea melangkah meninggalkan keluarganya yang segera di kerumuni para pengusaha yang ingin menjadikan saat itu kesempatan menjalin kerja sama.
Zea sendiri berjalan ke meja berisi minuman lalu mengambilnya satu. Dan saat akan berbalik, ia melihat Joni sedang berjalan ke arah meja di mana Zea berada.
Pemuda itu tidak sendirian, ia bersama sang kekasih yang akan menjadi tunangannya malam ini. Joni baru menyadari kehadiran Zea di sana begitu tiba di dekat meja.
Awalnya ia tidak mengenali Zea karena di rasanya penampilan Zea berbeda dari terakhir kali mereka bertemu. Dulu Zea sering mengikat rambutnya dan penampilannya biasa-biasa saja meski tetap sangat cantik.
Tapi kini yang ada di hadapan Joni sangat berbeda dari yang dulu.
"Kamu kenapa lihatin dia terus sih, sayang? Siapa dia? Jangan bilang dia selingkuhan kamu, ya? Atau jangan-jangan dia perempuan murahan yang suka godain pacar orang?" Mimi yang tidak suka dengan pandangan Joni jadi marah-marah.
Apa lagi penampilan Zea jauh lebih cantik dan menawan di bandingkan dirinya. Jadilah Mimi tidak terima, mana sekarang Joni sangat memperhatikan perempuan itu dengan intens lagi.
Joni yang mendapatkan cubitan keras dari Mimi di lengannya langsung saja gelagapan.
"Eh, apa sayang? Kamu ngomong apa tadi?" Tanya Joni setelah sadar.
"Tuh kan, kamu perhatiin dia sampai gak sadar kalau ada aku di samping kamu." Pandangan Mimi beralih pada Zea yang sedang berdiri dengan santai sembaru meneguk sedikit demi sedikit minuman di tangannya.
Pemandangan di depannya sangat menarik saat ini. Ia ingin tahu bagaimana Joni menjelaskan tetangnya pada perempuan yang akan menjadi tunangannya itu.
"Heh kamu! Jangan gatal ya sama calon suami aku. Jangan godain calon suami aku, dasar perempuan murahan," caci Mimi dengan marah.
Penampilan Zea yang di akui Mimi begitu menawan bak seorang dewi. Membuat Mimi yang harusnya menjadi bintang malam itu justru kalah saing dengan Zea. Belum lagi gaun yang di gunakan Zea begitu indah dan elegan.
Membalut tubuh ramping dan seputih susu itu dengan sempurna. Sebenarnya bukan hanya Mimi saja yang insecure pada penampilan Zea. Tapi para perempuan lain yang melihat Zea sejak awal masuk.
Para laki-laki juga tidak sedikit yang memandang kearahnya dengan tatapan penuh minat. Tapi siapa yang akan perduli dengan itu semua. Zea hanya ingin bertemu dengan Joni dan melihat bagaimana reaksi pemuda itu kala melihatnya.
"Memangnya aku melakukan apa? Sejak tadi aku diam saja. Justru pemuda di sampingmu yang terus menatapku bagai singa lapar," sahut Zea dengan santai.
Mimi semakin terlihat marah saja pada Zea karena memang apa yang di katakan Zea benar.
"Siapa yang mengundang kamu datang ke acara pertunanganku? Aku gak kenal kamu jadi gak mungkin kamu bisa datang ke acara kelas atas seperti ini," ujar Mimi dengan tatapan menghina.
Senyum sinis Zea berikan pada Mimi lalu menatap remeh pada Joni.
"Joni Syahputra, mulai malam ini kita resmi putus."
Mendengar kalimat yang di keluarkan oleh Zea, pemuda yang sejak tadi di gandeng oleh Mimi langsung kaget. Suara merdu yang sangat di kenalinya itu tentu saja ia tahu siapa pemiliknya.
Joni baru benar-benar yakin kalau yang ada di depannya ini adalah Zea kekasihnya yang sudah berpisah tiga tahun lalu. Tadi Joni masih ragu dengan tebakannya meski suara Zea di kenalinya.
Antara percaya dan tidak percaya melihat penampilan Zea. Tapi saat gadis itu menyebutkan namanya dengan lengkap. Barulah Joni yakin kalau gadis di depannya memang sang kekasih.
"Kamu Zea? Kamu benar-benar Zea?" Tanya Joni pada Zea untuk meyakinkan dirinya.
"Iya dan mulai sekarang kita putus." Zea berkata dengan entengnya tanpa beban. Malah ia merasa hatinya sangat lega dan juga plong.
lanjut torrr