NovelToon NovelToon
Desa Terkutuk

Desa Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Ini adalah kisah nyata yang terjadi pada beberapa narasumber yang pernah cerita maupun yang aku alami sendiri.
cerita ini aku rangkum dan aku kasih bumbu sehingga menjadi sebuah cerita horor komedi.
tempat dimana riyono tinggal, bisa di cari di google map.
selamat membaca.
kritik dan saran di tunggu ya gaes. 🙂🙂

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesurupan

1

Saat tidur pulas, sepertinya aku bermimpi main sepak bola sama Roy Mattalatta di lapangan tadi. Aku da Roy saling berebut bola sepak. Sedangkan Erni duduk-duduk di pinggir lapangan.

Masih ingat kan? bola sepak yang kami pakai tadi siang? Aku dan Roy menemukannya di dekat salah satu kuburan disana. Mirip batok kelapa, tapi tidak sepenuhnya bulat, ada badian yang kelihatan sedikit pecah. Berwarna keabu-abuan dan penuh lumpur.

Sambi tertawa riang, kami saling oper bola atau kejar-kejaran dan berebut bola.

Lama setelah itu, hari menjelang sore. Di ufuk barat matahari mulai meninggalkan cakrawala, terbenam di gunung indah di sebelah barat. Meninggalkan kami yang sedang asyik bermain.

Suasana semakin gelap, obor-obor di sepanjang jalan pemakaman perlahan menyala. Satu demi satu secara ajaib. Aku tidak mempermasalahkan hal itu, dan masih asyik bermain bola.

Erni sedari tadi yang hanya di pinggir lapangan sendirian, kini dia mengobrol dengan seorang gadis berambut pirang. Elly tiba-tiba muncul ntah darimana.

Saat ku toleh, Elly melambaikan tangannya. Aku membalasnya.

Bola bergulir ke arahku. Saat aku tendang ke arah Roy....

"Aduh!" Bola itu berbicara. "Sakit, sialan. Kenapa kalian dari tadi menendangi ku?"

Mendengar itu, Roy lantas berlari ke arahku. Erni dan Elly sudah menghilang ntah kemana.

"Kenapa kalian menendangi ku?" Ulang bola itu yang sekarang sudah berubah bentuk menjadi kepala buntung. "Kenapa hah? Sakit tahu."

Kepala itu kepala laki-laki, berkumis tipis dan berjanggut. Matanya memancarkan kemarahan dan kebencian kepada aku dan Roy. Dari lubang hidung, mulut, telinganya keluar darah. Kepala buntung itu berbau sangat busuk.

"Aku kira tadi batok kelapa." Jawab Roy getaran.

"Kau taruh mana matamu? Kau bilang kepalaku ini batok kelapa? Sialan kau." Setelah itu, kepala buntung itu terbang ke arah kami. Melihat itu, kami lantas kabur.

Kami berlari ke segala arah, masuk ke perkampungan, tempat yang sangat asing buatku. Tapi sepertinya si Roy mengenalinya, terlihat dia dan berbelok tanpa ragu.

Di ujung jalan ada rumah bertingkat dua, aku mengenalinya, itu rumah Roy. Saat mau masuk halaman rumah Roy, kakiku tersandung batu, aku tersungkur ke selokan.

Sialan, sakit sekali. Pikirku.

2

Saat ku buka mata, aku sudah berpindah tempat. Tempat itu remang-remang diterangi oleh cahaya lampu templek di beberapa sudut tembok. Aku terbaring di sesuai yang sangat nyaman dan empuk, dan kulihat apa itu, ternyata aku terbaring di atas kasur kapuk.

Oh, sepertinya aku sudah terbangun dari mimpi. Tapi ruangan itu sangat asing, bukan kamarku, aku tidak punya kasur se empuk ini. Dan dinding kama itu di bangun dari bata, sedangkan kamarku dindingnya terbuat dari anyaman bambu.

Lambat laun aku teringat kalau aku dan keluargaku sedang menginap di rumah pak Gimen.

Terdengar suara nafas yang berat dan sedikit merintih dari belakangku.

Aku memalingkan posisi tidurku. Tidak ada siapapun di sampingku. Saat berkedip sekilas, dan membuka mataku, dalam sekejap itu pula muncul sosok orang yang wajahnya penuh lumpur, lubang hidung dan mulutnya mengeluarkan darah. Matanya penuh amarah dan emosi ke arahku. Itu wajah kepala buntung tadi. Tapi bedanya disini, kepala buntung itu punya badan. Dan badan itu terbungkus kain putih penuh darah dan lumpur.

Pocong, itu sesosok pocong. Dia berbaring menghadap ku sambil ngomong. "Sakit sekali kepalaku. Kenapa kamu tendang terus kepalaku, hah?" Berulang-ulang terus-menerus.

Aku cuma bisa mengerang, tidak bisa bicara, apalagi berteriak. Tubuhku terasa kaku tidak di gerakkan sedikitpun. Tidak bisa berkedip maupun berpaling dari pocong itu.

Aku di bangunkan sama bapak, "Yon, bangun Yon. Kamu mimpi apa?" Katanya.

Aku terbangun, tapi yang aku lihat siapa yang membangunkan aku, itu bukan bapakku. Tapi sosok pocong tadi.

Aku semakin berteriak-teriak, meronta-ronta ga karuan. Aku kesurupan....

2

Dari sini aku tidak ingat apa-apa lagi, dari cerita ibuku, sampai siang harinya aku terus berteriak-teriak. Siapa yang mengajakku bicara, aku pasti menunjuk dia sambil berteriak "pocong! Pocong!". Entah itu bapakku, ibuku sendiri atau pak Gimen.

Sore harinya, karena aku masih kesurupan. Aku di bawa ke rumah orang pintar, dukun lah istilahnya. Di jampi jampi olehnya, di siram air kembang. Di rendam ke air di bak besar. Tetep saja aku masih berteriak-teriak.

3

Keesokan harinya aku masih belum sadar, masih teriak-teriak dan kejang-kejang. Yang membikin bapak ibu semakin cemas, mulutku mulai mengeluarkan busa.

Heboh kan? Karenanya tetangga-tetangga pak Gimen berdatangan untuk melihatku, mereka mengelilingiku. Aku semakin histeris, menunjuk-nunjuk mereka satu-persatu sambil berteriak "pocong! Pocong! Pergi kalian."

Salah satu tetangga pak Gimen menyarankan bapakku untuk membawaku ke ustadz Yusuf, tokok Agam di desa Tanjung. Ya dekat rumah keluarga Mattalatta kemarin. Ustadz Yusuf, terkenal bisa menyembuhkan orang yang di ganggu setan dan sebangsanya. Termasuk orang kesurupan sepertiku.

Dan di bawalah aku kesana.

"Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi rabbil'alamin. Ar-rahmaanir rahim." Aku di bacakan surah surah Al Qur'an. Alfatihah, dan ayat-ayat yang lainnya. "Kenapa kamu mengganggu anak ini?" Tanya ustadz Yusuf ke arahku.

Masih dari cerita ibuku, aku pun menjawab. "Aku marah sama anak ini(aku). Dia dan temannya menendangi kepalaku, kepalaku dia jadikan bola sepak. Sakit sekali kepalaku." Dan kata-kata lainnya yang tidak di ingat ibuku.

Aku di rukyah, beberapa jam sehingga aku mulai tenang.

4

Besoknya aku sudah mulai sadar, tidak merancu yang aneh-aneh lagi. Aku sudah di ajak pulang ke rumah di Mulyorejo ternyata.

Para tetangga menjengukku, teman-teman sekolah, teman bermain dan di antaranya ada Udin, Bogel, Angga dan Dika, Efi pun juga datang menjengukku. Tapi, saat di ajak bicara, aku masih sering ngelantur, sehingga tidak terlalu banyak yang berbicara denganku.

Dua hari setelah itu, aku sudah normal dan bermain bersama teman-temanku.

Mereka bertanya aku kenapa kok bisa sampai kesurupan seperti itu. Dan aku pun bercerita ke mereka, mulai dari tragedi sapi penasaran, kemamang, dan kejadian di rumah pun aku ceritakan juga.

"Makanya jangan takabur Yon." Kata Efi. Terlihat dia masih cemas kepadaku.

"Tau nih." Udin ikutan bicara. "Makanya setan itu jangan di becandain."

"Kamu juga sama kan Din?" Kata Angga.

"Hehee. Maap" jawab Udin.

Bogel dan Dika masih sependiam seperti biasanya. Cuma menanyakan keadaanku dan sebagainya.

Waktu sudah mulai sore, kita sepakat untuk bubar.

5

Di rumah, aku mendapatkan kabar bahwa Roy Mattalatta juga mengalami hal yang sama denganku. Dia di kejar-kejar kepala buntung, pocong, dan beberapa mahluk halus lainnya.

"Makanya Yon, kalau kamu di tempat yang sekiranya angker dan sebagainya. Kamu musti harus hati-hati, jangan asal main, asal buang air sembarang." Kata ibuku. "Kamu harus permisi dulu kalau kamu ke tempat-tempat seperti itu

"Iya Mak, maaf. Ga lagi-lagi kok." Jawabku. "Sudah kapok."

1
Mursidahamien
itu Efa
Ady Irawan
Kritik dan saran di tunggu ya gaes.
silahkan komen, dan share. tengkyu ferimat. 😁😁
Neo Kun
ayu baru muncul langsung meninggal 😭
Neo Kun
bagus. ceritanya nyeremin, tapi lucu, apalagi saat riyon kecirit. 😂
Neo Kun
duh ga bisa bayangin jadi si Roy 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!