gagal nya pernikahan pertama belum membuat ku jera akan hidup berumah tangga. aku menerima lamaran seorang laki-laki yang baru saja ku kenal ku fikir dengan aku menikah lagi kehidupan ku bisa terjamin dan bahagia, ternyata aku salah kini pernikahan ke dua ku juga berderai air mata.
apakah pernikahan Ayu yang kedua masih bisa di perbaiki atau gagal lagi seperti pernikahan pertamanya.
yuk langsung baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nada gita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8
Akhir nya sampai juga di rumah.
Tok...tok...tok...
"Assalamu'alaikum". Ujar ku mengetuk pintu.
Ku dengar langkah kaki yang mendekat ke arah pintu, tak lama pintu pun di buka oleh Ibu.
" Walaikumsalam ". Jawab Ibu setelah membuka pintu.
Kami pun masuk ke dalam, Daffa pun melangkah ke dalam kamar untuk mengganti pakaian, setelah kepergian Daffa, aku dan Ibu berjalan ke dapur saat kami sampai di dapur aku pun duduk di meja makan sambil merenung.
Ibu dari tadi melihat ke arah ku, seperti nya ia tau kalau aku sedang ada masalah, memang ya ikatan antara anak dan Ibu itu sangat kuat.
" Kamu kenapa Yu? ".Tanya Ibu pada ku lalu ia duduk di meja makan di depan ku.
Aku diam tidak tau harus jawab apa, namun sekuat apa pun aku menyembunyikan masalah ku Ibu tetap tau, sejujur nya aku tak ingin ibu terbebani oleh masalah ke luarga ku, tapi mau bagai mana lagi. Karna kami satu rumah jadi sekecil apa pun masalah itu pasti akan ke tahuan.
" Tadi Widia istri dari Mas Raka datang melabrak ku, saat aku sedang menunggu Daffa di sekolah". Jelas ku menceritakan kejadian tadi.
"Kamu yang sabar ya Yu". Ucap Ibu memberi semangat pada ku.
" Iy Bu". Jawab ku pasrah.
"Dan kamu jangan lupa berdoa terus ya Yu". Ucap Ibu masih berusaha menyemangati ku.
Aku menganggukkan kepala, lalu berusaha memberikan senyuman manis, aku tak ingin Ibu menjadi khwatir dan menjadi beban fikiran nya.
" Baik lah Bu, aku ke kamar dulu". Ujar ku pada Ibu lalu aku melangkah pergi masuk ke dalam kamar.
Ibu hanya tersenyum membalas perkataan ku.
Aku masuk ke dalam kamar, lalu menutup pintu rapat-rapat, lalu aku duduk lemas di lantai di depan pintu, air mata yang ku tahan sedari tadi kini tak mampu lagi ku tahan.
Tetes demi tetes air mata ku mulai mengalir, aku mengais dalam diam merutukki nasib ku, memang benar aku pelakor, wanita jalang.
"Tuhan kenpa seperti ini, apa salah ku". Gumam ku pada sang pencipta.
" Apa salah ku ya allah? ". Tanya ku.
Lama aku menangis, setelah puas aku pun masuk ke kamar mandi mengguyur tubuh ku dengan air.
Selesai ku rasa sudah puas menangis dan juga sudah puas mengguyur tubuh dengan air, aku pun ke luar dari kamar mandi.
Aku berjalan ke meja rias dan bercermin, " Baik akan ku perlihat kan pelakor ini, lihat saja! ". Kata ku di depan cermin dan tersenyum licik.
Tut...tut...tut...
Aku mencoba menelpon Cika, dan syukur lah tersambung juga dengan ponsel nya.
" Halo Cik". Kata ku saat sudah terhubung dengan Cika.
"Ya halo Yu, ada apa? ".Tanya Cika pada ku.
" Ketemuan yuk". Ajak ku pada Cika.
Cika pun setuju, dan kebetulan sekarang Cika sedang berada di luar, jadi dia yang mencari tempat dan nanti akan sherlock pada ku.
Setelah mendapat SMS dari Cika, aku pun bergegas bersiap-siap memakai baju, selesai memakai baju aku pun keluar kamar, sebelum pergi aku pamit izin dengan Ibu.
Setelah memberitahu Ibu, aku pun pergi keluar langsung menuju tempat yang telah di tentukan oleh Cika.
Sampai juga di tempat tujuan, aku berjalan ke arah pintu masuk, saat aku sudah berada di dalam cafe, mata ku mengelilingi tempat itu mencari keberadaan Cika.
Setelah aku melihat Cika, aku pun berjalan ke arah nya, sesampai nya aku di meja Cika kami pun pelukkan setelah itu baru lah kami sama-sama duduk.
"Udah pesan makan? ".Tanya ku pada Cika.
" Iya udah, lo juga udah gw pesenin sih tapi kalau mau tambah ya tambah aja gak apa-apa". Ujar Cika.
"Gak usah lagi deh, kalau udah lo pesanin. " Jawab ku pada Cika.
Cika hanya menganggukkan kepala nya dan tersenyum.
Kami pun mengobrol.
"Lo kenapa lagi Yu? ". Tanya Cika.
" Lo tu ya langsung ke inti aja". Ujar ku pada Cika.
"Kita udah lama temenan, dan ya dari awal rumah tangga lo yang pertama. Kalau ada masalah apa pun lo pasti cerita sama gw. " Jelas Cika.
Memang benar ada nya, kalau gak Cika sama Ibu.
Kalau semua harus ku ceritakan sama Ibu aku takut akak jadi beban nya saja, jadi aku membagi beban ku pada Cika, aku bersyukur punya sahabat seperti Cika yang selalu memberi semangat, dan juga pengertian.
Aku pun menceritakan semua kejadian di saat aku menunggu Daffa di sekolah, tampa terkecuali.
Cika diam terus menyimak perkataan ku.
"Udah Yu, kamu yang sabar dan ya kamu harus ikhlas Yu". Ujar nya mencoba menenangkan ku.
Dan memberi semangat pada ku.
" Itu salah nya Raka, seharus nya ia cerita dari awal. Kamu juga kenapa dulu tidak mencari tau dulu". Ucap Cika memenagkan aku, tapi di hempaskan nya lagi.
Memang benar sih apa yang di katakan Cika, seharusnya dulu aku berfikir panjang dulu jangan gegabah seperti ini.
Hanya karna gagal di pernikahan pertama ku dan tak sanggup menghidupi putra ku dengan tergesa-gesa nya aku langsung menerima lamaran Mas Raka, bodoh nya.
"Hemm... " Aku membuang napas berat ku, merutukki kesalahan ku.
Saat kami sedang mengobrol tiba-tiba saja seorang wanita menggrebak meja kami, aku terkejut lalu melihat siapa wanita itu, dan ternyata Widia.
Aku berdiri, kini tak ada rasa takut atau pun rasa bersalah ku pada nya, biar bagai mana pun aku dan Mas Raka sudah menikah dan satu lagi aku tidak tau jika Mas Raka belum bercerai dengan istri pertama nya ini.
"Pelakor". Ucap Widia sambil menatap ku tajam.
Hal yang sama juga ku lakukan, aku masih diam namun juga menatap nya dengan tajam.
" Hay madu ku, tau kah kamu sudah melakukan yang seharusnya sudah di lakukan sejak awal". Ucap ku menekan setiap kata-kata yang ku keluar kan.
"Upss...tunggu dulu madu, bukan kan kau dan Mas Raka sudah lama tidak tinggal satu atap. " Kata ku lagi. " Kasihan ya, dan sekarang dia sudah mencintai ku sepenuh nya". Ucap ku lagi.
"Heh, menurut mu aku percaya dengan kata-kata mu pelakor! ". Ujar nya tersenyum tipis.
" Ok, biar ku telpon dulu suami ku". Kata ku lagi.
Aku mengetik nama Mas Raka, lalu ku telpon dia.
Tut...tut...tut...
"Halo Mas". Kata ku saat sudah ponsel ku dan ponsel Mas Raka sudah tersambung.
" Ya sayang ada apa? ". Suara Mas Raka bertanya.
" Pulang nanti, mau di masakkin apa Mas? ". Tanya ku dengan nada manja.
" Terserah kamu sayang". Ucap Mas Raka.
"Baik lah". Ujar ku pada Mas Raka.
Aku pun mematikan sambung telpon itu, lalu aku menatap tajam ke arah Widia istri pertama nya Mas Raka yang sekarang tidak di harapkan nya lagi.
ayo widia cari kebahagiaan sendiri 😊
pengen raka kena karma aja deh 😅
tolong kasih jodoh lain buat widia thor 🙏🏻😘