NovelToon NovelToon
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: julius caezar

Kisah cinta anak SMA terhadap seorang dokter tampan yang baru saja dikenalnya di sebuah pesta ulang tahun temannya. Sonia demikian mabuk kepayang dan jatuh cinta pada dokter Monark, tanpa dia menyadari bahwa dia menjadi target sang dokter. Segala nasehat kakaknya tentang pribadi sang dokter, sama sekali tidak didengarkan. Tapi situasi bisa saja berubah. Bagaimana kelanjutan cinta Sonia dengan dokter Monark?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8 : PERTEMUAN

"Oh, halo Kirana! Sebentar lagi pasti akan hujan lebat!"

    Yang disapa melirik ke luar jendela, menatap langit yang begitu cerah lazuardi. "Dari mana bisa hujan?" tanyanya heran.

    "Habis kau ke sini menemui aku. Tumben."

    Kirana mendengus kesal, Tapi Monark malah tertawa lebih keras. "Ada perlukah? Barangkali." Dia berjalan menghampiri gadis itu hingga mereka berdiri dekat sekali, kurang dari sejengkal.

    "Tentu saja."

    "Ya, kamu benar. Kalau tidak ada perlu, masa burung merak mau menjumpai burung gagak jelek btamuegini? Silakan duduk. Mau konsul pasien?"

    Kirana menggelengkan kepalanya. "Tidak usah duduk. Bukan mau konsul."

    Karena gadis itu ngotot tetap mau berdiri, Monark terpaksa berdiri juga. Ke dua tangannya dimasukkan ke dalam saku, seolah mau melarang keduanya berbuat yang tidak etis terhadap tamu, misalnya menyentuh atau lebih celakanya, merangkul.......!

    "Lalu ada urusan apa, Na? Wajahmu mendung banget, apa ramalan cuaca hari ini kurang baik?"

    Kirana menggigit bibir. Monark belum bosa bosan juga menelurkan lelucon basi dari zaman purba, ketika mereka masih.......

    "Enggak lucu ah. Aku serius, nih."

    "Aku ngerti. Kerut keningmu sudah mengatakannya dengan jelas."

    "Bagus bila kau ngerti. Jadi jangan main main."

    "Aku sedang main apa?" tanya Monark sambil mengeluarkan ke dua tangannya sebelum mengurung mereka kembali ke dalam saku.. Kirana menggigit bibir kembali. Ditahannya emosi agar tidak sampai habis sabar.

    "Jangan bergurau, ah. Aku punya problem penting sekali. Maukah kau mendengarkan?"

    "Tentu."

    "Kau mau menolong?"

    "Oh? Nona Kirana perlu pertolongan hamba, si hina ini?"

    "Monark! Tidak bisakah kau serius dikit?!" Kirana menjadi jengkel juga, padahal tadi sudah berjanji di dalam hati, akan menahan sabar. Bibirnya yang mungil bergerak gerak, gemetar, dan menggeletar menahan sabar yang hampir bubar. Monark justru maskin asyik memperhatikan dengan mata yang berbinar jenaka, menyembunyikan senyum.

    "Kau mau menolong?" ulang Kirana.

    "Tentu."

    "Nah, aku minta agar kau menjauhi adikku."

    "Apakah itu minta tolong namanya? Siapakah adikmu? Aku tidak mengenalnya."

    "Buset! Kau memang pintar berlagak pilon. Tapi di depanku, akal itu tak ada gunanya. Kau kenal Sonia, bukan?"

    "Mungkin. Tapi kenalanku begitu banyak, mana bisa aku ingat satu per satu?"

    "Keterlaluan! Sonia kau anggap cuma kenalan? Kau sudah timbuni anak itu dengan segala macam hadiah, lalu kau anggap dia cuma kenalan belaka?"

    "Lho?? Apa salahnya memberi hadiah? Lantas, aku harus menganggapnya apa? Dia kan masih kecil? Belum juga tamat SMA."

    "Syukur kalau kau mengerti bahwa dia masih kecil. Sebab itu aku minta kau jauhi anak itu."

    "Hm. Jadi Sonia itu adikmu?"

    "Huh! kau sebenarnya sudah tahu! Kenapa mesti pura pura lagi? Aku tegaskan sekali lagi, tinggalkan anak itu sebelum terjadi sesuatu."

    "Kenapa harus kutinggalkan? Aku senang padanya. Dia juga senang padaku! Kami tidak menyusahkan siapapun."

    "Kau menyusahkan aku."

    "Oh ya? Ah, masa?" Matanya berputar putar mengawasi Kirana dengan jenaka, membuat gadis itu menggertak gigi menahan emosi.

    "Teman kencanmu pasti banyak. Buat apa kau dekati gadis cilik seperti itu? Sonia masih suka nangis kalau nilai ulangannya jelek atau rapor nya kebakaran. Dia belum cocok untuk di ajak pacaran begitu serius."

    "Lalu, siapa yang pacaran begitu serius? Aku? Ah, kau main main."

    Kirana menggigit bibir untuk ke tiga kalinya. Hebat sekali lidahnya, pikir Kirana. Tidak disangka demikian runcing dan tajam. Hampir mati kutu dia dibuatnya. "Nah, kebetulan juga bila kau memang tidak serius. Jadi tidak ada alasan kenapa kau tidak bisa meninggalkannya!?"

    "Siapa bilang tidak bisa? Tentu saja aku bisa! Apa sih artinya seorang bocah cilik yang masih kuncup begitu? Tak ada manfaatnya bagiku. Tapi persoalannya adalah...... aku memang punya alasan untuk tidak meninggalkannya. Aku tidak......belum mau meninggalkannya. Kecuali......."

    Kirana membelalak seolah tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. Akal bulus apa yang sedang di coba laki laki ini terhadap adiknya? Mendadak dia teringat sesuatu. Air mukanya jadi pucat. Jantungnya berdetak keras sekali. Butir butir keringat menetes di sana sini, kayak rintik hujan di atas kepalanya, walaupun cuaca sangat cerah saat itu. Punggungnya terasa dingin seperti dialiri air es.

    "Kau....kau....," suaranya mendadak jadi parau. "Kau mau mencelakakan dia! Kau ingin dia patah hati dan merana! Kau sudah tahu, betapa dia merasa mencintaimu dan dengan sengaja kau hancurkan hatinya!"

    "Tepat sekali!" kata Monark dengan tenang, matanya menyiratkan tantangan.

    "Bajingan!" kata Kirana dengan amat gusar.

    "Aku memang mau menghancurkan hati Sonia," kata Monark selanjutnya dengan kalem. "Tapi bukan tanpa sebab. Ingat, aku pernah bilang, suatu kali akan kubalas sakit hatiku padamu! Dan niat ini akan kulaksanakan! Jangan mengira bahwa aku berhati lembek dan cuma bisa menggertak saja! Kau akan lihat nanti, hati siapa yang akan lebih hancur. Hati adikmu atau hatiku, dulu!"

    Kirana demikian marah, sampai dia tak bisa berkata kata. Lehernya naik turun, menelan amarah dengan susah payah. Berbagai kata makin sudah siap di ujung lidah, namun dia tak sanggup melontarkannya ke luar.

    Monark menatapnya dengan senyum sinis penuh ejekan calon pemenang. Matanya yang biasanya hangat, kini mengecil hingga nyaris tak terlihat lagi. Dari celah celah bulu matanya yang lebat, ditatapnya gadis ayu yang tengah kemekmek dilanda amarah.

    "Nah?" ejeknya menuang minyak ke dalam api. "Kau mau apa sekarang?"

    Kirana tetap menahan diri, tidak berucap sepatah katapun. Bibir bawahnya digigitnya erat erat hingga terasa asin. Tercium olehnya bau besi dalam mulutnya. Dia tahu, bibirnya telah berdarah. Namun dia tetap bertahan. Bibirnya terkatup erat seperti capit kepiting. Sesungguhnya dia putus akal, tak tahu harus menyemprot dengan kalimat marah yang bagaimana lagi. Akhirnya, yang keluar cuma keluhan putus asa. "Rapi, dia kan tidak bersalah apa apa...."

    "Hm. Rupanya kau belum pernah mendengar tentang kaum mafia yang menyangkut semua anggota keluarga mulai dari bayi sampai kakek nenek jompo!"

    Kirana seolah siap meledak setiap saat. Hidungnya kembang kempis, matanya penuh api. Sayangnya, tak mampu lagi membakar hangus orang yang saat ini ada di depannya. Akhirnya, dia cuma kembali mengeluh pelan, hampir tak berbunyi.

    "Baiklah. Aku kasihan padamu," kata Monark setelah beberapa menit, membuat hati Kirana terlonjak penuh harap. "Bukan padamu. Aku bersedia meninggalkannya sebelum hatinya patah, dengan syarat....." Didekatkannya wajahnya ke pipi gadis itu. Kepalanya menunduk, nyaris menyentuh kelopak mata Kirana. Napas yang hangat mengelus hidungnya, membuatnya kegelian.

    Kirana terlonjak dengan dada meledak mendengar kata kata Monark.

        "..... dengan syarat kau rela menyerahkan diri padaku! Barulah dengan begitu sakit hatiku boleh dianggap impas!" Belum lagi selesai dia menyeringai sinis, belum lagi suaranya hilang dari telinga Kirana, Monark sudah mengaduh. Tangannya serentak ke luar dari saku. Yang kiri langsung mendekap pipi. Matanya menyala buas, seolah ingin menelan korban di depannya.

    Kirana juga menatapnya tanpa berkedip. Seakan dia tidak sadar apa yang terjadi. Dia sama sekali tidak ingat telah melayangkan tangan. Tapi telapak tangan kanannya terasa pedih. Jadi memang dia telah menampar Monark. Cukup pantas, katanya dalam hati. Dia sama sekali tidak menyesal. Lebih dari pantas, untuk kekurang ajaran yang melewati batas!

    Sebelum dia memberi selamat atas keberaniannya, tahu tahu Monark sudah bergerak. Begitu cepat, hingga Kirana tidak bersiaga. Mendadak saja Monark sudah lenyap dari hadapannya. Ketika dia mau menoleh, tiba tiba didapatinya ke dua tangannya ditelikung ke belakang. Sama sekali tak bisa digerakkan. Puntiran itu bukan main kerasnya, menimbulkan rasa nyeri yang sangat.

    "Kau minta maaf?" desis suara di pinggir telinganya. Kirana menggigit bibir. Puntiran diperkeras.

    "Ibuku sendiri belum pernah menampar aku! Kau tidak tahu konsekuensinya menampar seorang lelaki! Minta maaf atau tidak?"

    Kirana berdiam diri. Bibir atasnya kini giliran berdarah ketika digigitnya keras keras. Dia berharap, dengan begitu rasa sakit dari tangan dan sendi bahu takkan terlalu disadarinya. Tapi dia keliru. Nyeri itu demikian menyengat hingga air matanya nyaris melelh turun. Namun dia masih tetap membandel.

    "Buat apa meminta maaf pada bajingan!"

    "Oke! Kita akan terus begini, disini. Kalau perlu sampai malam, sampai rumah sakit ini ditinggalkan orang. dan aku bisa memperlakukan kau sesuka hati nanti. Silakan membayangkan kira kira apa yang bakal terjadi pada gadis sok ringan tangan dan gemar membuat orang sakit hati!"

    Ancaman itu mengerutkan hati Kirana, namun dia tak mau memperlihatkannya. "Kau gila!" dengusnya. "Aku akan berteriak sampai ada yang datang."

    "Siapa? Suster? Ha, silakan. Bila kau sudah ingin dijadikan bahan gosip. Berduaan di kamar dokter yang sempit, lengkap dengan ranjang, kasur dan bantal.....silakan menjerit sekut tenaga!"

    Kirana mati kutu. Puntiran terasa tidak tertahankan. Butir butir keringat sebesar mutiara bermunculan seperti mahkota di dahinya. Pandangan matanya mulai gelap menahan nyeri. Kepalanya terasa pusing dan ringan. Aku bisa pingsan, pikirnya sesaat sebelum didengarnya kembali desis di belakangnya.

    "Nah.... mau minta maaf?"

    "Aku.....minta.....ma...af."

    "Kepada siapa? Kambing? Babi? Kerbau? Sebut namaku! perintahnya dengan tegas.

    Kirana menggigit bibir dan memejamkan mata. "Aku minta maaf, Monark," bisiknya secepat angin lalu.

    Puntiran ditangannya segera dilepas. "Begitu lebih baik. Lain kali, harus ingat ingat dulu sebelum menggerakkan tangan!" Lalu tanpa perhatian sedikitpun, Monark bergerak kembali ke arah meja kerjanya, meninggalkan Kirana berdiri di dekat jendela.

    Diurut urutnya pergelangan tangannya yang terasa berdenyut nyeri. Ada bercak merah menyala di situ. Bekas jari jari dan kuku yang kuat terlihat jelas. Kirana menggertakkan gigi. Rasanya ingin sekali menangis, namun sekuat hati ditahannya. Diurut urutnya terus bercak merah itu. Dia takkan berani keluar dari ruangan ini selama merah merah itu masih kentara. Pasti ada teman yang melihat dan bertanya. Oh, berduaan di kamar dokter Monark?! Aduh, ke mana dia mau sembunyi nanti.

    Lewat lima menit, warnanya mulai redup. Nyerinya juga sudah berkurang, tinggal pedih sedikit. Tanpa menoleh lagi, Kirana melangkah ke pintu dan membukanya pelan. Seandainya dia menoleh, pasti akan didapatinya dokter Monark tengah mengawasinya dengan tatapan yang sulit dianalisa. Tapi dia tidak menoleh. Dia berjanji dalam hati, takkan pernah mau menoleh lagi ke arah laki laki itu.

    "Ingatlah syaratku!" kata suara tenang dari belakang. "Begitu kau bersedia memenuhinya, akan kulepas adikmu!"

    Kirana menghilang di balik pintu. Dia tidak menoleh. Tidak pula menunjukkan bahwa dia sudah mendengar.

1
Siti Khalimah
beneran tamat ni???
julius: Baca karyaku yg terbaru ya kak? Ketika Secuil Cinta itu Tumbuh. Terima kasih 🙏🙏🙏
julius: iya kak hehehe. Tunggu cerita berikutnya ya? Tidak kalah menarik kok. Jangan berhenti dukung author ya? 🙏🙏🙏
total 2 replies
Siti Khalimah
eh tambahdeh penggemar sonia
julius: dukung terus ya kak 🙏
total 1 replies
Siti Khalimah
moga kirana balikan sama ? monark
julius: sabar ya kak? up date nya sedang dikerjakan 🙏
total 1 replies
Siti Khalimah
uhh sakit
Siti Khalimah
ok semangatttt
julius: terima kasih kak
total 1 replies
Siti Khalimah
waduh gawat!!!!dendam den#am
Siti Khalimah
lanjuuutttt
Siti Khalimah
kenapa langsung kecantolya sonia?
julius: Hehehe, mungkin karena cinta monyet ketemu karisma dokter ganteng kak. Mohon terus dukung author ya kak...
total 1 replies
Morna Simanungkalit
tetap semangat ya thor
julius: Terima kasih. Terus dukung ya kak....
total 1 replies
Sunshine🤎
Semangat trs untuk authornya. 1🌹 for you sering² interaksi dan tinggalkan jejak di karya author lain dan promosiin karyamu Thor /Ok/
julius: Terima kasih. Dukung kami terus ya kak 🙏🙏🙏
total 1 replies
°·`.Elliot.'·°
Gila seru!
julius: terima kasih. dukung terus ya kak 🙏
total 1 replies
Haruhi Fujioka
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
julius: Sabar ya kak, tiap saat pasti di update koq. Terima kasih dukungannya 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!