NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7

Manik mereka saling mengunci, sudah tak ada kilat di milik Nanda. Si pria justru sendu menatap istri yang masih dia kunci pergerakannya. Sedangkan, Delilah tentu sedikit terhenyak. Masih selamat bola mata si jelita buatan Tuhan, sehingga tak menggelinding begitu saja. Tak ada suara terdengar, mereka bergeming di tempat masing-masing.

Tangan mungil Delilah mendorong tubuh kekar Nanda mundur dan membuat jarak diantara mereka. Napas Delilah terengah, dia kini berupaya meraup udara sebanyak yang dia bisa. Setelah tercekat beberapa menit bersama sang suami yang sangat tak diinginkannya. Nanda menelan ludah kasar sambil terus menatap si istri. Pria itu tak kalah gusar mencari kelonggaran di dada sendiri. Dentuman organ di balik rusuk kiri kian menyiksa, berderap kencang seolah ingin menyeruak keluar.

“Berhenti meremehkanku, Delilah. Kau sendiri juga telah sepakat menjadi Nyonyaku.” Nanda menekan tiap kata dalam kalimat kemudian berlalu meninggalkan Delilah sendirian.

Wanita berwajah jelita itu jatuh terduduk di lantai. Topangan kaki melemah dan tak memiliki tenaga setelah menghadapi perlakuan Nanda barusan. Seolah nyawa Delilah tersedot keluar tanpa sisa, begitupun kewarasannya. Dia tengah mencoba menenangkan kembali pompa jantung yang ikut tak beraturan seperti pikiran sekarang.

“Ah, sial! Kau kira ini tak berat untukku? Aku bahkan merelakan dunia demi memenuhi syarat murahmu.” Delilah memukul lantai sambil mengoceh.

Benar, dia adalah seorang branch manager di salah satu klinik swasta kala itu. Sedang syarat yang harus dipenuhi dari Nanda membuat dunia yang telah digelutinya harus rela redup bahkan, mati. Sekarang dia telah menjadi nyonya Dirgantara, seharusnya kehidupan impian semua wanita telah dimiliki si jelita. Akan tetapi, sial sekali dia terlihat tak bisa menikmati hal indah dan mewah yang disuguhkan oleh Nanda. Dia sama sekali belum merasa nyaman bahkan setelah tiga bulan menghabiskan waktu bersama demi mempersiapkan acara kemarin. Ah, lupa. Karena sibuk beradu tanduk mereka.

“Nanda, dimana istrimu?” Wisnu menyeletuk ketika melihat sang cucu menuruni tangga dengan tampang kesal.

Tak ada sahutan terdengar, Nanda hanya menatap sang Kakek sekilas dan berlalu tanpa suara. Dia mengabaikan mbok Yem yang tak sengaja dilewati si pria juga. Terus saja dia berjalan menuju pintu keluar dan bergegas masuk ke dalam mobil. Sesaat kemudian mobil hitam itu keluar dari pekarangan rumah entah kemana.

***

“Berhenti menangis, Delilah.” Suara dari ujung sambungan ponsel justru makin membuat bahu Delilah terguncang, “ish, bagaimana bisa kau berubah serapuh ini?” Jenie tak bisa menyembunyikan rasa kesal dan khawatir bersamaan.

“Aku tak tau, kenapa akhir-akhir ini sangat mudah menangis. Aku kehilangan arah.” Delilah mengusap air mata dan berkata dengan suara sengau.

“Omong kosong, kau punya Nanda. Kau memiliki segalanya.” Jenie menimpali dengan gemas.

Keliru, aku melepaskan segalanya dan sekarang hanya tersisa Nanda, tak berguna, rintih lirih hati Delilah.

“Hhhh … jangan bilang kau terusik karena kak Raka, ya?” Jenie menambah kalimat susulan yang berhasil membuat bola mata delilah memutar kesal.

“Apa menurutmu aku ini sudah tidak waras, hah?” Delilah menyentak si sahabat yang dirasa keliru menanggapi.

“Kalau begitu berbahagialah, Nanda sudah berjanji mencukupkan semua kebutuhanmu. Apa itu kurang?” Kalimat Jenie langsung menusuk tepat sasaran.

Delilah menghela napas kemudian menghembuskan kasar. Beberapa lama mereka bertukar kalimat hingga air mata si jelita mulai mengering. Semua yang dikatakan Jenie menggelitik hati terdalam Delilah. Dia sendiri juga yang memutuskan, bahkan dengan sengaja memilih Nanda sebagai rekan ketimbang bersama orang yang tak dikenal. Si jelita juga sudah menyusun rencana untuk akhir kisah mereka. Padahal, jika dipikir lagi dia adalah peran antagonis di cerita karangan sendiri. Namun, bersikap seolah korban yang selalu disakiti.

Setelah selesai, Delilah memutus sambungan telepon dan menyadari hari telah menggelap. Kemudian, sesuatu terasa belum lengkap juga.

“Ah, dimana dia?” gumam Delilah sendirian.

Si wanita jelita itu memilih untuk keluar kamar dan menuruni tangga. Rumah terasa sunyi nyaris seperti tak berpenghuni jika saja tak dia lihat mbok Yem berada di taman belakang sedang menggulung selang. Dia menghampiri simbok perlahan, hampir tak ada suara.

“Copot, eh, monyong, sompret, copot, eh, monyong, eh—” Simbok sangat terkejut hingga latah saat mendapati Delilah berdiri di belakangnya. Kini dia sedang memukul bibir lancang tadi.

“Simbok, mau dibantu?” Delilah tersenyum sangat cantik.

“Nggak usah, Non, eh, Nyonya. Nanti saya dimarahi sama Mas Nanda.” Simbok menolak tawaran Delilah dan melanjutkan aktivitasnya.

“Manggilnya kok beda, sih. Pake Mas Nanda, tapi ke saya malah Nyonya?” tanya Delilah sambil menggoda mbok Yem dengan menyentil pinggang simbok.

“Aduh, hla kok usilnya sama, sih?” Simbok terheran menatap si jelita, begitupun yang ditatap.

Kemudian mereka terkikih pelan bersama. Seusai simbok berbenah, Delilah masih duduk sendirian di taman belakang. Entah sedang berada dimana seluruh penghuni rumah. Simbok tak sampai hati membiarkan Nyonya Muda dirumah itu kesepian. Dia menghampiri si jelita dan duduk di sebelah. Mulai bercerita tentang rumah yang dulu ramai lalu semenjak dua remaja lelaki yang berisik itu mulai tumbuh dewasa. Rumah juga mulai sepi. Raka berada di rumah mereka sendiri, lalu Nanda lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit.

“Oh, Kak Raka sama Kak Feli udah pergi, Mbok?” tanya Delilah.

“Iya, Non. Non Feli kandungannya lemah, nggak enak katanya kalo di sini terlalu lama. Mereka hanya berada kamar saja. Tadi, Pak Wisnu juga pergi menemui kawan lama begitu. Mas Nanda, belum ada—” suara pintu mengalihkan atensi keduanya, “nah, itu dia pulang. Yawes, kalau begitu saya permisi, Non.” Simbok beringsut pergi dengan mengulum senyum dan menyempatkan diri menyenggol lengan Nanda dengan sengaja.

Manik Delilah bersitatap lagi dengan milik Nanda, sekian detik tanpa suara. Si pria melanjutkan langkah menuju kamar. Si jelita tak beranjak, dia hanya memandang sang suami dalam hening.

Anak yang tumbuh tanpa kasih orangtua, tapi jelas bergelimang harta, lalu apa ketakutanmu hingga mau terjebak bersamaku, Nanda? Delilah membatin sambil terus menatap sang suami yang kemudian menghilang di balik pintu.

Malam kian larut, detik jam terus berlanjut. Delilah menyesap teh hangat yang tadi masih mengepulkan asap. Menemani malam dimana dia berkesempatan berbincang dengan Wisnu yang baru pulang dari acara reuni dadakan. Meski canggung pada awal, tetapi dia mulai nyaman sekarang. Wisnu sama sekali tak bertanya dimana si cucu berada, sedikit menyelipkan rasa penasaran pada si jelita.

“Apa kau sudah mengantuk?” tanya Wisnu dengan suara serak.

“Ah, Kakek tentu lelah, ya? Silakan beristirahat.” Delilah justru membalikkan kalimat Wisnu.

Pria tua berambut putih itu terkekeh, seperti menghadapi Nanda versi lembut. Kerap membalikkan pernyataan bahkan pertanyaan Wisnu dengan mudah dan alami seperti tadi.

Mereka memang ditakdirkan bersama, syukurlah, gumam hati Wisnu sekilas.

“Sebaiknya kau juga segera kembali ke kamar, bukankah tidak baik bermusuhan terlalu lama. Apalagi kalian baru saja menikah, rayu suamimu. Meski cukup keras kepala, tapi dia tidak pernah menyakiti orang yang dicintainya.

Ah, tapi aku bukan—kalimat dalam hati Delilah tak selesai, dia segera mengangguk menjawab sang Kakek dan berpamitan kembali ke kamar.

Sampai di kamar, dia membuka perlahan pintu dan mendapati Nanda berada di sofa dengan buku menutupi dada. Lalu kacamata masih terpasang, dia tertidur rupanya. Pelan dia menghampiri sang suami dan menyingkirkan buku serta melepas kacamata tadi. Sangat pelan dia menahan gerakan agar tak membangunkan si pemilik tubuh. Dia bahkan menahan napas, rasanya malam ini hati si jelita sedikit melembut berkat cerita dari simbok. Ditambah hal lain yang hanya diketahui oleh Delilah sendiri.

Selesai meletakkan buku dan kacamata di meja. Delilah berjingkat masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ketika telah membereskan persiapan malam sebelum dia tidur, Delilah berjalan kembali ke arah Nanda hendak memberikan selimut untuk menutupi tubuh si pria. Akan tetapi siapa yang menyangka gerakan selanjutnya membuat kaki Delilah terbelit dan tersandung hingga ambruk menimpa Nanda. Tanpa sadar Delilah memekik dan membangunkan si pemilik tubuh yang kini mengerjap kebingungan, terkejut bersama.

Selimut sialan, beraninya kau membuatku tersandung begini, umpat hati Delilah masih sambil bersitatap dengan pemilik manik legam dibawahnya.

Nanda masih mengernyitkan kening, “a-apa yang kau lakukan?” Suara serak Nanda menyedot atensi Delilah.

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!