Hidupku semula baik-baik saja, tapi ketika aku berani melanggar aturan keluarga.
Semua berubah. ketika aku masuk kedalam kamar mendiang nenek dan kakekku, aku menemukan sebuah novel usang berdebu.
Ketika aku membuka sampul novel bercahaya, cahaya itu membuat mataku perih dan secara refleks terpejam.
Namun ketika aku membuka mata, aku tidak berada di kamar mendiang kakek dan nenek. Aku berada di sebuah kamar asing.
Seketika ingatan yang bukan milikku memenuhi memoriku. Ternyata aku memasuki novel usang itu, dan bagaimana mungkin aku harus terjebak di peran figuran yang hanya satu kali namanya di sebutkan sebagai mantan dari seorang pemeran utama laki-laki kedua!!
Cover from pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Maryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
Sekarang aku sekarang berada di depan gerbang sekolah, aku berangkat di jam yang sama seperti kemarin. tapi, entah kenapa hari ini terasa berbeda dengan kemarin.
Mungkin karena sekolah sudah mulai ramai di jam sepagi ini, padahal kemarin masih sepi di jam-jam ini. Di pojok kanan parkiran terdapat segerombolan siswa, yang aku yakini pasti pemeran utama laki-laki.
Aku melangkah pelan mencoba mengalihkan pandangan kearah depan dan mencoba tak melirik kearah sang pemeran utama laki-laki, aku penasar, tapi jika aku melihatnya secara terang-terangan takut terlihat aneh.
Padahal sedari tadi banyak siswa mau pun siswi yang melirik gerombolan itu, pikiran ku terlalu pengecut. Sehingga membuat berbagai alasan, yang tak masuk akal.
Ketika aku hampir tiba di depan koridor, terdengar bisik-bisik siswa maupun siswi ketika sebuah motor memasuki halaman sekolah.
Di lihat-lihat Emira dan derrrien makin dekat aja ya, udah kaya orang pacaran
Tapi mereka cocok tau, kalo beneran pacaran. Wah pasti jadi couple goals tu
Emira tuh cocoknya sama Ghani, bukan sama derrrien. Lagian Emira sama derrrien itu sahabat bukan pacaran
Bodo nggak nanya pendapat lu
Emira cantik banget, pengen deh punya muka kaya Emira
Itu derrrien lu ganteng banget andaikan gua punya pacar kaya lu
Ghani liat mukanya, rasanya mau pingsan Saking gantengnya
bisik-bisik seperti itulah yang kudengar, aku mencoba abai dan melanjutkan langkah kakiku.
aku menaiki tangga dan langsung menuju kelasku, sesampainya di aku bergegas menuju kursiku, ku letakkan tas di atas meja.
Aku baru saja hendak menelungkupkan kepalaku, tiba-tiba tak jadi karena kedatangan ana dan Zahra, Zahra berteriak memanggil namaku. Aku memandangnya kesal.
"berisik Zahra" aku menatap dia kesal yang hanya di balas cengiran tak peduli Zahra.
"Lila lu tau nggak, tadi gua nggak sengaja tatapan sama Ghani. Ahh walaupun sikapnya selalu datar tapi mukanya ganteng pake banget" mengabaikan ucapan kekesalan ku, Zahra bercerita dengan senyum manis dan muka yang memerah.
"terus, aku harus bilang wow gitu" balasku seraya memutar bola mata malas.
"ih lu mah nggak tau ya, Ghani salah satu most wanted di sekolah ini" raut wajah Zahra yang tadi sempat kesal karena ucapan ku, telah sirna di gantikan dengan senyuman lebarnya.
"kalo dia most wanted, aku harus bilang apa Zahra. Lagian dia juga kayaknya nggak sengaja natap kamu atau bahkan mungkin dia nggak natap kamu, kamunya aja yang geer" aku menatap jail kearahnya.
Ana yang sejak tadi hanya menyimak memberikan jempol kearahku "tuh denger lagian tadi udah gua bilangin kaya gitu, nih bocah malah ngeyel" Zahra memukul bahu ana dengan ekspresi kesal.
"udahlah ngomong sama kalian mah, gua nggak akan menang" memalingkan muka, raut wajahnya Zahra terlihat kesal sekali karena respon aku dan ana.
aku dan ana hanya tertawa melihat melihat kelakuan Zahra.
"oh iya, Lila sorry yah. Gua sama Zahra ngomongnya pake lu-gua" aku menganggukkan kepala mengerti.
"ngga papa kok, santai aja" aku berkata santai "dan kemarin aku habis beli coklat buat kalian, nih" aku memberikan satu batang coklat kepada ana dan Zahra.
Kemarin waktu di minimarket, aku sengaja membeli coklat lumayan banyak. Aku akan membagikan coklat ini kepada teman sekelas ku nanti.
"wah makasih ya, atas dasar apa nih" Zahra dengan cepat meraih coklat di tanganku. Raut kesalnya telat hilang di gantikan dengan ekspresi senang.
"sama-sama, coklat ini sebagai tanda perkenalan dari aku, aku juga udah bawa banyak coklat buat di bagiin ke temen sekelas kita" aku menunjukkan kantong plastik yang penuh dengan coklat "dan nanti tolong bantu aku buat bagiin ini ya" lanjutku lagi sambil menatap mereka penuh harap.
Ana dan Zahra menganggukkan kepala mengiyakan permintaan ku "makasih ya Lila buat coklatnya. Tenang nanti kita bantuin" ana tersenyum kearahku, aku balas mengucapkan terimakasih kepada mereka.
Ana dan Zahra mulai memakan coklat dengan sesekali di sertai obrolan dan canda tawa, mereka duduk di kursi depan ku. Di kelas ini satu meja dua kursi, dan aku hanya duduk sendiri.
Satu persatu teman-teman sekelas ku memasuki kelas. Ketika teman-teman kelas ku sudah masuk semua, aku, Zahra, dan ana. Mulai membagikan coklat.
Teman sekelas ku mengucapkan terimakasih yang tentu ku balas sama-sama seraya tersenyum kearah mereka.
Tak lama dari itu bel masuk berbunyi, diikuti seorang guru laki-laki masuk. Pelajaran pun di mulai.
✨
Bel istirahat telat berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, sekarang aku, ana dan Zahra sedang berjalan menuju ke kantin.
"mau ke kantin yang mana? Lantai satu atau tiga?" ana bertanya kepada aku dan Zahra.
"lantai tiga aja yuk, kemarin kan udah ke lantai satu" Zahra berucap dengan semangat, Zahra berada tangah antara aku dan ana.
"Emm kalo kalian mau kelantai tiga, nggak papa aku sendiri aja ke lantai satunya" aku tidak mau ke Kantin lantai tiga karena tidak mau bertemu dengan para tokoh novel.
"kenapa? Jangan bilang kamu mau makan baso lagi?" zahra menatap ku yang kubalas anggukan kepala.
Untung saja Zahra menebak seperti itu, jadi aku punya alasan.
"elah di lantai tiga juga ada" Zahra berucap lagi.
Aku menggelengkan kepala "pasti beda rasanya" ujarku.
"yasudah kita ke lantai satu aja" ana berucap tetapi tetap melihat kearah depan.
"eh, nggak usah. Aku bisa sendiri, kalo kalian mau ke lantai tiga nggak papa serius" aku berjalan lebih cepat, kemudian aku berdiri di depan Zahra dan ana dan hal itu membuat ana dan Zahra menghentikan langkah kaki.
Aku menatap Mereke seraya menaikan kedua jariku, pertanda aku serius dengan ucapanku.
"kita juga serius mau ke lantai satu, ayok cepet" Zahra menarik tanganku dan berjalan cepat meninggalkan ana.
Kami bertiga menuruni tangga lalu langsung bergegas kekantin dan berjalan ke kursi pojok kanan, Zahra mengangkat tangannya. pelayan pun datang menghampiri meja kita. Zahra memesan bakso tiga mangkuk dan es teh tiga gelas setelahnya pelayan itu pun kembali.
Tak lama pelayan tersebut kembali membawa pesan kami dan sebuah alat untuk menggesek kartu.
Meletakkan pesanan di meja, aku, ana dan Zahra memberikan kartu kami, pelayan itu menggesek satu persatu kartu kamu. sesudah itu dia memberikan kembali kartunya. Dia bergegas pergi setelah kami mengucapkan terimakasih.
Saat hendak makan, tiba-tiba terdengar teriakan orang di sekitar kami, aku mendongakkan kepala melihat asal dari teriakan itu.
Di sana, di pintu kantin, terlihat Emira, derrrien dan Ghani beserta teman-temannya melangkah masuk ke dalam kantin.