Luka Hati Seorang Istri

"Jadi seperti ini sikapmu pada suamimu Yu, berani kamu meninggikan suaramu kepada suamimu. Benar - benar istri durhaka kamu."

Tiba-tiba saat Ayu ingin meninggalkan Reno, mertuanya sudah berdiri di depan pintu dan langsung memarahinya.

"Ibu, sejak kapan ibu disitu?"

"Ibu sudah mendengar semua yang diucapkan istrimu yang kurang ajar ini. Untuk apa kamu mempertahankan istri pembangkang seperti ini Ren, ceraikan saja dia. Ibu bisa carikan kamu istri yang jauh lebih baik dari dia. Coba saja kamu dulu nurut sama ibu saat ibu jodohkan sama Dewi, pasti hidupmu tidak akan sial karena punya istri pembangkang yang tak tau diri seperti Ayu. Dewi jauh lebih baik, selain orang tuanya juragan beras, dia juga sudah sukses jadi bidan sekarang. Tentu kamu tidak akan malu punya istri seperti Dewi."

Ucapan Bu Retno cukup mengusik ketenangan hati Ayu, dia yang tadinya sudah ingin masuk ke kamar anaknya jadi terpancing kembali. Dia memang sudah bertekad untuk tidak akan diam saja saat mereka merendahkan dirinya lagi.

"Kamu dengar mas, ibumu ingin mencarikan calon istri untuk kamu. Untuk anaknya yang sudah punya istri."

Ucapnya Ayu sinis.

"Bu, tolong jangan bicara begitu. Jangan membuat masalah jadi panjang."

"Kamu berani menyalahkan ibu Ren?"

"bukan begitu Bu, maksud Reno,,,,"

"Sudahlah, kamu harusnya kasih pelajaran pada istri kamu yang tak tahu diri ini biar dia gak kebanyakan tingkah. Ibu kesini karena ingin memperingatkan istri kamu agar jangan berani lagi menghina dan memfitnah keluarga kita seperti yang dia lakukan tadi pada Sindi."

Ayu yang sudah jengah dengan sikap ibu mertuanya sudah tidak mau diam lagi, karena tentu akan semakin dihina dan disalahkan.

"Ibu mertua yang terhormat, saya tidak pernah merasa memfitnah, saya hanya bicara kenyataan. Bukankah selama ini memang gaji mas Reno kalian yang menikmati. Jadi mulai sekarang kalau mas Reno mau apa - apa silahkan minta sama ibu."

"Berani ya kamu sama mertuamu. Sudahlah Ren, kamu ceraikan saja wanita modelan kaya gini. Kamu balikan sama Dewi saja."

"Silahkan saja, penuhi keinginan ibumu sekarang juga mas, aku juga sudah muak berada dalam keluarga yang toxic seperti ini."

"Ayu, apa yang kamu katakan. Aku tidak akan menceraikan mu, jadi jangan harap kamu bisa berbuat seenakmu."

"Kamu lucu mas, kenapa tidak mau menceraikanku padahal kamu sudah tidak melaksanakan kewajibanmu dengan tidak menafkahiku dan anakmu. Jadi untuk apa kamu tetap mempertahankanku. Harusnya kamu nurut pada ibumu yang maha benar itu, yang mau mencarikan istri untuk seorang laki - laki yang sudah beristri."

Diamlah Yu, jangan membantah terus omongan ibuku. Harusnya kamu bisa lebih menghormatinya, dia ibuku yang berati ibumu juga.

"Kalau mau dihormati harusnya bisa jaga sikap dan menghargai orang lain mas. Jangan hanya bisanya menuntut saja tanpa tahu berperilaku baik pada orang."

Plak...!

Tiba - tiba pipi Ayu teras panas karena tamparan yang dia terima dari suaminya,

Reno. Tapi asa perih di pipinya tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya atas perlakuan suaminya ini.

Bu Retno nampak tersenyum puas melihat Reno menampar Ayu.

"Kamu nampar aku mas?"

"Maafkan aku Yu, aku tidak bermaksud menamparmu, aku hanya tidak terima kamu berbicara kasar pada ibuku."

"Kamu marah mas???? Kamu tidak terima saat aku sedikit berbicara kasar pada ibumu? tapi kamu hanya diam saja saat keluargamu menghina dan menyalahkan ku. Lalu kamu anggap apa aku selama ini? Ceraikan aku sekarang juga mas, aku sudah tidak ingin mempertahankan rumah tangga yang tidak sehat ini."

"Tunggu apa lagi Reno, cepat kamu talak perempuan tidak tahu diri ini. Harusnya kamu merasa beruntung sudah dinikahi anakku yang mapan ini. Hidup numpang saja belagu. Mau makan apa kamu nanti kalau diceraikan anakku."

"Yang pasti hidup selama delapan tahun dengan anakmu hanya hinaan dan fitnah yang aku dapat dari keluargamu. Kamu pikir aku bahagia selama ini hidup dengan suami pelit yang hanya menggunakan gajinya untuk memanjakan keluarganya. Sedangkan tanggung jawab pada anak istri dia abaikan."

"Ayu."

"Kenapa mas, kamu marah saat aku berani mengungkapkan kekesalanku padamu dan ibumu."

"Ayo Reno, tunggu apa lagi. Segera kamu talak istrimu ini."

Sebenarnya Reno masih berat mengucapkan kata talak, tapi karena desakan yang terus menerus dari ibunya membuat Reno jadi lemah karena baginya perintah ibunya adalah yang utama. Setelah menghirup nafas dalam - dalam akhirnya Reno mengucapkan kata talak juga ke Ayu."

"Ayu Bestari, mulai hari ini kamu bukan lagi istriku."

Deg...!

Meskipun hal ini cepat atau lambat pasti akan terjadi karena pernikahan Ayu dan Reno sudah tidak sehat. Tapi hati Ayu rasanya bagai di remas mendengar kata talak dari suaminya.

"Akhirnya keluar juga mas, setelah ini kamu sudah tidak punya hak lagi atas diriku dana anakku."

"Sebenarnya ada sedikit penyesalan di hati Reno setelah menalak Ayu. Dia melakukan itu karena diliputi amarah di dalam dadanya.

Sedangkan Bu Retno tersenyum sumringah saat mendengar kata talak yang diucapkan Reno anaknya. Mulai sekarang dia bisa memaksa anaknya untuk menikah dengan Dewi. Karena beberapa waktu yang Lalu saat Bu Retno bertemu Dewi, dia mengatakan kalau masih mempunyai perasaan terhadap Reno meskipun kini Reno sudah berkeluarga.

Ya, dulu sebelum Reno menikah dengan Ayu, Dewi sangat terobsesi dengan Reno. Dia begitu mencintai Reno. Tapi sayang dulu Reno lebih memilih Ayu daripada Dewi sehingga membuat Dewi jadi frustasi. Hal itu membuatnya sampai sekarang belum menikah.

"Sudah puas kan kamu akhirnya Reno menceraikanmu, lebih baik kamu kemasi barang - barangmu dan segera pergi dari rumah ini."

Lalu Ayu berlalu dari hadapan Reno dan Bu Retno untuk mengemasi barang - barang yang akan dibawanya. Setelah selesai dia bergegas ke kamar Sela untuk mengemasi barang Sela yang akan dia bawa. Tampak Sela duduk meringkuk di samping tempat tidur sambil memegangi lututnya. Dia cukup mengerti dengan pertengkaran orang tuanya.

"Sayang, kamu tidak papa?"

Terlihat wajah Sela yang sudah banjir air mata saat dia mengangkat wajahnya.

"Ma, Sela takut ma. Kenapa Ayah dan nenek jahat banget ma, mereka suka marah - marah sama mama."

"Sudah ya sayang sekarang kita berkemas, Sela ikut mama, kita akan pergi dari sini."

Lalu Sela mengangguk dan mulai mengemasi barang - barangnya. Mereka tidak membawa banyak barang, hanya beberapa pakaian dan barang penting saja yang jumlahnya tidak seberapa. Karena memang selama menikah dengan Reno, baik Ayu ataupun Sela jarang membeli baju.

Tak lama kemudian Ayu dan Sela sudah keluar membawa dua tas di tangannya.