NovelToon NovelToon
Teluk Narmada

Teluk Narmada

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Angin pagi selalu dingin. Ia bergerak. Menerbangkan apa pun yang sekiranya mampu tuk diterbangkan. Tampak sederhana. Namun ia juga menerbangkan sesuatu yang kuanggap kiprah memori. Di mana ia menerbangkan debu-debu di atas teras. Tempat di mana Yoru sering menapak, atau lebih tepatnya disebabkan tapak Yoru sendiri. Sebab lelaki nakal itu malas sekali memakai alas kaki. Tak ada kapoknya meskipun beberapa kali benda tak diinginkan melukainya, seperti pecahan kaca, duri hingga paku berkarat. Mengingatnya sudah membuatku merasakan perih itu.

Ini kisahku tentangku, dengan seorang lelaki nakal. Aku mendapatkan begitu banyak pelajaran darinya yang hidup tanpa kasih sayang. Juga diasingkan keluarganya. Dialah Yoru, lelaki aneh yang memberikanku enam cangkang kerang yang besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 17

"Lalu, semalam aku tidur pada jam satu malam," ujarku menutup obrolan.

Niji tersenyum kecil. Wajahnya terlihat mengamati. Ia belum menanggapi semua hal yang telah aku ceritakan tentang kejadian yang aku alami kemarin dengan berurutan. Mulai dari PR yang numpuk, salat di mushola dan bertemu nenek Mei, berkunjung ke rumah nenek Mei dengan semua celotehan panjang itu, lanjut ke rumah bibi sambil menjaga Fara yang sedang demam, hingga bertemu Yoru pada perjalanan pulang di tempat bunga-bunga sedap malam berada. Terakhir, insomnia benar-benar terjadi dan membuatku mampu mengerjakan semua soal sambil begadang.

Tubuh Kai terlihat memasuki kelas. Seragamnya kusut, rambutnya berantakan, tali sepatunya lepas sebelah. Mungkin, itu adalah penampilan terburuk Kai yang pernah aku lihat.

Melihat itu, tiba-tiba aku langsung berdiri dari bangku. Padahal, Niji sama sekali belum menanggapi cerita panjangku.

Kai mengeluarkan semua bukunya dari tas, lalu memasukkannya ke dalam laci Meja. Suara langkahku yang mendekat tidak membuatnya menengok.

"Berantakan banget, habis latihan jadi gelandangan, ya?" tanyaku mengejek.

Tanpa kusangka, Kai tiba-tiba melotot ke arahku dengan tajam. Matanya merah, seperti sosok Kai yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Tampak menyeramkan dan murka.

"Nggak ganggu, deh. Sok asik!" ketusnya yang berhasil menimpuk sanubariku dengan keras.

Sialnya, rasa riangku sehabis cerita dengan Niji rontok sudah. Rontok semuanya.

Beberapa orang yang berada tidak jauh dari bangku Kai mendengar itu. Lantas, mereka menoleh dengan tatapan kaget dan bingung. Ya, aku lebih kaget dan lebih bingung lagi. Serta merasa sakit. Astaga, kenapa laki-laki suka sekali membentak? Rasanya lebih baik dipukul daripada dibentak.

Rasa malu menyergap. Kai berhasil mempermalukanku di waktu sepagi ini. Niji yang menyadari ekspresiku langsung menarik tubuhku yang mematung dari depan Kai.

"Kai akan menyeramkan jika suasana hatinya sedang buruk. Jangan coba-coba untuk menyapanya jika itu terjadi," ujar Niji.

Bibirku manyun menahan sendu. Sedih rasanya. Aku memang selalu lemah dengan bentakkan. Atau itu memang sifat semua perempuan. Lihatlah, manusia itu bahkan tidak melihat sedikit pun ke arahku.

Niji mengelus punggungku. Ah, tidak. Jangan lagi. Tak mampu terbendung lagi. Selalu itu yang terjadi jika aku menahan tangis. Elusan Niji akan merusak bendungan penahan air mata itu. Namun, setidaknya ada raga yang dapat aku gunakan untuk melindungi wajahku yang berderai air mata.

"Ingat saja kejadian kemarin. Itu membuatmu senang, bukan? Tentang nenek Mei yang baik hati. Juga Yoru yang mulai merespon dengan benar. Saat-saat sedih tercipta agar kita bisa mengingat saat-saat bahagia yang pernah kita alami. Kemarin kita tertawa, hari ini kita menangis. Itu wajar," ucap Niji.

Gadis tinggi yang biasanya menyebalkan ini memang selalu dapat diandalkan dalam keadaan berkabungku.

"Wah, parah banget kamu, Kai. Shinea sampai nangis itu," seru seorang siswa yang duduk di belakang Kai.

Mendengar ucapan itu, aku melirik Kai. Lelaki itu seolah hanya mendengar angin lalu. Ia tetap fokus pada kegiatannya yang mencoret-coret buku. Pasti sedang menggambar sesuatu yang abstrak. Selalu menjadi kebiasaannya.

"Sok banget jadi cowok. Kasar! Cewek itu nggak suka cowok yang kasar!" ketus seorang siswi pada Kai.

Lelaki itu tetap tidak merespon. Masih fokus dengan kertas dan penanya. Sesekali ia mendengus. Aku benar-benar belum pernah melihat Kai seperti ini. Tapi Niji tahu. Mungkin, ia pernah menyaksikan di suatu tempat. Atau do suatu waktu di mana aku tidak ada di sana.

"Bu, guru!" seru seorang siswa dari arah luar sambil berlari.

Aku segera melepas dekapan Niji dan menghapus air mata dengan kerudungku.

"Maaf," ucapku kepada Niji karena dadanya basah oleh air mata.

"Santai," jawabnya singkat.

Seorang guru bertubuh pendek, kulit putih serta mata sipit itu datang. Ia adalah guru yang paling diidamkan para siswa. Ya, wajar saja. Ia guru paling muda dan paling cantik di sini. Namanya bu Bija.

"Kebiasaan ya kamu, Odi. Selalu saja di luar padahal udah jam masuk kelas," terus bu Bija pada siswa yang tadi baru masuk itu.

Siswa itu malah cengegesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Seperti seseorang yang bangga karena namanya disebut seorang guru yang paling cantik di sekolah kami.

"Loh, Shinea. kamu kenapa? Habis nangis?" tembak bu Bija padaku yang belum siap untuk ditanya-tanya.

Bagaimana ini, aku tidak tega jika harus menyebut nama Kai. Aku yakin, Kai tak mungkin melakukannya tanpa sebab. Seperti yang dikatakan Niji, Kai selalu seperti itu jika suasana hatinya buruk.

"Tidak apa-apa, Bu." Aku menjawab, sialnya air mataku malah tumpah lagi.

Buru-buru langsung kuhapus dengan kerudung. Tentu saja percuma, karena bu Bija sudah melihatnya dengan jelas. Guru muda itu langsung menyodorkan sebungkus tisu kecil kepadaku.

"Siapa yang udah bikin Shine nangis?" Bu Bija bertanya tegas.

Ingin rasanya aku memukul diri sendiri. Dasar cengeng. Kai pasti berpikir bahwa aku ingin sekali diperhatikan bu Bija. Atau membuatnya diberi pelajaran. Tidak. Aku tidak menginginkan itu. Aku tidak mau menjadi sebab seseorang terkena hukuman. Atau membuat seseorang diketahui berbuat salah. Padahal, apa yang dilakukan Kai seperti. Aku juga terpikir, jangan sampai hal ini membuatku dan Kai canggung. Bagaimana pun, ia selalu meramaikan kelas ini. Dengan keusilannya yang tidak ada habisnya itu.

"Kai, Bu. Tapi dia nggak bermaksud. Saya yang salah. Udah mengganggu dia padahal dia mungkin lagi ada masalah. Alhasil, nadanya sedikit tinggi. Mental saya lemah. Cepat sekali menangis hanya karena hal sepele," uraiku sebelum orang lain yang menjawab dengan menyalahkan Kai sepenuhnya.

Sekilas aku melihat Kai melirikku. Namun, segera ia menunduk. Bu Bija sudah melayangkan pandang ke arah lelaki itu.

"Jadi begitu. Saya salut dengan penjelasanmu, Shinea. Jangan katakan mentalmu lemah. Sebab mentalmu sudah kuat karena pernyataan itu. Baiklah, dapatkah kalian saling memaafkan?" pinta bu Bija.

Aku mengangguk, sedangkan Kai masih menunduk.

"Maaf, Kai."

"Iya." Kai menjawab singkat.

Seketika, bu Bija berdehem kepada Kai.

"Maaf juga, Shinea."

Sejak pertama kali kami akrab, aku baru kali ini mendengar Kai memanggilku Shinea. Bukan Cine. Mungkin karena ada bu Bija.

"Iya," jawabku.

Akhirnya, aku sangat lega sekarang. Tidak terjadi masalah berlanjut. Niji menepuk pundakku. Kerudung pramukanya masih basah. Aku lebih basah lagi. Tapi entah kenapa, aku melihat siswi yang tadi memarahi Kai seperti tidak senang. Mungkin ia tidak puas, atau sebal karena aku malah tidak mengadu sambil merengek kepada bu Bija.

Tak lama setelah itu, bu Bija mengambil sebuah spidol dari dalam laci meja guru. Lalu memulai pelajaran pada jam pertama ini.

1
_capt.sonyn°°
ceritanya sangat menarik, pemilihan kata dan penyampaian cerita yang begitu harmonis...anda penulis hebat, saya berharap cerita ini dapat anda lanjutkan. sungguh sangat menginspirasi....semangat untuk membuat karya karya yang luar biasa nantinya
Chira Amaive: Thank you❤❤❤
total 1 replies
Dian Dian
mengingatkan Q sm novel semasa remaja dulu
Chira Amaive: Nostalgia dulu❤
total 1 replies
Fie_Hau
langsung mewek baca part terakhir ini 😭
cerita ini mengingatkan q dg teman SD q yg yatim piatu, yg selalu kasih q hadiah jaman itu... dia diusir karna dianggap mencuri (q percaya itu bukan dia),,
bertahun2 gk tau kabarnya,,, finally dia kembali menepati janjinya yg bakal nemuin q 10 tahun LG😭, kita sama2 lg nyusun skripsi waktu itu, kaget, seneng, haru..karna ternyata dia baik2 saja....
dia berjuang menghidupi dirinya sendiri sampai lulus S2,, masyaAllah sekarang sudah jd pak dosen....

lah kok jadi curhat 🤣🤦
Chira Amaive: keren kak. bisa mirip gitu sama ceritanya😭
Chira Amaive: Ya Allah😭😭
total 2 replies
Iif Rubae'ah Teh Iif
padahal ceritanya bagus sekali... ko udah tamat aza
Iif Rubae'ah Teh Iif
kenapa cerita seperti ini sepi komentar... padahal bagus lho
Chira Amaive: Thank youuuu🥰🤗
total 1 replies
Fie_Hau
the first part yg bikin penasaran.... karya sebagus ini harusnya si bnyak yg baca....
q kasih jempol 👍 n gift deh biar semangat nulisnya 💪💪💪
Chira Amaive: aaaa thank you🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!