Haura, gadis manja yang menikah dengan Alkana, laki-laki yang lebih tua beberapa tahun darinya. Laki-laki yang sudah ia impikan untuk menjadi suaminya sejak kecil.
Alkana menikahi Haura karena permintaan sang Mami. Bahkan ia sempat sesumbar tidak akan menyukai perempuan yang dalam bayangannya dulu hanyalah anak culun yang mengekorinya kemanapun pergi.
Namun, setelah akad Alkana malah menjilat ludah sendiri. Ia akui ia sudah jatuh hati sejak melihat Haura stelah bertahun-tahun lamanya tidak berjumpa. Haura kini menjelma menjadi gadis cantik.
Bagaimana perjalanan pernikahan mereka disaat ada sosok Melodi yang hanya diakui Alkana sebagai sahabat namun, memendam perasaan pada Alkana dan tidak terima bahwa wanita lain yang jadi pendamping hidup lelaki pujaannya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HIPDD Kekasih Berkedok Sahabat?
Haura, Istri Pilihan Dari Desa (23)
Makan malam pertama di runah Papi Dirga sungguh ramai. Tidak hanya ada Haura dan Kenan. Refa dan Rega juga ada.
Refa yang biasanya tinggal di apartemen agar mengefisienkan waktunya, kini menginap di unah untuk menemui Haura. Menghiburnya.
Rega pun demikian. Ia ingin tahu kondisi adik iparnya. Kalau Alvin, tentu dia ada karena tinggal bersama orang tuanya.
" Makan yang banyak La. Biar cepat pulih," ucap Refa penuh perhatian.
" Iya, kalau udah pulih kan bisa program hamil nanti," Rega hanya meringis karena tatapan tajam ibunya.
" Adikmu ini masih pemulihan. Sudah ngomong program hamil. Kalau Al semangat kan gawat," tegur Papi Dirga
Semua jadi terkekeh melihat ke arah Alkana yang muram karena jadi ledekan.
" Tapi, setelah kejadian ini Lala kayaknya gak mau punya anak," jawaban Haura membuat semua terdiam .
" Kenapa? Trauma karena keguguran?," tebak Refa.
" Bukan,"
" Lalu?,"
" Kalau dia ada. Kasihan karena harus berebut perhatian ayahnya. Ayahnya kan sibuk," jawab Haura datar tanpa menyadari semua mata melihat ke arah suaminya.
" Kalau kerjaan kan bisa di atur. Lagipula itu perusahaan Papi. Jadi, tidak perlu khawatir ya." Ucap Refa
" Kalau sibuknya dengan hal lain kan gak bisa di atur Papi," jawab Haura lagi.
Semakin yakin lah kedua orang tua Alkana dan Alkana sendiri bahwa Haura tahu sesuatu. Sementara Rega, Refa dan Alvin hanya mengerutkan keningnya.
" Sibuk apa memangnya?,'
"Tanya Aa, aja. Lala juga gak pernah di kasih tahu," jawab Haura. " Lala pamit duluan ke kamar ya, Lala mau istirahat. Permisi," Haura meninggalkan meja makan dengan suasana yang cukup hening.
" Al, jelaskan setelah makan. Awas kalau bikin masalah di belakang kami," kesal Refa membuat Alkana sulit menelan salivanya.
" Iya. Sibuk apa coba? Kerjaannya pulang on time kok," geram Rega.
" Sibuk sama perempuan lain, mungkin. Makanya Teh Lala marah," jawab Alvin sekenanya.
Alvin terdiam saat tidak ada yang memukul kepalanya. Padahal ia sudah menjaga sekuat tenaga agar kepalanya aman.
Namun, aneh tidak terjadi apapun. Tidak hanya Alvin yang merasa aneh. Kedua kakak Alkana pun sama. Padahal jika keduanya saling ledek, pasti ada kegaduhan.
" Jangan bilang kalau yang dikatakan Alvin benar?,'
Alkana hanya diam.
...******...
Alkana masuk ke dalam kamar dengan tubuh remuk redam.
Refa dan Rega tidak henti memukulinya. Baik di pundak ataupun punggungnya. Mereka menghindari area yang terlihat dan akan menjadi tanda tanya Haura.
Alvin sebenarnya iba, namun ia tak mau jadi sasaran amukan kedua kakaknya. Salah Siapa yang membuat keduanya murka.
Menjadikan iba dan bantuan dari sahabat sebagai alasan Mas nya itu menemani Melodi selama ini. Dengan penyakit yang entah benar atau tidaknya.
Keduanya juga mempertanyakan kebenaran sakitnya Melodi. Karena sempat beberapa kali melihat Melodi dan ia tak nampak seperti orang sakit.
" Untung gak kelihatan," lirih Alkana sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Sebenarnya bukan Haura yang menjadi alasan kedua kakaknya menghindari area terlihat untuk menjadi samsak tinju. melainkan Keluarga Haura yang esok akan datang.
Alkana menatap wajah Haura yang masih tampak pucat. Sakitnya dipukuli oleh kedua kakaknya tidak lebih sakit dari pengabaian Haura.
" Maaf."
Alkana mencium kening Haura perlahan. Tak ingin si empunya terbangun karena ulahnya.
" Mungkin, apa yang Mami dan Papi katakan benar,"
...******...
Suasana rumah semakin ramai dengan kedatangan keluarga Haura. Adik sepupunya yang cerewet itu pun mampu membuat senyum Haura mengembang. Senyum yang tak pernah Alkana lihat lagi sejak Haura di rumah sakit.
" Lala bilang ingin pulang? Apa kalian bertengkar?," tanya Ilham pada Alkana. Kini keduanya memisahkan diri karena ingin berbicara serius.
" Maaf, Uwa. Ini salah Al."
" Ada apa?,"
Alkana pun menceritakan semuanya. Tanpa terkecuali.
" Kamu yakin tidak punya perasaan apapun pada perempuan itu?," tanya Ilham pada Alkana
Ilham akhirnya mengerti kenapa Haura ingin pulang ke rumahnya di kampung.
" Saya tidak punya perasaan apapun, Uwa. Saya yakin seyakin-yakinnya," Alkana tidak ingin Uwa Ilham meragukannya.
" Kamu tahu, tak ada persahabatan antara lawan jenis. Seharusnya kamu bisa menjaga jarak dengan wanita manapun. Apalagi kamu kini sudah beristri."
Alkana masih diam mendengarkan.
" Jangankan perempuan asing yang kamu labeli sahabat. dengan sepupu atau ipar perempuan pun kamu harus menjaga jarak. Jika tidak ingin ada Maslah dalam rumah tanggamu,"
" Sebenarnya, Al hanya merasa berhutang budi. Dulu, dia mendonorkan darahnya untuk Al saat Al kritis dan hampir kehilangan nyawa karena kecelakaan."
Ilham melihat ke arah Alkana. " Uwa sudah dengar cerita itu dari kedua orang tua mu. Tapi, menurut Uwa jika dia ikhlas, dia tidak akan mengungkit kenaikan yang sudah ia lakukan. Kecuali ia melakukan dengan pamrih. Berharap mendapatkan sesuatu,"
Deg
Alkana diam. Melodi sering mengungkitnya. Bahkan kedua orang tuanya juga.
" Kalau begitu, selesaikan masalahmu dengannya dulu. Jika ia merasa kamu harus membalas Budi, maka tanyakan apa yang dia inginkan. Kalau tidak, selamanya kamu akan selalu diminta membalas budi.
Kamu harus ingat sebuah peribahasa, hutang emas dapat di bayar. Hutang Budi di bawa mati,"
" Al harus bagaimana, Uwa. Al tidak ingin kehilangan Lala. Dia seperti menjauh menjadi sosok yang tidak Al kenal. Sangat terlihat membenci Al,"
" Al izinkan saja dia pulang dulu. Selesaikan masalahmu dengan perempuan itu."
" Tapi, Al tidak mau sampai rumah tangga Al berantakan,Uwa."
" Jujur pada Lala. Ceritakan semuanya. Termasuk kamu yang akan menyelesaikan semuanya. Agar saat Lala pulang kembali kesini, tidak ada lagi masalah yang sama,"
"Bantu, Al ya, Wa?,"
Ilham menghela nafas. "Sebenarnya Lala itu kalau sudah kecewa, cukup susah. Apalagi kamu tidak jujur. Melihat sikap Lala, Uwa yakin Lala tahu sesuatu,"
" Al juga berfikir seperti itu, Wa. Tapi, dia tahu dari siapa?,'
" Coba kamu tanya. Dia pasti jujur." diam sejenak. " Tapi, beri waktu Lala untuk menenangkan diri. Kalau sedang marah, sulit berbicara dengan Lala,"
Alkana mengangguk setuju.
...******...
" Kenapa Aa ikut juga?," kesal Haura pada Alkana.
Haura kesal karena dia ada di mobil yang di bawa Alkana. Bukan bersama Uwa nya.
" Mau memastikan istri selamat sampai tujuan. Memang tidak boleh?," Alkana tersenyum senang karena bisa menghabiskan waktu berdua bersama istrinya.
Ini juga salah satu saran dari Wa Ilham.
" Tinggal telpon saja beberapa jam kedepan. Kan beres. enggak perlu capek-capek nganterin," kesal Haura.
Niat hati menenangkan diri malah terjebak berdua dengan suaminya.
" Enggak ada istilah capek kalau buat istri," gombal Alkana
Bukannya tersanjung, Haura malah menaikkan kedua alisnya.
" Apa semua perempuan Aa gombalin gini juga?,"
" Cuma kamu. Gak ada perempuan lain,"
Haura ingin tertawa. Namun, di tahan.
" Gak ada yang lain, kecuali kekasih berkedok sahabat..."
TBC
jyn kasih celah al buat pelakor yg berkedok sahabat
buat reva semangat ya nanti ada saatnya km ketemu jodoh yg terbaik
next thor
baru begitu aj alkana udah cemburu apakabar haura gimana ga cemburu sm melodi