NovelToon NovelToon
Tergila-gila Padamu

Tergila-gila Padamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: dochi_19

Benarkah mereka saling tergila-tergila satu sama lain?

Safira Halim, gadis kaya raya yang selalu mendambakan kehidupan orang biasa. Ia sangat menggilai kekasihnya- Gavin. Pujaan hati semua orang. Dan ia selalu percaya pria itu juga sama sepertinya.

...

Cerita ini murni imajinasiku aja. Kalau ada kesamaan nama, tempat, atau cerita, aku minta maaf. Kalau isinya sangat tidak masuk akal, harap maklum. Nikmati aja ya temen-temen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dochi_19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kejutan Gavin

Safira bersama kedua orang tuanya menaiki lift untuk menuju lobby hotel. Makan malam kali ini memang sengaja diadakan di hotel Winter milik Halim Group. Salah satu hotel yang terkenal dengan design mewahnya. Juga merupakan hotel terbaik di kelasnya. Baik itu fasilitas, pelayanan, hingga makanan. Kini menjadi hotel kebanggaan keluarga Halim, apalagi pejabat dalam maupun luar negeri sering menggunakan hotel ini. Oleh karena itu pula Safira lebih menyukai Spring yang menjadi tempat acara pertunangannya.

"Sudah kuduga acaranya akan jadi menyebalkan seperti ini."

Safira mengangguk di belakang Ibunya yang terus mengoceh pada Ayahnya tentang betapa buruknya acara tadi. Sedangkan Ayahnya hanya bisa mendengarkan dan sesekali menjawab 'ya'.

"Aku juga sudah memperingatkanmu tentang resikonya memilih anak itu sebagai menantu."

Safira menatap Ayahnya, menunggunya untuk merespon.

"Kamu tenang saja. Kita lihat perkembangannya nanti. Sekarang bukan saatnya mengurusi dia."

Ting!

Pintu lift terbuka.

"Kamu benar, sekarang bukan saatnya kita mengurusi dia. Biar Safira yang mengurus masalah di depan itu."

Ibunya bergeser ke samping. Safira yang bingung dengan ucapannya pun melihat ke arah depan. Saat itu pula ia seakan lupa caranya bernapas.

"Safira kamu urus dulu Gavin. Kalau tidak berhasil, Ayah akan kirim Rudi kemari."

Ucapan Ayahnya terdengar samar di telinganya. Dan ia bersyukur tidak lupa caranya berjalan tanpa terjebak di dalam lift.

.

.

GavinP : aku sudah sampai di depan

Maura : tapi aku belum selesai bekerja

GavinP : aku tunggu di lobby sampai selesai

Maura : makasih. Maaf merepotkan, ya

GavinP : ya

Maura menyelipkan ponselnya di saku. Ia kembali menjalankan tugasnya sebagai pelayan restoran di hotel bintang lima. Kali ini ia bekerja penuh semangat dan berharap pekerjaannya beres secepat mungkin.

Satu jam pun berlalu. Setelah berganti pakaian di ruang khusus pegawai, ia bergegas turun ke lobby. Sebenarnya ia tidak yakin apa Gavin masih di sana atau sudah pergi. Kalaupun sudah pergi, ia tidak masalah, toh ini salahnya yang tidak memberitahukan jam pasti pekerjaannya selesai. Dan jika Gavin masih di sana, ia akan sangat bersyukur dipertemukan dengan orang sebaik Gavin.

Ternyata Gavin memang orang yang baik. Lelaki itu masih menunggunya di sofa lobby. Dengan cepat ia menghampirinya.

"Maaf membuatmu menunggu. Aku tidak tahu kalau pekerjaannya akan selesai selama itu."

"Ya, tidak apa-apa." Gavin bergeser membiarkan Maura duduk di sampingnya.

"Terima kasih. Kamu pasti bosan."

"Tidak juga. Aku meminum kopi sambil mengerjakan sesuatu." Gavin menunjukkan layar iPad yang menampilkan grafik rumit. Yang sama sekali tidak dipahami Maura.

"Ya, syukurlah." Maura melirik gelas kopi di meja. Itu adalah kopi dari coffee shop khusus pelanggan VIP hotel dan dibuat oleh barista terkenal. Ia tercengang. "Kamu pelanggan VIP hotel ini, ya?"

"Ya, keluargaku yang berlangganan VIP di sini. Ada apa?"

"Ini kopi legend yang sering dibicarakan teman-temanku di sini. Mereka selalu penasaran dengan hasil karya seorang barista terkenal. Maklum kami hanya bisa mencicipi kopi di kedai biasa."

"Ah, kamu mau mencobanya?"

"Benarkah? Aku boleh mencobanya?" tanya Maura antusias.

Gavin mengangguk. Maura lalu mengambil gelas itu dan meminum kopinya.

Maura tersenyum lebar. "Luar biasa. Seorang barista hebat memang punya selera berbeda. Rasanya sangat kuat dan aku pikir ini tidak bisa ditiru oleh siapapun. Tapi tetap saja aku lebih memilih kedai kopi di ujung jalan sana. Kopinya sangat pas untuk bersantai-santai."

"Benarkah?"

"Ya, aku sering ke sana kalau ingin minum kopi sambil belajar. Itupun kalau ada uang bulanan lebih."

"Kalau begitu kita bahas materi di sana saja."

"Kamu yang traktir, ya?"

Gavin mengangguk. "Boleh."

Maura bersorak gembira. Mereka hendak berangkat tapi ponsel Gavin berbunyi jadi mereka berhenti sejenak.

SafHalim : lagi ngapain?

GavinP : lagi ada janji sama temen. Cuma sebentar, nanti aku hubungi lagi

SafHalim : aku butuh kamu sekarang

GavinP : ada apa?

SafHalim : aku gak tau

GavinP : nanti aku ke sana. Setelah ini beres

SafHalim : aku gak bisa napas

GavinP : Safira jangan bercanda! 😠

SafHalim : kak

GavinP : sekarang kamu dimana?"

SafHalim : lift lobby

"Sial!" Gavin mengumpat kesal membuat Maura meliriknya.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Maura khawatir.

"Ya, maaf sepertinya kita batalkan hari ini. Kamu pulang duluan saja."

Gavin langsung berlari seperti orang kesetanan. Maura melirik iPad yang ternyata tertinggal di meja. Dia segera mengambilnya dan berencana mengembalikan itu besok.

Gavin berlari sampai tiba di depan lift terdekat. Dan Safira ada di sana. Hampir saja Safira terjatuh ke lantai kalau ia tidak menahannya dengan cepat.

"Kenapa kamu bisa ada di sini, sih?" Gavin bertanya pada sosok Safira yang kini berada dalam pangkuannya. Ia membawanya menuju pintu keluar. Ia bahkan tidak sadar sudah berteriak pada petugas valet dan sering mengumpat karena lama mengambil mobil.

.

.

Safira membuka matanya. Rupanya ia berada di dalam mobil seseorang. Tapi siapa? Mungkinkah...

"Pak Rudi?" panggilnya pelan. Ia masih belum melihat jelas pengemudinya karena jalanan yang gelap.

"Ini aku," jawab si pengemudi yang langsung ia kenali.

"Ah, benar juga. Terakhir yang aku ingat chat kak Gavin. Aku pikir gak bakalan datang."

"Ya, untungnya aku datang tepat waktu."

"Makasih."

"Kenapa kamu bisa ada di sana?"

"Makan malam keluarga, ingat?"

"Oh, pantas saja. Sejak kapan kamu ada di depan lift?"

"Cukup lama. Sampai aku juga melihat kalian berbagi gelas yang sama."

Ciitttt

Gavin tiba-tiba saja mengerem mobilnya. Safira terkejut dan hampir terlempar ke depan kalau saja tidak pakai sabuk pengaman. Lelaki itu panik dan langsung mengecek keadaan Safira.

"M-maafkan aku. Kamu tidak apa-apa?"

"Aku baik-baik saja. Sebaiknya kamu tenangkan pikiran dulu setelah itu mengemudi lagi."

"Ya, kita harus bicarakan masalah tadi." Gavin pun memarkirkan mobilnya di pinggir jalan yang sepi.

"Apa yang ingin kamu ketahui? Aku bisa menjawab semuanya." Gavin membuka kedua sisi kaca mobil lalu mematikan mesinnya. Ia melepas sabuk setelah itu duduk menyamping untuk menatap Safira.

Safira duduk dengan tenang meski hatinya gelisah. Suasana memang gelap tapi ia bisa merasakan tatapan Gavin yang menusuknya. Ia membuka bibir lalu bertanya, "siapa gadis tadi?"

"Namanya Maura. Rekan untuk lomba. Bukankah kamu sudah tahu informasi ini?"

Safira tersentak. Ternyata Gavin mengetahui itu. Lalu jam di tangannya berbunyi.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Gavin khawatir seraya menarik pergelangan tangannya yang tidak terpasang jam.

"Ya, jangan pedulikan itu," jawab Safira menarik tangannya yang dipegang Gavin.

"Apa ada lagi yang ingin kamu tanyakan?"

"Ada. Jadi, dia hanya sebatas rekan?"

"Tentu saja."

"Kamu yakin? Interaksi kalian tadi seperti lebih daripada itu."

"Sayang, dengarkan aku! Kalaupun ada hubungan lain antara aku dan Maura, itu tidak lebih dari teman. Jadi tolong jangan lakukan apapun padanya. Dia tidak ada hubungannya dengan kita."

"Kak Gavin, aku tidak punya kekuasaan seperti itu. Kakak tahu sendiri 'kan?"

"Sayang, aku tidak mungkin mengkhianati pertunangan kita. Aku hanya mencintaimu. Kamu tahu itu. Kamu tidak usah mengkhawatirkan apapun." Gavin membuka sabuk pengaman miliknya dan Safira lalu menariknya dalam pelukan.

"Ya, asal kamu selalu untukku. Aku akan memberikan apapun." Safira membalas pelukan Gavin.

"Tentu saja. Gavin hanya milik Safira seorang."

Selalu seperti ini. Pada akhirnya keduanya akan menyerah pada masing-masing.

"Apa ada orang lain yang melihat?"

"Aku tidak tahu. Mungkin hanya Ibu dan Ayah. Ayah pasti memanggilmu nanti."

"Ya, aku akan menemuinya besok."

"Lain kali jangan pakai ruang publik untuk bertemu perempuan apalagi tempat milik keluarga Halim. Terutama setelah pesta pertunangan kita digelar."

"Aku akan lebih berhati-hati."

.

.

Safira baru saja masuk ke dalam rumah tapi Ayahnya sudah meminta bertemu. Tadi bi Surti yang menyampaikannya. Dan di sini ia sekarang, di dalam ruangan bergaya kontemporer dengan rak buku yang tingginya hampir mencapai plafon. Ada perapian di bagian sisi, ia menjadi sedikit rileks berkat hangat dari sana. Ayahnya sangat menyukai rumah di Amerika, hingga ruang kerja pun dibuat semirip mungkin. Jujur ia tidak sering dipanggil kemari, lagipula siapa yang menyukai tempat suram seperti ini. Hanya Gavin dan Ayahnya. Ya, mereka sering berada di sini berjam-jam sampai ia menghabiskan satu film sendirian. Safira pun duduk di salah satu sofa di sana yang muat untuk tiga orang. Sedangkan Ayahnya duduk di kursi depan meja kerjanya.

"Masalah di hotel tadi sudah beres?" tanya Ayahnya.

"Ya, Ayah hanya perlu memastikan tidak ada yang melihatnya selain keluarga kita," jawab Safira.

"Ayah sudah mengurus bagian itu. Jadi, bagaimana Gavin? Apa hubungan kalian baik-baik saja?"

"Kami baik. Kejadian tadi hanya salah paham."

"Baguslah. Kamu harus bertanggung jawab karena memilih dia sebagai pasangan."

"Apa Ayah menyesal?"

Ayahnya tertawa lalu menjawab, "ya, untuk tindakannya malam ini. Tapi aku senang. Karena dengan kesalahan itu aku bisa menekannya lebih keras lagi. Dan dia tidak akan melawan. Setidaknya aku harus berterima kasih padamu Safira, memilihkan menantu yang bisa dikendalikan."

"Ya. Kalau begitu aku permisi."

Safira keluar dari ruangan pribadi Ayahnya. Pikirannya berkelana. Sekarang ini, haruskah ia menyesal? Haruskah ia merasa bersalah karena memilih Gavin?

.

.

TBC

1
hayalan indah🍂
bagus
Dochi19_new: makasih kak, pantengin terus ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!