lola adalah gadis cantik lugu yang dilamar untuk menjadi istri seorang ceo mafia yang terkenal tempramental dan kejam setelah ditinggal oleh sang kekasih....
bagaimana kisah lanjutan lola,yuk mampir dan baca🙏😇.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB ~11²
...❣️❣️❣️...
...Namun, setelah kepergian Lola, Tuan Alberto dan Nyonya Amelia yang baru saja keluar dari rumah sakit memilih singgah di mansion Bastian, karena rasa rindu yang menguat pada Lola. Mereka berharap akan disambut kehangatan menantunya, tapi harapan itu pupus. Lola tidak ada di mansion. Kecemasan tipis mulai merayapi hati Nyonya Amelia....
"Ke mana menantuku pergi, Bi?" Tanya Nyonya Amelia, nada suaranya tersirat kekhawatiran.
Kepala pelayan menggelengkan kepala, wajahnya menunjukkan kebingungan. "Aku tidak tahu, Nyonya Besar. Saat aku di dalam dapur dan hendak memanggil Nona untuk sarapan, Nona sudah tidak ada di dalam kamar," ucap kepala pelayan, suaranya penuh penyesalan.
"Ma... coba telepon Bastian, dia pasti tahu ke mana istrinya pergi," usul Tuan Alberto, ada nada desakan dalam suaranya.
...Nyonya Amelia pun mengambil ponsel di dalam tas tangan miliknya, jemarinya sedikit bergetar, lalu menghubungi Bastian....
"Halo, Bastian."
"Iya, halo Mama, apakah kalian sudah pulang? Aku baru saja akan menjemput kalian," ucap Bastian lewat panggilan, suaranya terdengar datar dan tidak antusias.
"Bastian, Mama mau tanya, di mana menantu Mama?" Tensi dalam suara Nyonya Amelia meninggi.
"Aku tidak tahu, Ma." Jawaban singkat Bastian memicu kemarahan.
"Tidak tahu?! Jawaban macam apa itu, Bastian?! Pokoknya kamu harus mencari Lola sampai ketemu, Mama tunggu di mansionmu, titik!" Suara Nyonya Amelia meledak-ledak, penuh amarah dan frustrasi, mengabaikan segala protes Bastian.
Tut... tut... tut.
...Setelah Nyonya Amelia mematikan panggilan sepihak, sebuah geraman tertahan keluar dari tenggorokan Bastian. Ia langsung geram, urat-urat di lehernya menonjol, dan meninju angin dengan kuat. Ia mengertakkan gigi, amarah membara di matanya, lalu memerintah para anak buahnya dengan suara tajam untuk mencari keberadaan Lola. Ada keterpaksaan dan kejengkelan yang jelas dalam nada suaranya....
❣️
❣️
❣️
...(Di mansion keluarga Fernandes)...
...Lola yang baru saja sampai langsung membayar taksi, tangannya sedikit gemetar saat menyerahkan uang. Aroma knalpot dan jalanan yang hangat masih melekat di udara. Ia berjalan masuk, langkahnya dipenuhi harapan sekaligus ketakutan. Nyonya Lena dan Sonia yang melihat kedatangan Lola langsung kaget, mata mereka membulat, dan menghampiri Lola dengan emosi yang membara, amarah terpancar jelas di wajah mereka....
"Kenapa kamu kembali ke sini?!" Tanya Nyonya Lena, suaranya melengking tinggi, menusuk telinga, matanya melotot tajam ke arah Lola, seolah ingin membakar.
"A-aku mau pulang, Ma... aku tidak tahan lagi dengan Tuan Bastian, dia menyiksa ku, Ma, aku ingin bercerai darinya, hiks, hiks, hiks," ucap Lola, suaranya tercekat oleh isak tangis yang pecah tak tertahankan.
...Air mata mengalir deras di pipinya yang memerah, tubuhnya bergetar hebat karena keputusasaan....
"Beruntung bukan aku yang dipilih oleh Nyonya Amelia, hahahaha, mampus kamu, anak sialan!" batin Sonia, bibirnya membentuk seringai jahat dan penuh kemenangan. Ada rasa puas melihat penderitaan Lola.
"Tidak bisa! Kamu sudah menikah dengannya, dan Papamu sudah memakai uang mahar yang diberikan oleh Nyonya Amelia, jadi sebaiknya kamu kembali!" Bentak Nyonya Lena, suaranya tajam dan kejam, sambil mengusir Lola dengan gerakan tangan yang tegas. Kata-katanya terasa seperti tamparan kedua bagi Lola.
...Mendengar penolakan Nyonya Lena, Lola pun berlutut di hadapan Nyonya Lena dan Sonia, tubuhnya merosot, lututnya membentur lantai dingin. Ia menautkan kedua tangannya di depan dada, memohon dengan putus asa....
"Aku tidak mau, Ma... tolong... dia akan membunuhku, hiks, hiks, hiks!" Imbuh Lola, menangis tersedu-sedu, suaranya serak karena kesedihan dan ketakutan yang mencekam.
"Pergi kau! Aku akan menelepon Papamu sekarang!" Usir Nyonya Lena, nada suaranya penuh jijik, sambil menendang Lola menjauh dengan kakinya. Rasa sakit fisik berpadu dengan kepedihan di hati Lola.
...Lola tidak peduli dirinya sedang terluka. Rasa sakit di tubuhnya tidak sebanding dengan rasa takut yang menguasai jiwanya. Ia kembali bangkit, tekad samar muncul dari keputusasaannya, dan terus memohon. Saat ini, dia sangat takut untuk pulang, dan satu-satunya orang yang dia harapkan sekarang adalah keluarganya. Tuan Markus, yang ditelepon oleh Nyonya Lena, langsung pulang. Suara deru mobilnya terdengar, dan tak lama kemudian ia masuk ke dalam mansion, raut wajahnya mengeras....
"Lola, cukup!" Bentak Tuan Markus, suaranya berat dan mengintimidasi, sambil berjalan menghampiri mereka.
...Mendengar suara Tuan Markus, Lola berbalik, matanya yang sembab kini memancarkan secercah harapan. Sebuah senyum tipis, bercampur air mata, terukir di bibirnya. Ia mengusap air mata dengan punggung tangan, lalu berlari kecil ingin memeluk Tuan Markus, mencari perlindungan yang sangat ia rindukan. ...
...Tapi, setelah sampai di hadapan Tuan Markus, Lola langsung disambut dengan tamparan keras yang memekakkan telinga, terasa bagai petir menyambar wajahnya. Kepala Lola terhuyung, dan ia terjatuh tepat di hadapan Bastian, yang baru saja sampai dan berdiri tegap di pintu mansion keluarga Fernandes, dengan aura dingin dan mengancam....
"Jadi begini kalian memperlakukan istri keluarga Rodrigues?" Tegur Bastian, suaranya rendah namun menusuk, penuh celaan, menatap mereka dengan tatapan nyalang yang penuh peringatan.
"Kenapa kamu ke sini? Kamu berharap mereka akan membelamu? Tidak, mereka tidak akan membelamu, Lola, karena kau sudah dijual seutuhnya kepada keluarga Rodrigues, dan orang yang kamu anggap ayah itu bukanlah ayah kandungmu," jelas Bastian, suaranya dingin dan tanpa belas kasihan, sambil membantu Lola berdiri.
Kata-kata itu menusuk Lola lebih dalam dari tamparan mana pun.
"Papa... apakah benar yang Tuan Bastian katakan? Apakah Lola bukan anak kandung Papa?" tanya Lola, bibirnya bergetar hebat, air mata terus mengalir tanpa henti, membasahi pipinya. Dunia Lola seolah runtuh.
"Iya, kamu bukan anak Markus, karena saat ibumu menikahi Markus dalam keadaan hamil tua, karena ibumu itu wanita jalang yang tidak tahu malu!" Hardik Nyonya Lena, suaranya penuh kebencian dan jijik, menjawab pertanyaan Lola, karena suaminya terdiam membisu, wajahnya pias dan malu.
"Lola mengerti sekarang, kenapa Papa selalu membenci Lola, dan bahkan tidak ragu untuk menjual Lola, karena Lola bukan anak kandung Papa seperti Kak Sonia. Jadi benar apa yang dikatakan Tuan Bastian, kalau Lola adalah anak haram," ucap Lola, suaranya bergetar menahan isak tangis yang pilu, menundukkan kepala, menangis sejadi-jadinya, merasakan kehancuran total. Rasa sakit karena penolakan itu begitu membekas.
"Pelayan! Bawakan barang-barang rongsokan anak haram itu dan buang! Aku tidak tahan lagi melihatnya!" Perintah Nyonya Lena, suaranya nyaring dan penuh penghinaan.
...Para pelayan pun dengan berat hati mengemas barang-barang Lola, termasuk foto usang sang ibu, dan memasukkannya ke dalam koper. Ada rasa iba samar di mata mereka. Lalu, mereka menyerahkan koper itu kepada Lola. Lola mengambil foto sang ibu, jemarinya gemetar menyentuh bingkai yang usang itu, langsung memeluknya erat, dan menangis terisak-isak, air matanya membasahi foto, seolah membasuh luka hatinya yang menganga....
"Kalian, bawa semua barang Lola. Ayo kita pergi dari sini. Mulai dari sekarang kamu tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi dengan keluarga ini," tegas Bastian, suaranya dingin namun ada nada otoritas yang tidak dapat dibantah.
...Ia meraih lengan Lola, genggamannya kuat namun kini terasa sedikit melindunginya, dan membawanya pergi meninggalkan mansion. Lola pergi dengan hati hancur, namun juga secercah harapan yang baru....
(Bersambung)
sukses selalu