NovelToon NovelToon
Menjadi Selamanya

Menjadi Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:15.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Divi hampir menyerah saat pengajuan pinjamannya ditolak, dengan alasan Divi adalah karyawan baru dan pengajuan pinjamannya terlalu besar. Tapi Divi memang membutuhkannya untuk biaya operasi sang ibu juga untuk melunasi hutang Tantenya yang menjadikan Divi sebagai jaminan kepada rentenir. Dimana lagi dia harus mendapatkan uang?

Tiba-tiba saja CEO tempatnya bekerja mengajak Divi menikah! Tapi, itu bukan lamaran romantis, melainkan ada kesepakatan saling menguntungkan!

Kesepakatan apa yang membuat Arkael Harsa yakin seorang Divi dapat memberikan keuntungan padanya? Lantas, apakah Divi akan menerima tawaran dari CEO yang terkenal dengan sikapnya dingin dan sifatnya yang kejam tanpa toleransi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 8. Istriku

Perjalanan dari mansion utama menuju rumah pribadi Arkael bisa dikatakan cukup sunyi, tidak ada perbincangan atau pu perdebatan sama sekali, pasangan suami istri di atas kertas itu sama-sama menutup bibirnya. Atmosfernya selalu berat setiap kali Arkael bertemu dengan mamanya. Pria itu akan terlihat seolah mengeluarkan aura yang pekat dan gelap hingga membuat semua orang enggan berdekatan dengannya. Divi pun terlihat tidak nyaman duduk disana, ia jelas menahan sesuatu hingga membuatnya terlihat gelisah.

"Maaf, Pak, boleh saya-"

"Iya, wanita itu memang ingin membunuh saya beberapa kali, dia nggak menginginkan saya bahkan sejak saya masih di dalam kandungannya. Puas?!"

"Hah?" Divi menaikkan sebelah alis matanya bingung dengan emosi yang tiba-tiba saja meluap dari Arkael.

"Apa?!"

"Lah, Bapak yang apa?"

"Kamu pasti penasaran dengan pertemuan tadi, kan? Tentang mama yang ingin membunuh saya?"

"Enggak." jawab Divi cepat seraya menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

Arkael memicingkan matanya, seolah sedang memindai apakah gadis di depannya itu sedang jujur atau kasihan padanya.

"Saya cuma mau bilang, boleh saya mampir ke spbu dulu, nggak? Saya kebelet!"

Bimo tak kuasa menahan bibirnya yang bergerak melengkung ke atas, membentuk senyuman samar pada wajahnya. Sementara Arkael merasakan kebodohannya karena terlalu tenggelam dalam balutan emosi sampai-sampai membiarkan gadis yang bukan tipenya itu harus menyaksikan ketidakstabilan emosinya. Jadi, alih-alih menjawab, Arkael malah membuang muka, menjauhkan wajahnya dari sorot mata Divi.

"Pak Bimo? Bisa kan? Sumpah saya kebelet banget! Kata ibu, jangan suka tahan pipis, nanti bisa kena ken-cing batu."

"Tentu saja, 500 meter lagi ada SBPU, bisa tahan sampai 500 meter?"

Divi mengangguk.

"Berhenti saja di pinggir jalan kalau nggak bisa menahannya." Celetuk Arkael dengan ketusnya.

"Memangnya saya kucing pipis dipinggir jalan."

"Kucing itu di pasir, bukan di pinggir jalan."

"Sama, manusia itu pipisnya di wc bukan di pinggir jalan."

"Kamu-"

"Kita sudah sampai di SPBU nya." Sela Bimo sebelum Divi lupa dengan panggilan alamnya karena terlalu bersemanggat berdebat dengan Arkael.

"Oh iya, makasi Pak Bimo." Dengan cepat Divi segera keluar dari dalam mobil menuju tempat dimana toilet berada.

"Kalo diingat-ingat, kayaknya si Divi ini satu-satunya perempuan yang nggak tertarik sama lo ya, El." Celetuk Bimo.

"Bagus!" Cetus Arkael.

"Dia juga satu-satunya cewek yang berani mendebat lo. Keren juga."

"Apanya yang keren?! Itu nggak sopan namanya! Biar bagaimana pun, gue ini atasannya, dan kalo bukan karena gue, mungkin sekarang dia udah jadi istri dari rentenir tua itu."

"Tapi kan itu-"

"Jangan berisik, Bim! Gue lagi nggak mood!"

Tapi bukan Bimo namanya kalau tidak mengusik ketenangan Arkael dengan informasi-informasi yang membuat Arkael mau tak mau jadi memasang telinganya meski terlihat tidak peduli.

"Tadi di rumah sakit, Ibu Inna sedikit cerita tentang hidup mereka. Ternyata Divi sudah lama nggak pernah ketemu lagi dengan ayahnya, semenjak lelaki itu mengkhianati pernikahannya dengan memilih menikah lagi dengan seorang wanita yang lebih muda dari Divi, parah sih, malah ternyata wanita itu sampai mempunyai anak. Dan yang lebih gilanya lagi, Divi malah pernah hampir dilece-" Cerita Bimo tidak berlanjut karena Arkael yang tiba-tiba saja keluar dari dalam mobil.

Bimo menurunkan kaca jendelanya untuk memanggil Arkael, "Mau kemana lo?"

"Kebelet!" Jawab Arkael dengan langkahnya yang tergesa.

Tapi alasan sesungguhnya bukanlah panggilan alam seperti Divi yang membuat langkah Arkael tergesa menuju lokasi toilet. Saat mendengarkan Bimo bercerita tadi, mata Arkael menangkap pergerakan empat lelaki yang mencurigakan ke arah toilet. Mereka berempat berjalan sempoyongan sambil terkekeh-kekeh tak jelas, refleks Arkael langsung keluar begitu saja mengingat Divi juga berada di toilet. Entah apa yang mendorongnya, tapi dia merasa khawatir.

"Weh, lo salah tempat, ogeb." kata pria berbaju hitam, ia menarik salah seorang temannya yang berkepala botak yang hendak masuk ke dalam toilet perempuan.

"Ah elah, kagak apa-apa kali, udah malem gini mah sabeb!" sahut di kepala botak.

"Iya lah, sekali-kali di tempat cewek sekalian ngebayangin yang ena-ena!" sahut yang lain.

"Wuihh anjir, bener juga lau! Hayuk lah!"

Mereka berempat pun masuk ke dalam kamar mandi perempuan itu, di dalam sana, hanya ada dua bilik, satu bilik pintunya terbuka, sementara satu lagi terkunci, disana lah Divi duduk di atas toilet yang tutupnya sudah di tutup, kedua kakinya dia angkat. Telapak tangannya dingin menahan kedua lututnya di atas toilet.

"Eh yang ini kenapa kaga bisa dibuka dah?" Divi bisa melihat bayangan-bayangan empat pria di depan pintu, mereka mencoba mendorong pintu yang Divi yakin kunci itu tidak akan menyelamatkan jika keempat pria itu mendobraknya.

"Rusak apa, ya?"

"Kaga ada tulisan rusaknya."

"Ah, anjir, gue kebelet!"

Divi bisa mendengar seseorang masuk ke bilik di sebelahnya dan suara urine yang mengalir. Divi menggigit bibirnya kuat-kuat menahan agar bibirnya tidak meloloskan suara tangis yang ditahannya. Keberadaannya bisa sangat mudah di tebak jika salah satu dari mereka nekat mengintip melalui celah di atas bilik.

"Coba gue lihat dari bawah sini...eh ada bayangan."

"Ah serius lau?!"

"Hooh."

"Coba-coba gue yang lihat."

Oh Tuhaaan tolong akuuuu! Teriak Divi dalam hatinya.

"Aaaaakkk!" Divi berteriak ketika satu kepala muncul dari celah bawah pintu yang cukup untuk melongokkan kepala.

Wajah dari kepala lelaki botak itu menampilkan seringaian yang menakutkan Divi sampai ke tulang. Wajah itu seolah membawa Divi pada ketakutan masa lalunya.

Divi kembali berteriak ketika pintu bilik tempatnya bersembunyi didobrak dengan mudah oleh empat pria asing disana. Divi mengerut, semakin kuat memeluk kedua kakinya yang ditekuk, matanya terpejam rapat-rapat, tapi tangan-tangan laknat itu tak peduli dengan ketakutan Divi.

"Weh, kita ganti-gantian lah!" kata salah seorang dari mereka memberikan saran sialan.

"Oke gue dulu!" Si kepala botak sudah lebih dulu masuk dan menutup pintu bilik.

"Jangan! JANGAN!" Teriakan Divi malah membuat pria botak itu terkekeh.

"Jangan berisik!" Tangan kasarnya menarik kasar tangan Divi, sambil berusaha melepaskan ikat pinggangnya sendiri.

"TOLONG!"

* * *

Arkael sudah menduga ada yang salah dengan empat pria asing tadi, ketika mendengar jeritan suara dari arah kamar mandi perempuan, ditambah tiga pria dari empat pria yang tadi dilihatnya terkekeh-kekeh sambil melangkah keluar dari kamar mandi perempuan.

"Eh, mau kemana kang?" tanya si baju hitam, tangannya menahan dada Arkael.

"Singkirkan tanganmu sebelum kupatahkan." ujar Arkael dengan nada rendahnya yang seketika membuat pria yang menahan Arkael melangkah mundur.

"Tapi toilet cowok disan-" Ucapan pria itu tidak berlanjut karena suara Divi dari dalam yang menjerit meminta pertolongan.

"Sehelai saja rambut istriku tersentuh, kupastikan seumur hidup kalian akan cacat."

"Apa buktinya Lo itu suami cewek di dalem?"

"Tunggu giliran lah!"

"Bajingan!" Tidak perlu lagi menggunakan kata-kata, orang-orang laknat ini harus segera dibuat cacat!

Arkael langsung mengayunkan kakinya menendang orang yang berdiri di pintu masuk toilet hingga tubuh kerempeng itu melayang dan ambruk menghantam dinding bilik.

"Anjir! Weh, jangan ganggu!" Suara pria dari dalam bilik protes. Sementara suara Divi masih menjerit-jerit. "Aih berisik banget nih cewek!"

Sebelum Arkael mendekati bilik, ia memastikan kedua kaki orang yang ditendangnya itu patah. Dua orang lainnya sudah hilang entah kemana begitu rekannya mendapatkan serangan dari Arkael.

BRAK!

Arkael menendang pintu hingga membentur kepala botak lelaki di dalam sana yang sedang berusaha memegangi tangan Divi, sementara celana jinsnya sudah melorot hingga ke lutut, menyisakan boxer polkadot dengan bagian depannya yang menyembulkan sesuatu.

Divi terus menjerit dan berontak, melakukan pertahanan diri yang dia mampu.

Tapi ketika tangan pria botak itu hendak menyentuh dada Divi, tubuhnya sudah lebih dulu tersedot ke luar dari bilik dengan kasar hingga punggung dan bagian belakang kepalanya membentur dinding keramik toilet.

Tarikan tangan Arkael cukup keras karena dinding itu sampai retak dan membuat bagian belakang kepala si pria botak itu berdarah!

"Anjir!" Makinya. "Siapa lo?!"

Alih-alih menjawab, Arkael malah menghadiahi pria itu dengan pukulan-pukulan telak dan diakhiri dengan bunyi tulang yang patah dari tangan pria botak itu.

"Aaaak! Anj*Ng!"

"Siapa pun yang menyentuh istriku, akan kubuat cacat seumur hidupnya." kata Arkael, rendah, dingin dan datar. Dia menarik kedua tangan pria yang sudah babak belur itu, diletakkannya di atas lantai kemudian dengan tanpa belas kasihan, Arkael menginjak tangan pria itu hingga remuk. Dia benar-benar memastikan tangan itu tidak akan pernah berfungsi lagi.

.

.

.

Bersambung~

1
Umie Irbie
siiiiiiiaaaaaap🤣
Boma
ulat bulu datang
Boma
😄😄ketauan boong,pasti kecelakaanya di sengaja
Boma
maksudnya ini apa ya,apa kecelakaan di sengaja biar divi maubalik lgi ke arkael
Muri
kok ada yaaa ayah bejat kaya gitu sama anak kandungnya sendiri.
Boma
mau ya divi moga kael mau nerima kamu sepenuhnya,walau pun kamu gak perawan lgi
Umie Irbie
yaaaah...divi udah ngg prawan sama ayah nya sendiri😏😫 kirain bisa di gagalin 😒😩 ternyata tetap di pake,😩😒😫 iyaaa itu mah ngg pantas untuk kael
Boma
ya ampun ayah kandung iblis itu mah
Boma
terus berjuang el,untuk meyakinkan divi
Boma
pasti divi salah paham,di kiranya akan mengakhiri pernikahan kontraknya
Boma
padahal kakek cuma ingin tau perasaan kael yg sesungguhnya
Boma
mending jujur aja divi,kalo perasaan itu ada,tapi sllu menepisnya,karna tak sepadan dgn arkael,moga kakek merestuimu divi
Boma
pasti rana,makin runyam
DwiDinz
Siapa tuh yg nguping? Rana atau divi? 🤔
Boma
kamu aja yg ambil,biar nanti terbiasa😄
Umie Irbie
kok ayah siiii thoooor 😱🤔🤔 punya
traumakah ????
Umie Irbie
othooooor random bangeeeet dewhhh,. masa rumahnya kael yg mewah ada tokek 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤪
Umie Irbie: wahhahahahahaha,. 🤣🤣🤣🤣🤣 di hotel pulaaaa 😒😒😒🤣🤪
Kiky Mungil: mending kalo di rumah, tapi ini di hotel kak, eh, tokeknya juga mau ikut bobo dihotel kayaknya 😅😅😅
total 2 replies
Boma
kirain ada yg ngetuk pintu,eh toke😄ada2 saja
Kiky Mungil: tokeknya jadi room service 😅
total 1 replies
Boma
apa dia bilang wc ya ujungnya😁
Umie Irbie
duuuuh,. bahasa inggris yaks😒😣 artinya apaan siii,. masa kudu copy paste dulu ke google transit 😏😣😒
Kiky Mungil: jangan kak...bahaya artinya 😋😋
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!